KISAH PENJUAL BUAH
Oleh: Ardi Nuradita Alif
Dipagi hari seseorang pedagang buah memulai berjualan di pasar. Agar dapat menarik para pembeli dia menulis tulisan di atas papan yang bertuliskan, “HARI INI SAYA JUAL BUAH SEGAR”.
Tak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tulisan itu, “Mengapa anda menuliskan kata "HARI INI"? Anda kan memang hari ini berjualan, bukan besok atau kemarin”.
Penjual buah itu berpikir dan menjawab. “Iya, anda memang benar”. Lalu si penjual menghapus tulisan "hari ini" dan tulisan di papan itu berkurang menjadi, “SAYA JUAL BUAH SEGAR”.
Tidak lama kemudian datang pegunjung yang ke dua dan juga menanyakan tulisan di papan itu, “Mengapa Anda memakai kata SAYA? Bukankah memang Anda yang menjualnya bukan orang lain”.
“Benar juga” pikir si pedagang buah,
lalu dihapusnya kata saya dan tulisan menjadi “JUAL BUAH SEGAR”.
Sesaat kemudian pengunjung yang ke tiga datang dan juga menanyakan tulisan itu, “Mengapa anda tulis kata SEGAR? Bukannya semua orang sudah tahu kalau buah yang anda jual itu segar, bukan buah busuk”.
“Benar juga ya!”. Pikir si pedagang itu,
lalu dihapus oleh si pedagang kata segar dan tulisan tinggalah menjadi “JUAL BUAH”.
Beberapa saat kemudian datanglah pembeli yang ke empat dan juga menanyakan hal serupa, “Mengapa anda tuliskan kata JUAL? Anda kan memang jualan, bukankah orang sudah tahu kalau buah ini untuk dijual, bukan dipamerkan atau dibagikan”.
Akhirnya si penjual pun menghapus kata jual dan tulisan dipapan menjadi “BUAH”.
Selang beberapa waktu kemudian, datang pembeli yang ke lima, yang menanyakan tulisan di papan itu juga, “Mengapa anda tulis kata BUAH?, Bukankah orang sudah tahu kalau ini buah bukan sayur atau tempe”.
Si penjual berpikir dan menjawab, “Benar jua anda”, lalu si penjual menurunkan papan tersebut. Tinggallah pedagang buah tersebut berjualan tanpa memasang papan tulisan, dan keinginan menarik pembeli pun gagal sudah.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas yaitu kita harus yakin bahwa tidak mungkin kita bisa memuaskan orang. Sudah menjadi fitrah manusia untuk berbeda pendapat. Jadi jangan mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain apabila anda merasa sudah sesuai dengan tujuan anda.
Salatiga, 13 Maret 2024
Tags:
Cerpen