Selasa, 19 Mei 2020

Al-Quran (Bukan) Sekadar Ritual Ramadan

Al-Quran (Bukan) Sekadar Ritual Ramadan
Oleh: Fairuza Setya Eka Panggita 


(Sumber foto ilustrasi: google) 

Bulan ke-9 tahun Hijriah, Tuhan bagai sedang mengobral ampunan. Berbagai peristiwa spektakulerpun hadir menjadi supporter dalam memeriahkan bulan berbalut berkah ini. Tumpah ruah! Ganjaran kebaikan yang dikalilipatkan, dan ganjaran keburukan hanya akan didapat sesuai apa yang mereka lakukan. Mari bersyukur, dengan menggunakan waktu kita sebaik-baiknya juga meninggalkan semua hal yang hanya menyia-nyiakan waktu.

Dalam bulan Ramadhan, sejarah bercerita bahwa Al-Quran pertama kali diturunkan, setelah sekian lama digantungkan di langit arsy. Al-Quran hadir sebagai pedoman, petunjuk arah, pelindung, penyelamat, sahabat, dengan sastra tinggi yang indah nan menenangkan hingga siapapun bisa jatuh cinta. Seperti sepenggal kisah dari balik surah Al-Isra’ ayat 47-48 ini.

Saat di Makkah Al-Mukarramah, Rasulullah SWT. selalu melakukan shalat dirumahnya. Hingga suatu malam beberapa pembesar kaum musyrik seperti Abu Sufyan bin Harb, Ahnas bin Syark, dan Abu Jahal datang mendekat untuk mendengarkan lantunan Al-Quran secara diam-diam tanpa saling mengetahui satu sama lain. Mereka pergi, saat fajar menyingsing. Ketika hendah beranjak mereka berpapasan lalu saling mengejek seraya berjanji “jangan ada lagi yang datang kesini, jika terlihat tentu hatinya akan goyah”. Walau telah mengikat janji, kejadian ini tetap terulang kembali dihari selanjutnya dan terus terulang.

Dan pada saat hari ketiga, Ahnas bin Syarik dan Abu Sufyan pergi ke rumah Abu Jahal dan bertanya kepadanya, “Wahai Abu Hakam, apa yang kau pikirkan dari apa yang dibaca Muhammad?”. Abu Jahal menjawab, “kita selalu bersaing dengan Bani Abdi Manaf dalam hal kehormatan. Jika mereka memberi makan, kita juga memberi makan. Jika mereka memberi minum, kita juga memberi minum dan lain sebagainya hingga kita seimbang. Tetapi, tiba-tiba mereka berkata telah datang seorang nabi dari kalangan mereka. Lantas bagaimana kita bisa menang? Aku bersumpah tidak akan beriman dan mempercayainya”

Dalam kisah tersebut, mengisyaratkan bahwa mereka tersentuh ketika mendengarkan Al-Quran. Tetapi, sering kali mereka membisikkan kedalam pikiran mereka tentang kemungkinan Al-Quran itu dari ucapan manusia biasa. Sekalipun mereka merasakan sesuatu diluar kendali manusia. mereka juga merasakan dinamika Al-Quran yang merambat kedalam jiwa mereka, namun karena Rasulullah SAW. yang melantunkan, mereka anggap semua ini adalah akibat sihir yang ia gunakan. 

Di bulan Ramadhan ini, orang-orang belomba untuk menghatamkan Al-Quran. Selepas salat fardu, salat tarawih, sebelum subuh, menanti buka, dan kapanpun, mereka berusaha meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran, entah di langgar, masjid, rumah, atau dimanapun mereka berada. Bahkan saat kita dilarang berkumpul sementara karna wabah ini, untuk mengganti kegiatan khataman bersama seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka membuat kegiatan khataman online. Momen indah yang hanya kita temukan di bulan Ramadhan.

Memang benar, tetap ada beberapa orang yang mengagungkan Al-Quran disetiap harinya tanpa peduli Ramadhan atau bukan. Tetapi, tidak sedikit mereka yang bahkan lupa kapan terakhir kali mereka membuka lembaran-lembaran suci itu. Padahal, Al-Quran bisa kita jadikan sahabat, kekasih, yang selalu bisa menenangkan saat hati sedang gundah. Cukup dengan hati, raga, dan pikiran yang bersih, pdkt dengan Al-Quran menjadi lebih mudah. Karna Al-Quran tau, siapa yang benar-benar cinta, atau hanya main-main saja. 

Jika benar-benar mencintai Al-Quran, ia akan melindungi kita di dunia, alam kubur, bahkan akhirat. Cintai Al-Quran, jadilah golongan orang yang terpilih seperti sabda Rasulullah; yang menghafal Al-Quran, yang rutin membaca Al-Quran, yang mempelajari Al-Quran, yang mengajarkan Al-Quran, merekalah orang-orang terpilih.

So, when the Quran is recited, then listen to it and pay attention that you may receive mercy (Q.S7:204)

1 komentar: