GENERASI MILLENIAL SEBAGAI AGEN OF CHAGNE MEMANFAATKAN INTERNET UNTUK MENGATASI MASALAH SAMPAH DI INDONESIA
Arif Dika
Secara astronomi Indonesia terletak pada 6° LU - 11° LS dan 95° BT - 141° BT yang menyebabkan Indonesia berada pada garis khatulistiwa dan menerima sinar matahari sepanjang tahun. Hal ini terbukti dengan melimpahnya sumber daya alam seperti gunung, sungai, pantai, dataran tinggi, bukit, dataran rendah, danau, dan telaga. Selain itu, kekayaan laut hingga spesies hewan di Indonesia begitu banyak dan menakjubkan.
Namun, keberagaman tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan optimal karena kerusakan pada alam serta berton-ton tumpukan sampah masih terus terjadi. Oleh karena itu, isu lingkungan perlu kita perhatikan khususnya masalah sampah di Indonesia. Menurut Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 Juta Ton per tahun dan sampah plastik yang dibuang ke laut sekitar 3,2 Ton. Karena inilah Indonesia mendapat predikat sebagai negara dengan sampah terbanyak nomor 2 di dunia. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut dan merugikan manusia.
Sebenarnya sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak untuk mengatasi hal tersebut seperti dilarangnya memakai kantong plastik, denda bagi yang membuang sampah sembarangan dan beberapa perusahaan yang mendaur ulang sampah di Indonesia. Namun hal ini dinilai belum optimal karena masih banyaknya sampah di Indonesia. Selain fasilitas tempat sampah yang kurang dari pemerintah, kesadaran manusia juga sangat rendah dalam masalah ini.
Jika dilihat, pemicu terbesar masalah ini di negara-negara berkembang karena manajemen sampah yang begitu buruk. Misalnya di Indonesia sendiri, dimana pendaurulangan sampah yang dilakukan masih rendah, yaitu dibawah 50%. Hal ini akan berdampak serius jika penangannya masih tidak komprehensif. Banyak dampak negatif yang muncul atas rendahnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, misalnya: rusaknya lingkungan, pencemaran lingkungan, pemblokiran tempat fasilitas TPA, bentrok antar generasi milenial, amuk masa dan lain sebagainya.
Menghadapi masalah sampah di Indonesia dibutuhkan peran generasi milenial yang dinilai sebagai generasi mutakhir dalam memanfaatkan internet dan mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sebagaimana yang dijelaskan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), generasi milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1980-an hingga 2000-an yang kehidupannya tidak lepas dari teknologi. Istilah populer tentang generasi milenial ini adalah; connected or digital generation atau gen why, dimana hal itu identik dengan generasi yang inovatif, kreatif, berani dan yang paling penting adalah modern (Ertkutlu, 2011).
Saat ini kemajuan teknologi seakan tidak dapat terpisah dengan kehidupan manusia. Kemajuan teknologi memberikan dampak dan perubahan yang begitu besar pada gaya hidup dan pola pikir masyarakat di berbagai bidang. Selain itu, nilai-nilai kebudayaan di masyarakat juga mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada. Salah satunya adalah gadged yang saat ini menjadi bawaan wajib oleh semua kalangan terutama pada generasi milenial. Hal itu terjadi karena kemampuan gadget yang dirasa ajaib dan bisa melakukan segalanya. Mulai dari audio, aplikasi, video, hingga internet yang dapat mengakses apapun di seluruh penjuru dunia. Dengan kemajuan inilah, generasi milenial harus memanfaatkan internet guna menciptakan teknologi digital untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia. Selain itu, generasi milenial juga harus mencari cara meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan .
Hal yang dapat dilakukan generasi milenial adalah membuat Aplikasi Save The World (STW) yang dirancang oleh penulis. Seperti namanya, penulis berharap Save The World (STW) dapat menyelamatkan dunia dari masalah sampah. Aplikasi tersebut berfungsi sebagai jembatan bagi masyarakat yang akan menjual sampahnya ke perusahaan daur ulang.
Kenapa harus generasi milenial?
Karena Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2020 - 2030. Bonus demografi merupakan suatu kondisi dimana jumlah penduduk produktif atau angkatan kerja lebih besar dari pada penduduk tidak produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun) mencapai 67,02% dari seluruh penduduk Indonesia. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019 menyebutkan perkiraan jumlah pemuda sebanyak 64,19 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut jumlah penduduk usia produktif cukup tinggi dimana dari 67,02% sekitar, 50% nya adalah generasi milenial. Hal ini sudah jelas bahwa generasi milenial adalah pihak yang akan berkontribusi dalam menghadapi berbagai masalah, contohnya sampah di Indonesia.
Alasan lain mengapa generasi milenial disebut sebagai agen of change adalah fakta bahwa generasi milenial mempunyai pemikiran yang tajam, kritis, dan kreatif. Mereka dinilai sebagai generasi yang berpendidikan sehingga memiliki tanggung jawab untuk memegang peranan sebagai kaum intelektual dalam menanggapi fenomena yang ada di masyarakat. Selain itu generasi milenial juga merupakan generasi modern yang memiliki rasa optimisme, aktif bekerja, kemauan untuk bekerja dengan kompetitif, berpikir inovatif tentang organisasi, fleksibel dan terbuka.
Ada berbagai macam keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi abad ke 21 ini. Menurut Fasli Jalal (2008) mengutip dari Kai Min Cheng yang menyebutkan bahwa the 21st Century Skills and Literacies, that include : basic skills, technology skills, problem solving skills, commnunication skills, critical and creative skills, information/digital skills, inquiry/reasoning skills, interpersonal skills, dan multicultural and multilingual skills. Jika dicermati, berbagai keterampilan yang disebutkan di atas merupakan kemampuan yang dimiliki generasi milenial. Apabila hal tersebut dimaksimalkan, akan menjadi senjata ampuh untuk menghadapi berbagai masalah dan arus perubahan yang begitu deras.
Peran nyata generasi milenial dalam berkontribusi untuk bangsa dapat dilihat dari berbagai karya anak bangsa yang berbasis teknologi. Contohnya ruang guru, mobil listrik, kaskus (digitalisasi), hingga gojek yang mampu merubah kehidupan masyarakat. Semua karya tersebut merupakan bukti bahwa generasi milenial adalah golongan yang mampu mengatasi masalah dan memunculkan solusi dengan mudah serta murah bagi masyarakat. Apabila melihat berbagai kemampuan dan peran nyata generasi milenial tentu masyarakat yakin bahwa mereka adalah golongan yang tepat untuk menjaga lingkungan terutama dalam menangani masalah sampah di Indonesia.
Kenapa harus memanfaatkan internet?
Saat ini Indonesia sedang menghadapi Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 merupakan trend di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Hal ini ditandai dengan berkembangnya Internet of/for Things. Kata kunci untuk perubahan Revolusi Industri 4.0 adalah the near future, artinya perubahan dalam berbagai bidang akan berlangsung cepat. Maka tidak heran apabila saat ini kita dimudahkan oleh teknologi dalam melakukan segala sesuatu.
Hamdam (2018) berpendapat bahwa dengan hadirnya revolusi industri 4.0 sektor ekonomi merasakan perubahan yang begitu besar. Peningkatan pesat ekonomi terjadi di sektor perdagangan dan juga UMKM. Bisnis-bisnis online yang bermunculan, memberi dampak positif yang begitu besar bagi perkembangan bisnis di Indonesia. Pebisnis pemula maupun pemain bisnis yang sudah eksisi sama-sama mendapat keuntungan. Oleh karena itu, dengan munculnya revolusi industri 4.0 dimana segala sesuatunya serba digital. Generasi milenial harus memanfaatkan internet sebaik mungkin untuk bisa bertahan di era 4.0 ini.
Menurut Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2020, pengguna internet di Indonesia mencapai 175,4 juta jiwa dari 272,1 juta penduduk Indonesia. Oleh karena itu, tak heran jika masyarakat mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman. Peningkatan penggunaan aplikasi jual beli atau jasa antar jemput juga meningkat drastis. Dari Statistik Telekomunikasi Indonesia, BPS menjelaskan tujuan penggunaan internet didominasi oleh pengguna media sosial dengan persentase sekitar 79,13 persen.
Misalnya aplikasi jasa antar jemput makanan yang mengalami peningkatan pesat adalah GrabFood. Dilansir dari detikinet GrabFood menorehkan peningkatan dalam jumlah pengguna aktif selama tahun 2019. Tidak tanggung-tanggung pengguna aktif GrabFood meningkat sebanyak 173%. Selain itu GrabFood juga mencapai pertumbuhan 5,2 kali dalam gross merchandise value (GMV) selama 2019 di seluruh regional.
Artinya perubahan dalam berbagai bidang berlangsung cepat, bahkan hanya dalam kurun waktu yang singkat. Dalam kehidupan sekarang GrabFood tadi bisa dijadikan sebagai contoh aplikasi yang hanya dalam hitungan bulan telah mengubah pola hidup masyarakat yang menjadi ketergantungan karena dimudahkan dalam bertansportasi dan transaksi pembelian barang. Generasi milenial harus benar-benar memanfaatkan internet dengan membuat inovasi teknologi digital diberbagai bidang agar bangsa ini terus berkembang. Selain itu, generasi milenial juga harus memanfaatkan hal tersebut karena kondisi saat ini memaksa masyarakat harus beralih teknologi dari manual ke segala sesuatu yang serba digital. Untuk itu, dalam mengatasi masalah di Indonesia khususnya sampah ini, generasi milenial perlu mempersiapkan semaksimal mungkin agar dapat memanfaatkan peluang dan berkontribusi terhadap negara.
Bagaimana caranya generasi milenial menjadi Agen of Change dengan memanfaatkan internet untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia?
Masyarakat Indonesia sebenarnya sudah terbiasa menggunakan internet namun belum dapat memanfaatkannya secara optimal. Oleh karena itu, perlu peran generasi milenial sebagai agen of change dalam penggunaan teknologi dan internet di zaman sekarang ini.
Dari berbagai data yang telah disampaikan, bukan hal mustahil apabila generasi milenial mampu menciptakan sebuah inovasi baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Apabila inovasi ini dapat dikenalkan dengan baik, tentu akan mengubah budaya masyarakat yang tadinya membuang sampah sembarangan menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dan mau memanfaatkan sampah yang ada. Alhasil masalah sampah di Indonesia yang sudah lama tak terselesaikan mampu di atasi oleh generasi milenial dengan cara menjual dan mendaur ulang sampah tersebut.
Hal ini bisa dilakukan dengan menciptakan aplikasi Save The World (STW) seperti rancangan penulis yang sudah disampaikan sebelumnya. Aplikasi ini adalah jembatan untuk masyarakat dan perusahaan. Sebagaimana kita ketahui, sudah banyak tempat dan perusahaan daur ulang sampah di Indonesia. Misalnya Primaguna Plastik (daur ulang plastik) di Jawa Tengah, PT Pabrik Kertas Indonesia Main Office (daur ulang kertas) di Jawa Timur, PT Logam Jaya Abadi (daur ulang logam) di Jawa Barat dan masih banyak lagi. Namun, masih banyak masyarakat yang belum mau menjual sampahnya untuk didaur ulang karena berbagai alasan. Mulai dari lokasi yang jauh, terlalu ribet, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, Save The World datang untuk mengatasi hal tersebut. Aplikasi ini berfungsi menjual sampah dari masyarakat ke perusahaan. Nantinya Save The World bisa bekerja sama dengan berbagai perusahaan daur ulang di Indonesia. Dalam hal ini generasi milenial yang akan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dan melakukan riset. Banyak generasi muda yang bisa diajak kerjasama misalnya para mahasiswa berupa BEM SI, komunitas kepemudaan, yayasan, dan lain sebagainya. Jika sudah terjalin kerjasama, maka semua perusahaan yang tergabung dengan Save The World akan masuk dalam aplikasi tersebut, guna menampilkan profil perusahaan tersebut berupa pengelolaan sampahnya. (Gambarannya seperti, toko-toko yang menjual dagangan mereka di shoope, tokopedia, bukalapak dll).
Nantinya cara kerja aplikasi ini adalah setiap orang bisa menjual sampahnya baik plstik, kertas, logam dll kepada perusahaan yang dipilih, dari situlah pihak perusahaan akan datang untuk mengambil sampah dan membayar uang ke rumah masyarakat atau sesuai lokasi yang diberikan. (Gambarannya seperti gojek yang memhampiri lokasi kliennya). Hal itu dapat dilakukan dengan cara; membuka aplikasi, memilih item sampah mana yang akan dijual, berapa berat sampah, dan dimana alamatnya. Setelah itu, secara otomatis akan muncul harga sampah yang dijual masyarakat kepada perusahaan yang dipilih. Setelah deal dan dikonfirmasi, pihak perusahaan akan mengambil sampah ke alamat yang dicantumkan dalam aplikasi sesuai waktu yang ditentukan. Jadi, masyarakat hanya perlu membuka aplikasi tersebut tanpa keluar rumah untuk menjual sampahnya. Tentu ini adalah cara yang sangat mudah dan murah bagi masyarakat untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia.
Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan melainkan mengumpulkan sampah yang ada dirumah/lingkungan, lalu bisa dijual ke perusahaan daur ulang. Mereka juga tidak perlu repot mendatangi pusat daur ulang sampah melainkan hanya menghubunginya melalui aplikasi Save The World. Keuntungannya, masyarakat bisa mendapat uang, lingkungan bersih, sampah berkurang, daur ulang sampah akan meningkat, jika pihak daur ulang/perusahaan mendapat sampah yang besar maka mereka akan membayar pajak yang besar sehingga bisa meningkatkan ekonomi nasional dan daerah.
Dilansir dari kompas.com di Jakarta ada 50.000 ribu orang yang mendapat penghasilan dari sampah plastik, bahkan ada 25.000 ribu orang yang menggantungkan hidupnya hanya dari limbah tersebut. Nilai perputaran ekonomi yang dihasilkan dari sampah plastik sendiri mencapai 6,6 milyar. Tentu ini merupakan nilai yang fastastis, oleh karenanya jika hal ini dapat dikelola dengan baik, tentu akan memberikan dampak positif yang besar serta menjadi pendapatan dan peningkatan ekonomi yang besar di Indonesia.
Penulis yakin bahwa aplikasi ini bisa diciptakan. Mengapa demikian? Karena semua hal yang dibutuhkan sudah ada, mulai dari perusahaan daur ulang, masyarakat, sampah, hingga generasi milenial yang nantinya menjadi pelopor dan penggerak aplikasi ini pun sudah ada. Sehingga hanya perlu keniatan untuk menjalin relasi dan kerjasama dengan berbagai pihak hingga nantinya bisa tercipta sebuah inovasi baru untuk mengatasi masalah yang dari dulu tak kunjung ada solusinya.
Masa depan bangsa bergantung pada kualitas generasi mudanya, semakin berkualitas maka akan semakin siap untuk menghadapi tantangan kedepan. Jadilah generasi yang berperan bukan baperan. Jangan takut gagal untuk mengembangkan kreativitas tapi takutlah ketika kita tidak mencoba melakukannya. Ketika kita gagal dan jatuh, kita masih bisa bangkit lagi. Salam generasi muda!!!!
Daftar Pustaka
Ainiyah, Nur. (2018). Remaja Millenial dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media Informasi Pendidikan Bagi Remaja Milenial. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, Volume 02, 221-235.
Sundari, Cisilia. (2019). Revolusi Industri 4.0 Merupakan Peluang dan Tantangan Bisnis Bagi Generasi Milenial Di Indonesia. Jurnal: Fintech dan E-Commerce untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Industri Kreatif, 555-563.
Dewi, I Gusti, AAY. (2018). Peran Generasi Milenial Dalam Pengelolaan Sampah Plastik Di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publick, Volume 3 No 2, 84-92.
Ambarwati, Amanah & Raharjo, Susilo, T. (2018).Prinsip Kepemimpinan Character of A Leader pada Era Generasi Milenial. Philanthropy Journal of Psychology. Vol 2 No 2, 114-127.
Data Tambahan
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLLAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
http://dprd-dkijakartaprov.go.id (Diakses pada 19 Mei 2021)
Jumlah Pemuda Indonesia Databoks,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/20/sejak-2010-jumlah-pemuda-indonesia (Diakses pada 19 Mei 2021)
Sensus Penduduk 2020, Sensus Era Digital – Badan Pusat Statistik Kota Bandung,
https://bandungkota.bps.go.id/news/2020/01/07/15/sensus-penduduk-2020--sensus-era-digital---.html (Diakses 19 Mei 2021)
GrabFood Rayakan Sejumlah Pencapaian Terbaru di Indonesia,
https://www.grab.com/id/ ( Diakses 19 Mei 2021)
GoFood Tetap No. 1 di Indonesia,
https://www.gojek.com/blog/gofood/gofood-tetap-no-1/ (Diakses 19 Mei 2021)
Lingkungan Hidup Menenggelamkan Pembuang Sampah Plastik di Laut,
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/sosial/menenggelamkan-pembuang-sampah-plastik-di-laut#:~:text=Sekitar%204%2C8%2D12%2C,yang%20tak%20terkelola%20dengan%20baik (Diakses 19 Mei 2021)
jumlah Sampah di 17 Gunung Capai Empat Ton, Ini Buktinya,
https://www.jawapos.com/nasional/21/02/2018/jumlah-sampah-di-17-gunung-capai-empat-ton-ini-buktinya/ (Diakses 19 Mei 2021)
Pengertian Media Sosial – Sejarah, Fungsi, Peran, Jenis, Ciri, Pertumbuhan, Dampak, Para Ahli,
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-media-sosial/ (Diakses 20 Mei 2021)
Cara Menjaga Lingkungan Hidup,
https://dlh.paserkab.go.id/detailpost/cara-menjaga-lingkungan-hidup (Diakses 20 Mei 2021)
Daur Ulang Sampah, Meraup Penghasilan di Masa Pandemi Covid-19,
https://m.bisnis.com/amp/read/20200511/257/1238656/daur-ulang-sampah-meraup-penghasilan-di-masa-pandemi-covid-19(Diakses 20 Mei 2021)
Daur Ulang Sampah Bisa Menghidupkan Perekonomian Warga,
https://amp.kompas.com/money/read/2019/09/03/213900126/daur-ulang-sampah-bisa-menghidupkan-perekonomian-warga(Diakses 20 Mei 2021
Sobat Digital Kita,
https://andi.link (Diakses 19 Mei 2021)
Pengaruh Letak Astronomis Indonesia,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/03/131500869/pengaruh-letak-astronomis-indonesia?page=all#:~:text=Letak%20astronomis%20Indonesia%20secara%20detail,atau%20berpengaruh%20bagi%20wilayah%20Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar