"NGOPI" ( Ngobrol Perkara Iman )

NGOPI "(Ngobrol Perkara Iman)

oleh .Nurul Dahlia


        

Malam itu, aku melewati jalan yang tak biasa kutempuh. Ditengah puing-puing yang tengah berserakan, ku telusuri lorong demi lorong dalam kegelapan malam, nampak sunyi dalam pandangaan bola mata kecil yang sedang berusah mencari cahaya, namun semakin tak ditemukan. Derap langkah kaki yang biasanya kencang seolah mati rasa dan gemetaran. “Nampaknya tempat ini seperti tak berpenghuni”, kataku kala itu diiringi suara bata yang hampir saja menimpa kepala. “Innalillahiiiiii”, teriakku dengan terus mengayunkan kaki menuju tempat tujuan. Dalam hati ku berbisik, “sungguh mengerikan tempat tadi, andaikan ada cahaya sekecil kunang, mungkin tak akan membuat kakiku gemetaran”.

Sambil terus berjalan, mukena yang kubawa dalam gendongan, hampir saja terjatuh karena tak sengaja menyenggol kerikil dijalanan. Yah, bisa jadi karena ketidak fokusan, dan kekhawatiranku akan tempat sunyi dan gelap itu. Padahal perjalanan ke tempat tujuan masih sangat jauh, kurang lebih setengah jam lagi untuk bisa sampai ke sana, tempat yang biasa digunakan untuk bertukar ilmu, dan ngobrol perkara iman.

Pernyataan dalam isi kepalaku mulai terangkai dalam kata, seolah aku sedang berbicara dengan seseorang yang tak berwujud. “Ternyata berjalan dalam kesunyian itu mengerikan yah”, bisikku. Sembari mempercepat langkah, aku mulai bertanya dalam hati “didunia yang masih terlihat ada cahaya rembulannya saja, sungguh begitu mengerikan ketika sendirian, lantas bagaimana nanti ketika di alam kubur ya?.

Kala itu, entahlah tiba-tiba fikiranku sedang tak ditempat, dan kebetulan tepat di bahu jalan, ada tempat pemakaman umum yang tengah kulewati. Kupercepat langkahku, namun tetap saja bulu kudukku merinding, dan waktu terasa berhenti berdetak. Rasanya baru satu menit melewati tempat itu, seakan sudah sejam saja berada disana.

“Diiiiihhh, kok serem yaa”, kataku (diiringi suara aneh dari salah satu perkuburan). ”Gubraakkkk”, (entah dari mana suara itu). “Siapaaaa?”, ucapku dengan spontan. “Aaaakuuuuu”, (suara dari salah satu makam). “ohhh kamuuuu, bilang dongg! Ngagetin aja”, jawabku. Sambil tersadar aku kembali berucap dalam hati dan berfikir “hmmm… jadi, tadi siapa ya yang menjawab?”.

Seketika, tanpa fikir panjang aku lari terbirit-birit dan hampir saja menabrak Hanin, teman sehalaqoh yang juga sedang berjalan pergi ke arah masjid, tentunya tempat yang kuceritakan diawal tadi.

“Sal!! kamu kenapaaaaa? kayak habis ketemu idola aja”, tanya Hanin (sambil menepuk pundakku). Dengan nafas tersengal-sengal aku menjawab “bukan idola itumah, orang aku habis ketemu setan, kok kamu bilang habis ketemu idolaa”. “Emang tadi gimana ceritanya? kok bisa ketemu setaann…”, tanya Hanin. Setelah aku selesai menceritakan kejadianku ketika melewati kuburan, Hanin menimpali, “Ohhhh gitu taaahh ceritanyaa…. Kirain apaaaaa”.

(Sambil mengelus pundakku), Hanin mulai bertanya kepadaku, “Salwa, kamu inget nggak di video youtubnya culap-culip tentang teriakan kubur yang memanggil? persisss banget kayak ceritamu tadiii”. “Yang gimana ninnnn?”, tanyaku. “Jadi gini”, (hanin mulai menjelaskan kepadaku).

“Ituuu yang scenenya pas si culap sama culip menjelaskan bahwasanya suara yang kamu dengar itu bukan lah suara hantu, melainkan suara kuburan, nah kalimat lengkapnya bukan cuma berteriak akuu, bukan! tapi ada lanjutannya”. “Teruss, terusss, gimana? Lanjutannya?”, tanyaku kepada hanin. “Oke, jadi gini lanjutannya, sebenernya setiap harinya kuburan itu berseru meneriakkan lima peringatan”, jawab hanin.

“Peringatan apa?” tanyaku. “Begini teriakannya”, ucap hanin. (suara teriakan kuburan) “aaaakuuu adalah rumah kesendirian, maka ramaikanlah aku dengan bacaan Al-qur’an”. “Jadi kata si culap sama culip tuh nanti dialam kubur manusia akan sangat merasa kesepian, mereka sendirian dalam kesunyian, itu sebabnya selagi masih hidup perbanyaklah membaca Al-Quran, karena itulah amalan yang akan menemani dan meramaikan kubur kalian” (hanin menjelaskan). “Itu persis banget, sama kayak yang kurasakan saat melewati puing puing dipinggir Lorong tadi nin, rasanya sepi dan sunyi”, kataku sambil menambahi penjelasan dari Hanin, sedang ia mendengarkan sambil menganggukkan kepala.

Hanin juga menceritakan tentang peringatan kedua di video culap-culip. (suara teriakan kuburan) yakni “aaakuuu. adalah rumah kegelapan, maka terangilah dengan sholat malam”. “Jadi si culap culip menjelaskan lagi bahwasanya suasana dialam kubur itu begitu gelap dan menyeramkan, tidak ada sedikitpun cahaya yang dapat menuntun pandangan, sebab itulah perbanyaklah sholat malam, karena amal itulah yang akan menerangi kubur kalian” ucap hanin. Dalam hati aku berucap, “ternyata gitu to rasanya kesepian dialam kubur, kurang lebihnya hampir sama kayak kejadian aku tadi pas melewati puing-puing tanpa cahaya hingga membuatku tersandung, karena saking gelapnya”.

Tak terasa, ternyata kita hampir sampai dipelataran masjid yang ditengah diisi oleh belasan anak muda yang semangat mengajinya begitu membara. Sembari berbisik kepada hanin aku bertanya “terus lanjutan teriakan ke tiga, empat sama lima gimana?”. “Salwaaa, kita udah mau sampai masjid nih, kalau emang salwa penasaran sama lanjutan dari cerita tadi coba nanti “searching” aja di youtube nya culap culip tentang teriakan kubur,” jawab hanin. “Okeee, syukran ya hanin atas informasinya, insya Allah nanti tak lihat di youtubnya culap culip habis halaqoh kalau waktunya udah longgar”, kataku menimpali.

Kemudian aku dan hanin masuk masjid, saling bertukar ilmu dengan teman-teman halaqoh, dan sharing masalah pemuda zaman sekarang dan tidak sedikit diantara mereka menghabiskan waktunya sia-sia tanpa belajar, bermain gadget, dan berselancar didunia maya tanpa mampu menyaring mana yang perlu dan tidak perlu dilihat, dan nyatanya seringkali menyita waktu. Akhirnya kami bersama teman sehalaqoh menemukan solusi untuk penyelesaian dari masalah ini, dan sepakat untuk menghidupkan komunitas NGOPI (ngobrol perkara iman) yang sempat mati, dikarenakan tidak adanya pemuda pemudi yang memiliki minat belajar, khususnya belajar perkara iman.

Di komunitas ngopi ini kami target kegiatan yang telah kami disukusikan bersama teman-teman dan kami susun. Dimana nantinya kami akan mendatangi satu rumah kerumah lain untuk menawarkan kegiatan yang diadakan di masjid, diantaranya ada tilawah one day one juz, tadabbur Al-Quran satu ayat per hari, sholawatan, sharing ilmu buku bacaan dan lain sebagainya. Nah, biasanya kami adakan monitoring dan evaluasi disetiap pekannya.

Singkat cerita, lima bulan telah berlalu, setelah kejadian yang hampir membuat jantungku copot karena mendengar teriakan kubur, hingga kami sepakat untuk menghidupkan komunitas ngopi. Alhamdulillah, akhirnya komunitas kami bisa berjalan dengan baik, bahkan diminati oleh pemuda pemudi yang dulunya malas ke masjid menjadi  rajin berjamaah di masjid dan tertarik untuk mengikuti kajian di komunitas ngopi.

Sebagian orang kami tanya mengapa memilih komunitas ngopi, jawaban mereka adalah dikarenakan kajian dikomunitas ngopi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan difahami oleh kalangan muda mudi bahkan kalangan dewasa hingga lansia, selain itu dengan mengikuti kegiatan di komunitas ngopi ini mereka merasa semakin bermanfaat waktunya serta memberi kesempatan untuk mengasah skill sesuai dengan apa yang mereka minati dibidangnya. Tak hanya itu di komunitas ngopi ini mereka juga sedikit banyaknya dapat menambah wawasan terkait keimanan, semakin mengenal Allah dan RasulNya, sehingga wawasan itu tak hanya dijadikan sebagai pengetahuan, namun juga diajarkan tentang bagaimana caranya mengamalkan dalam kehidupan.

 Temen-temen pembaca yang dirahmati Allah dimanapun berada, semoga cerita pendek ini dapat menginsipirasi kita semua, untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, mengingat mati, dan tentunya menggunakan waktu kita sebaik mungkin, Caranya gimana? Bisa, dengan menggunakan gajget secara bijak. Boleh dengan mendengarkan ceramah Ustadz atau Kiyai, atau dengan menonton animasi Islami yang dapat menambah iman, wawasan, ilmu, serta budi pekerti atau lain sebagainnya.

 Terima kasih, telah meluangkan waktunya untuk membaca cerpen ini.

Semoga bermanfaat…

 

Kataba

KATABA : Komunitas Pegiat Literasi Santri Ma'had Al-Jami'ah KATABA adalah komunitas pegiat literasi di lingkungan Ma'had Al-Jami'ah IAIN Salatiga yang lahir pada 16 Maret 2017. Komunitas ini terbentuk dari inisiatif seorang mahasiswa kelas khusus Internasional (KKI) program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yaitu Muhammat Sabar Prihatin. Pengalaman dan prestasinya di dunia literasi yang membludak, mulai dari prestasi lokal hingga internasional, membuatnya tergugah untuk menyalurkan bakatnya. Setelah sekian kali mengikuti berbagai event literasi, akhirnya ia merasa terpanggil untuk menciptakan sebuah wadah yang menaungi kompetensi orang lain. Pada suatu event bernama Pelatihan Jurnalistik Santri Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2017, ia merasa terinspirasi untuk menyalurkan bakatnya dengan cara memberi jalan terang bagi mereka yang ingin menemukan potensi diri. Diciptakanlah sebuah komunitas literasi bernama KATABA.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama