Simpang Lima Perbatasan Nasib
Ali Hamidi
/1/
Simpang lima perbatasan nasib
Sunyi suntuk membesarkan tiga anak lampu
Mewakili manusia melata, miskin, kaya dan tidak punya apa-apa
Menyapa orang-orang yang sedang melakukan perjalanan
/2/
Merah seraya asmara yang menghentikan waktu
Sementara manusia di tepian jalan masih kesepian:
Tak sempat makan, sebab sibuk menghitung sisa umur
Mengemis kepada hujan dan menadah: menjilat debu dan angin-anginan
/3/
Kuning merayu hening, menggoda arah cuaca
Lekas melarikan diri pada musim, derita pilih kasih
Kepada yang tak sanggup menaiki kakinya sendiri
Kepada yang tak peduli dan pura-pura mati
/4/
Dan hijau adalah akhir puisi ini
Barangkali lampu lalu lintas ialah cerminan nasib
Yang memeluk sepi di keramaian bumi
Sisa-sisa kemanusiaan yang hampir punah
Dan kami mencari-cari bagaimana senyum itu muncul
Di pipi mereka yang melarat
Salatiga, September 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar