Laa Tudhoyyi'ul Waqta

  Laa Tudhoyyi'ul Waqta

Penulis : Anastasya Yusvieta Anggi





"Baiklah, kita cukupkan kajian pada sore hari ini. Semoga kita semua dapat senantiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Saya akhiri, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh". tutup Kyai Amar pada kajian sore ini.


Ramadhan sore ini, pondok pesantren Nurul Huda kembali mengadakan kajian ngabuburit menjelang waktu buka puasa. Di kesempatan sore ini, Kyai Amar memberi kajian tentang 3 Hal yang tidak perlu membuang waktu didalamnya. 3 hal itu ialah 1.) Meratapi yang sudah terlewatkan karena itu tidak akan kembali, 2.) Membandingkan diri sendiri dengan orang lain karena itu tidak bermanfaat, 3.) Berusaha menyenangkan semua orang karena itu tidak akan terjadi. Kyai Amar juga menasehati para santri untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan bijak dan tidak menyia-nyiakannya.


Seusai kajian, Nabila bersama dengan temannya Mutia, berjalan kembali ke kamar mereka setelah mengikuti kajian ngabuburit. Sesampainya di kamar, mereka mengobrol sebentar sembari menunggu waktu adzan maghrib. 


"Bil, kamu udah ngerjain tugas Fiqh belum?" tanya Mutia mengawali obrolan kali ini.

"Alhamdulillah sudah Mut, memangnya kenapa?" jawab Nabila dengan balik bertanya.

"Hehe, ajarin aku dong gimana caranya membedakan antara nisab dan haul zakat?" tanya Mutia.

"Oo itu, gini Mut, kalau nisab itu batasan minimal harta yang wajib dikenakan zakat, sedangkan kalau haul itu batasan waktu satu tahun hijriyah atau 12 bulan qomariyah kepemilikan harta yang wajib dikeluarkan zakat. Jadi kalau nisab itu batasan harta, kalau haul itu batasan waktu." jelas Nabila.

"Waah terima kasih, Bil. Alhamdulillah, sekarang udah ngga bingung lagi." ucap Mutia.

"Alhamdulillah, kalau gitu. Yaudah yuk, kita ke dapur umum, sebentar lagi adzan." ajak Nabila.

"Yuk," ucap Mutia.

Mereka pun pergi ke dapur umum untuk berbuka bersama.


Malamnya seusai tadarus, Nabila dan Mutia terlihat bersiap untuk tidur. Setelah membaca do'a sebelum tidur, mereka bergegas tidur.


Keesokan harinya setelah ashar, Nabila melaksanakan jadwal membantu memasak di dapur umum dengan beberapa santri lain yang kedapatan jadwal hari ini. Disaat ia sedang asik memasak, ia melihat Ning Alya, putri Kyai Amar, yang sedang mengarahkan para santriwati yang memasak. Terkadang di sela waktunya memasak, Ning Alya bersholawat dengan suaranya yang merdu.

"Masyaallah, adem banget suara Ning Alya. Udah cantik, Hafidzoh, ramah, pinter masak, plus plus deh," kagum Nabila dalam batinnya.

Saking asyiknya ia melamun, hingga ia tidak sadar bahwa tahu tempe bacem yang sedang ia masak sudah sedikit gosong.


"Astagfirullah, Bil, itu masakanmu mau gosong!!" panik santriwati bernama Indah.

"Astagfirullahal adhim, duh, gimana ya Ndah? mana udah gosong lagi," panik Nabila sambil mematikan kompor.

"Lagian kamu kenapa sih Bil, kok melamun? Ngga baik loh, melamun itu ngga ada gunanya." tanya Indah

"Emm aku tadi lagi kagum sama Ning Alya. Udah cantik, baik, ramah, hafal 30 juz, pinter masak lagi. Pasti banyak yang suka. Beda sama aku yang kaya gini. Lihat, masak aja aku sampe gosong." Gerutu Nabila panjang lebar.

"Yaa Salaam, Ngapain sih membandingkan diri sendiri dengan orang lain? Ngga ada gunanya, Bil. Kita itu udah diciptakan sama Allah sesempurna mungkin sebagai manusia. Kita punya kelebihan dan kekurangan yang berbeda, jadi ngga usah membandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Kalo soal gosong udah ngga papa, manusia juga punya sifat teledor. Alhamdulillah itu masih dikit gosongnya cuma dikit yang bawah. Yang gosong kasih ayam dibelakang aja, yang atas masih aman kok" saran Indah.

"Aduh, tapi nanti gimana ya, aku takut dimarahin sama Ning Alya. Nanti gimana kalo Ning Alya marah sama aku karena ngga bener kalo masak?" tanya Nabila dengan sisa panik.

"Udah ngga papa, pasti Ning Alya ngertiin kok. Besok lagi ngga usah ngelamunin hal yang ngga berguna, ngga baik. Lagian kemarin juga kan kita dapat kajian dari Kyai Amar tentang 3 hal yang tidak boleh kita sia-siakan waktu didalamnya, dua diantaranya ya itu yang barusan malah kamu lakuin, meratapi yang sudah terlewatkan karena itu ngga akan kembali, dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain karena itu ngga bermanfaat. Masa kamu lupa Bil?" jelas Indah mengingatkan.

"Astagfirullah, iya aku lupa Ndah. Kamu benar, aku ngga boleh menyia-nyiakan waktu. Yaa Allah, maafkan Nabila sudah menyia-nyiakan waktu" ucap Nabila.

"Udah, ngga perlu disesali, sekarang beresin aja masakanmu. Sebentar lagi udah adzan maghrib." tukas Indah.

"Iya, Ndah. Terima kasih, udah ngingetin aku ya Ndah." ucap Nabila sambil menyentuh lengan Indah.

"Iya, sama-sama, Bil. Udah gih, selesaiin. Aku mau ke asrama dulu ya, manggil para santriwati." pamit Indah sambil mengusap pundak Nabila.

"Iya, Ndah." jawab Nabila tersenyum.


Setelah itu, Nabila menyelesaikan masakannya dan membersihkan sedikit kekacauan yang ia perbuat. Ia kembali menasehati dirinya sendiri agar tidak lagi menyia-nyiakan waktu dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Serta menjadikan kejadian yang baru saja ia alami sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih baik kedepannya.

Kataba

KATABA : Komunitas Pegiat Literasi Santri Ma'had Al-Jami'ah KATABA adalah komunitas pegiat literasi di lingkungan Ma'had Al-Jami'ah IAIN Salatiga yang lahir pada 16 Maret 2017. Komunitas ini terbentuk dari inisiatif seorang mahasiswa kelas khusus Internasional (KKI) program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yaitu Muhammat Sabar Prihatin. Pengalaman dan prestasinya di dunia literasi yang membludak, mulai dari prestasi lokal hingga internasional, membuatnya tergugah untuk menyalurkan bakatnya. Setelah sekian kali mengikuti berbagai event literasi, akhirnya ia merasa terpanggil untuk menciptakan sebuah wadah yang menaungi kompetensi orang lain. Pada suatu event bernama Pelatihan Jurnalistik Santri Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2017, ia merasa terinspirasi untuk menyalurkan bakatnya dengan cara memberi jalan terang bagi mereka yang ingin menemukan potensi diri. Diciptakanlah sebuah komunitas literasi bernama KATABA.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama