Kenangan Manis
di Ujung Sore
Oleh: Ade Irma
Yuliani
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi
oleh perbukitan hijau dan sungai yang mengalir jernih, hiduplah dua sahabat
karib, Dika dan Rani. Mereka berdua adalah anak-anak yang penuh semangat dan
selalu bersama dalam setiap petualangan. Setiap sore, setelah pulang sekolah,
mereka akan berlari menuju taman bunga yang terletak di pinggir desa.
Taman bunga itu adalah tempat favorit
mereka. Berbagai jenis bunga bermekaran di sana, dari mawar merah hingga melati
putih, semuanya memberikan warna dan aroma yang menyejukkan hati. Namun, ada
satu bunga yang paling mereka sukai: bunga matahari. Bunga-bunga ini selalu
menghadap ke arah matahari, seolah-olah memberikan semangat kepada siapa saja
yang melihatnya.
Suatu hari, Dika dan Rani menemukan
sebuah buku tua di bawah pohon besar di taman. Buku itu penuh dengan
gambar-gambar bunga dan cerita-cerita tentang keajaiban alam. Mereka berdua
sangat terpesona dan memutuskan untuk menjadikan buku itu sebagai panduan
petualangan mereka.
Dengan semangat petualangan, Dika dan
Rani mulai menjelajahi desa untuk mencari bunga-bunga langka yang disebutkan
dalam buku. Mereka melewati ladang padi, menyeberangi sungai kecil, dan mendaki
bukit-bukit kecil. Setiap kali mereka menemukan bunga baru, mereka akan
mencatatnya di buku dengan gambar dan deskripsi.
Dalam perjalanan itu, mereka juga
belajar banyak tentang persahabatan. Dika selalu mendorong Rani untuk tidak
menyerah ketika mereka menghadapi rintangan, seperti saat mereka tersesat di
hutan kecil atau ketika hujan tiba-tiba turun. Rani pun selalu menghibur Dika
ketika ia merasa lelah dan ingin pulang. Mereka saling melengkapi satu sama
lain.
Suatu sore, ketika matahari mulai
tenggelam, Dika dan Rani menemukan sebuah ladang bunga liar yang dipenuhi
dengan bunga-bunga berwarna-warni. Mereka berdua sangat gembira dan memutuskan
untuk mengadakan pesta kecil di sana. Mereka membawa bekal sederhana: roti isi
selai dan minuman dari kelapa muda.
Saat mereka duduk di tengah ladang
bunga sambil menikmati makanan, Dika berkata, "Rani, aku sangat bersyukur
punya sahabat sepertimu. Kita bisa berbagi semua hal—kebahagiaan, kesedihan,
bahkan petualangan."
Rani tersenyum dan menjawab, "Aku
juga, Dika. Persahabatan kita adalah harta yang paling berharga."
Waktu berlalu begitu cepat. Dika dan
Rani tumbuh dewasa dan menjalani hidup masing-masing. Namun, kenangan indah
tentang petualangan mereka di taman bunga tak pernah pudar. Mereka sering
mengingat kembali masa-masa itu dengan senyuman.
Suatu hari, ketika mereka sudah
menjadi orang dewasa dengan kesibukan masing-masing, Dika memutuskan untuk
mengunjungi taman bunga tempat mereka dulu bermain. Ia terkejut melihat Rani
sudah menunggu di sana dengan senyum lebar.
"Rani! Kita kembali ke tempat
kita memulai semuanya," seru Dika penuh semangat.
Mereka berdua duduk di bawah pohon
besar itu sambil mengenang semua petualangan masa kecil mereka. Ternyata,
meskipun waktu telah berlalu, persahabatan mereka tetap kuat seperti dulu.
Persahabatan Dika dan Rani adalah contoh
nyata bahwa ikatan yang dibangun sejak kecil bisa bertahan seumur hidup. Taman
bunga tidak hanya menjadi saksi bisu dari petualangan mereka tetapi juga
menjadi simbol dari cinta dan persahabatan yang tulus. Dalam setiap langkah
hidupnya, mereka selalu ingat bahwa sahabat sejati adalah harta yang tak
ternilai.
Wonosobo, 14 Maret
2025