Kamis, 30 April 2020

Pandemi COVID-19: Ternyata Tuhan Ajarkan “ini” kepada Manusia

Pandemi COVID-19: Ternyata Tuhan Ajarkan “ini”  kepada Manusia

Oleh: Muhammad Taufiqi Abdillah


( Sumber foto ilustrasi : google)

Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri. “Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?”.

Penggalan puisi karya Kahlil Gibran di atas menjadi tamparan keras bagi penulis. Buana indah nan megah yang kita singgahi kini memang diam, tak bisa diajak bicara. Tapi, kita tak pernah tau apakah diam adalah pertanda bahwa pertiwi sedang baik-baik saja, atau justru diam adalah cara alam menahan perih yang diderita? Entah ulah manusia, atau ada maksud lain yang tidak mudah dicerna melalui nalar berpikir kita, pandemi Covid-19 adalah salah satunya.

Dunia saat ini sedang dihadapkan dengan penyebaran Covid-19 yang telah disepakati oleh organisasi kesehatan dunia sebagai pandemi. Himbauan pemerintah untuk tetap di rumah saja dan melakukan Social distancing nyatanya menyisakan banyak keluh kesah bagi masyarakat lintas profesi, tak terkecuali Mahasiswa. 

Mulai dari roda perekonomian yang melemah, penutupan kegiatan belajar-mengajar di segala jenjang pendidikan, hingga seluruh agenda yang melibatkan pertemuan banyak orang pun terpaksa diundur demi meminimalisir adanya penyebaran Covid-19 yang semakin meluas. Hal ini tentunya tidak mudah untuk dilalui, akan tetapi prinsip sadar harus disepakati bersama bahwa value of humanity atau nilai kemanusiaan itu lebih tinggi derajatnya dari apapun.

Berbagai argumentasi dibangun para ahli dalam menanggapi pandemi ini, sebagian mengatakan bahwa virus ini lahir dari pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, disebarkan melalui binatang, kemudian menular dari manusia ke manusia hingga angka penyebarannya yang melonjak tinggi bisa kita saksikan hari ini.

Sebagian pakar juga menyatakan bahwa virus ini lahir dari konspirasi belaka. Skenario panik global yang kini berdengung dimana-mana, berhasil menampilkan manusia dengan kekacauan dan keputusasaan. Karena, orang yang panik cenderung lebih mudah untuk dimanipulasi. Kepanikan tersebut sengaja dibuat demi memuluskan rencana yang ada dibalik bilik tragedi ini.

Dari kacamata pemuka agama juga berpendapat bahwa ini adalah salah satu cara Tuhan menegur hambanya. Dalam Q.S An-Naba’ ayat 6 dijelaskan bahwa bumi ini adalah hamparan bagi manusia untuk menjalani kehidupannya. Bagaimana sikap manusia kepada alam, maka begitu pula alam membalasnya. Apapun itu, selalu ada hikmah dari setiap kejadian, akan selalu ada ibrah yang bisa dipetik dari semua rancangan Tuhan. Wallahua’lam.

Melalui Pandemi, Tuhan Ajarkan 3 Perkara “ini” 

1. Spirit Ibadah dan Kemanusiaan

Merujuk pada firman Allah Q.S Al-Insyirah ayat 6 Allah memberi penghiburan kepada setiap hambanya agar tidak berputus asa dalam menghadapi segala bentuk kesulitan, karena bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, sebagaimana pelangi yang hinggap di ranting-ranting langit setelah tibanya hujan.

Pandemi ini seharusnya menundukkan diri kita tentang hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Jika benar pandemi ini berasal dari binatang yang diharamkan Allah SWT untuk dimakan, maka hubungan manusia dengan binatang tersebut sudah jelas hukumnya, kita diwajibkan untuk menjaga semua makhluk Allah SWT, tapi tidak untuk memakannya.

Disaat-saat yang seperti ini, ini adalah waktu yang tepat untuk kita menguatkan dimensi Insaniyah kita. Dengan menguatkan spirit kemanusiaan, tentunya ini cocok dan sejalan dengan tujuan dari puasa itu sendiri. Puasa mengajari kita agar melek terhadap orang-orang yang lemah dalam hal ekonominya, hal ini sekaligus menajamkan kepekaan sosial kita terhadap saudara-saudara yang terdampak Covid-19.

Ibadah kemanusiaan ini akan terasa sangat berbeda maknanya, keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam menghimbau masyarakat agar melakukan ibadah di rumah, menegaskan bahwa ada jalan lain menuju Tuhan. Dengan cara seperti inilah kita mencapai puncak kemenangan, baik kemenangan spiritual maupun kemenangan melawan Covid-19., semoga badai ini segera berlalu.

2. Iman, Imun, Aman

Dalam rangka meningkatkan iman sebagai imunitas, tentunya ini sangat berkaitan erat. Iman berarti menggantungkan diri kepada Allah diiringi usaha demi mencapai kehidupan yang lebih baik, level kehidupan yang baik bersumber dari hidup yang tanpa gangguan, termasuk gangguan penyakit atau secara maknawi bisa diartikan dengan keadaan sehat.

Momen di rumah semestinya dimanfaatkan dengan hal-hal yang positif. Selain olah badan, olah jiwa juga harus mewarnai pandemi ini. Perbanyak dzikir dan sholawat supaya rasa was-was bisa mereda. Maka dari itu, marilah kita bersama-sama menjaga iman dan imun kita supaya semuanya aman.

3. Wajah baru dunia hari ini

Dibalik gemerlap modernitas dan kecanggihan teknologi saat ini, hadirnya Covid-19 justru berhasil menumpas gemintang itu secara perlahan. Hari ini dunia benar-benar sedang berduka, ribuan nyawa melayang, jalanan sudah mulai lengang, ditambah rasa khawatir dan halusinasi akan kapan huru-hara ini segera menghilang juga tak kunjung mendapat kepastian.

Sebagian besar industri manufaktur sudah mulai diberhentikan mesinnya sejak beberapa bulan lalu, hal ini berimplikasi pada laju perekonomian yang anjlok. Penjarakan sosial yang kini diterapkan juga memaksa masyarakat untuk memutar balik otak tentang bagaimana caranya menanam padi di sawah, dari rumah. Demi tercapainya Work From Home (WFH).

Jadi, apakah yang berubah dari dunia saat ini? Ketika segala sesuatu harusdikerjakan dari rumah, berlakunya pembatasan sosial, dan nilai mata uang juga hancur. Maka barang hanya bisa ditukar dengan barang, media sosial mungkin masih berdiri tegap, tapi cara hidup terpental menuju keapa-adaan. Mungkin inilah skenario zaman yang ingin Tuhan perlihatkan kepada manusia.

Sebagai salah satu jalan terang, khazanah leluhur mengenai tepo seliro, gotong royong, dan peribahasa “ringan sama dijinjing berat sama dipikul” harus dijadikan pedoman agar bisa saling menguatkan dan membangkitkan kembali gairah negeri ini untuk tampil gagah setelah pandemi Covid-19.

Harapan untuk dunia

Menghadapi musibah ini, tentunya kepatuhan masyarakat menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Redam dulu keegoisan yang selama ini terpupuk dalam, sehingga menutup mata kita terhadap keadaan. Kuatkan doa agar pandemi ini segera menamatkan misinya.

Mari hidupkan negeri yang Gemah ripah loh jinawi ini bersama manusianya yang pemberani. Generasi yang kreatif dan tidak mudah remuk ditelan musibah, saatnya tampil sebagai manusia yang berkalungkan Intelektual serta memiliki sisi religiusitas yang mumpuni.

Kini saatnya umat muslim harus kembali dan menyadari akan kekuasaan Allah SWT dalam kehidupan ini, penegasan ini tidak berlaku pada lisan saja, akan tetapi harus dibuktikan melalui tindakannya yang benar. Musibah ini datang bukan atas keinginan siapapun, tidak menutup kemungkinan bahwa lewat musibah ini tuhan ingin melihat sisi humanis manusia, sekaligus mempertanyakan diri sudah seberapa manusiakah kita sebagai manusia.


 “Heal the world make it a better place, for you and for me and the entire human race. There  are people dying if you care enough for the living, make it a better place for you and for me.”
(Heal The World – Michael Jackson)

1 komentar: