Selasa, 19 Mei 2020

"Lebar" an


"Lebar" an
Oleh: Ali Hamidi 


Ilustrasi : Google (Dwayne Johnson)



“Senyumnya yang cerah, tawanya yang tak pernah lari dari pikiranku, suaranya yang halus dan perangainya yang sederhana” kuingat-ingat sore itu, sepanjang jalan aku menahan senyum lalu kulihat dia dari spion motor, ia tetap cantik.

Aku terlentang tak bisa tidur malam ini, kutekuk kedua tanganku ke belakang lalu kubayangkan gadis itu. Kupandang ke atas atap rumahku, kau lihat Kawan betapa cicak yang berdua itu bisa membuatku cemburu, suara nyamuk yang berdengung romantis berkejar-kejaran di kamarku membuatku iri dan di sudut sana aku prihatin terhadap laba-laba yang duduk sendirian menunggu sesuatu, aku tak mau bertanya padanya. Kudengar sayup-sayup di musholla dekat rumah, anak-anak kecil masih mengumandangkan takbiran malam Idul fitri, sumbang sekali suara mereka.

“Suatu hari akan kunikahi dia” lamunanku sudah berlari sangat jauh.


Aku berbalik ke kiri, kupandang gambar peta di sebelah kiri dinding kamarku, berharap suatu hari nanti dapat berkunjung ke lautan Arab, ke Paris juga ke Norwegia untuk melihat betapa indah aurora. Di bawah peta itu kusandingkan kedua foto idolaku, Haji Rhoma Irama dan sebelah kanannya Dwayne Johnson, seorang Aktor Hollywood yang juga pegulat WWE favoritku sejak kecil dulu. Di tengah kesunyian itu aku terbelalak. Kulihat foto Pegulat Dwayne Johnson yang awalnya berpose marah kini tersenyum, tangannya melambai seakan menyuruhku mendekat.

“Sini kau anak muda” aku menoleh kiri kanan tak ada siapa-siapa, aku mendekat badannya sungguh kekar menakutkan.

“Sini kau kuberitahu!!!” setelah aku dekat tiba-tiba tangannya yang besar itu menarik kera kaosku hingga membuatku tercekik tak bisa bernafas.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan barusan, sudah berani kau berpikir jauh macam itu ha!” aku bertanya-tanya bagaimana bisa ia tahu apa yang aku pikirkan.

“Am-am-pun Bang” aku megap-megap setelah Dwayne Johnson melepas tangannya.

“Tak usah kau berpikir aneh-aneh dulu! Kau dengar! sekarang malam Hari Raya, sudah berapa lubang puasamu?” ia melotot bertanya. Aku merinding.

“Penuh Bang, tak bolong sama sekali” aku menjawab penuh takdzim.

“Kau jangan berbohong!” serta merta ia menampar pipiku, lalu menarik kera kaosku lagi. Aku tersengal-sengal mencoba meminta tolong, kupandang foto Haji Rhoma yang tangan kirinya memegang gitar dan tangan kananya terangkat. Haji Rhoma hanya melirikku sebentar lalu, tangan kanannya yang terangkat itu mengatur senar gitarnya.

“A-a- aku serius Bang”
“Kalau tak sungkan sama Bang Haji sudah kubanting kau dari tadi Nak!” Dwayne Johnson mengangguk ke arah Haji Rhoma sejenak.

“Lanjutkan anak muda. Ter-la-lu” bukannya membelaku Bang Haji malah setuju.
“Aku tahu tabiatmu sejak kecil yang nakalnya melebihi setan itu! Kau kira aku tak tahu kau yang menyembunyikan sandal Pak Ustadz di bawah mimbar masjid, kau pula melonggarkan baut sepeda motor gurumu hingga ia terjungkal ke parit bukan? Mengaku kau!”. Aku mengangguk.

“Kau kira tak tahu aku, speaker musholla yang kau nyalakan radionya tengah malam itu, hingga suara lagu Begadang milik Bang Haji itu terdengar di speaker musholla begitu kerasnya” sekali lagi aku penasaran bagaimana, bagaimana bisa Dwayne Johnson tahu tentang seluk beluk perbuatanku.

Bang Haji memberi nasihat di tengah perbincangan kami “Tak masalah kau putar laguku anak muda, namun jangan di speaker mushollah. Segala sesuatu yang tak pada tempatnya itu dzolim anak muda. Ter-la-lu.” Nasihat Bang Haji menyadarkanku.

Tangan Dwayne Johnson yang kekar akhirnya melepas cekikan di kera kaosku, namun ia masih menatapku tajam,”Tak malu kau ha? Ingat namamu yang mulia itu, ingat! Ali, sahabat Nabi yang paling cerdas dan mulia itu. Alih-alih meniru Ali bin Abi Thalib kelakuanmu seperti setan begini! Mau kau kupanggil Abu Jahal saja?"
“Tidak Bang.”
”Besok lebaran, orang yang berhak merayakan adalah yang ‘Lebar’ (jawa=selesai) dengan dirinya sendiri” Dwayne Johnson kini merndahkan nada bicaranya.

Aku tertunduk malu, setelah agak lama kupandang lagi Dwayne Johnson dan Bang Haji, mereka sudah kembali seperti semula. Aku beranjak berdiri dan bergerak hati-hati kembali ke tempat tidur. Aku berangan-angan tentang nasihat dari Bang Haji dan pegulat itu, sudah berkali-kali aku berjumpa dengan Ramadhan dan bertemu dengan Idul Fitri. Rasanya setelah mereka pergi aku tak kunjung memperbaiki diri.

Malam itu aku mencoba memikirkan tentang diriku sendiri, aku melihat kaca di lemari, kupandang wajah itu. Di kaca kulihat wajah malas dan perangai orang kurang berilmu, matanya memandang harapan dan cita-cita yang jauh namun tangan dan kakinya tak kunjung melakukan sesuatu, di rambutnya terikat banyak mimpi yang mengandung dua kemungkinan: terwujud atau gugur karena menua.

Kupejamkan mataku sejenak, kurebahkan tubuhku sambil mengingat-ingat betapa banyak waktu yang menjelma tidak menjadi apa-apa, lalu hari itu kosong dan aku terlelap tak menyadarinya. sia-sia. Aku berpikir tentang ini dan itu, tentang sesuatu yang tak aku ketahui nasibnya esok.

Paginya aku terbangun dengan memeluk mimpi-mimpi yang telah kususun malam hari lalu, tidak ada yang hilang karena gadis yang tak pernah lari dari pikiranku itu telah kutulis sebagai rencana dalam hidupku. Kulirik dengan ragu foto Dwayne Johnson yang kekar dan berotot di tembok itu, aku ingin balas dendam. Kuambil sebuah sepidol hitam di laci lalu kudekati dia, kugambar kumisnya melengkung seperti kumis koboi, rambutnya yang botak kucoret-coret nampak seperti rambut kribo, giginya yang putih kuwarnai hitam hingga seperti tak ada giginya, kupandangi lagi dia, lucu. Dan belum puas.

Sorenya aku ke pasar membeli poster, kubawa pulang dalam bungkus plastik lalu kutatap Dwayne Johnson yang sudah tak menyeramkan lagi itu. Kubuka poster baru dari plastik lalu kutempel diantara Bang Haji dan dan Dwayne Johnson. Kulirik juga Bang Haji nampaknya senang dan mulai memainkan gitarnya. Aku yakin Bang Haji pasti sedang berencana memainkan lagu Dawai Asmara. Dwayne Johnson tak berani melirik poster baru di sampingnya sebab malu karena penampilannya yang sekarang.


Ilustrasi : Google (JKT 48)

Nampak indah dinding kamarku, sebelah kiri Raja Dangdut Rhoma Irama lalu sebelah kanannya pegulat WWE Dwayne Johnson dan di tengah antara mereka, group band JKT 48 bergaya sangat cantik memakai baju merah muda. Kuharap suatu malam yang sepi mereka juga mennasihatiku.

1 komentar:

  1. Waaawww, idola 😍😍😍😎😎😆😆. Kusuka kusuka😎✊✊

    BalasHapus