Sabtu, 09 Mei 2020

Tidur saat Puasa: Berbagi Opini dengan Sepuluh Jari

Tidur saat Puasa: Berbagi Opini dengan Sepuluh Jari
Oleh: Muhamad Iqomudin


(Sumber ilustrasi: pexels.com/kaboompics | bekerja di rumah)


Setiap hari, kita dituntut untuk bisa berpikir kompleks dari segala aspek kehidupan yang kita jalani tanpa berani mengingkari. Dimulai dari bangun tidur sampai kembali ke tempat yang sama untuk tidur lagi. Bukan sekedar berpikir kompleks, berlatih untuk terbiasa mengasah otak dengan berpikir kritis akan permasalahan juga merupakan suatu keharusan.

Penulis rasa sudah cukup tapi akan lebih sempurna lagi jika dibarengi dengan berpikir untuk menemukan solusi. Karena kasihan melihat banyak sekali sekelompok yang berpikir kritis tapi tidak dibarengi dengan yang satu ini, kritis mengkritiki tanpa disertai acungan tangan sebagai pendapat akan sebuah solusi. 

Tidur perbuatan yang kurang baik? Tidak sama sekali. 

Manusia sudah cukup lelah mengejar keiinginan hanya untuk mencoret satu persatu list di atas kertas putih yang mereka yakini sebagai suatu harapan yang nyata dari perjuangan yang mereka lakukan. Kebiasaan membuat schedule yang mereka rencanakan di malam hari untuk bisa direalisasikan di sepanjang harinya. Walaupun, pada kenyataannya tidak semuanya berjalan seperti apa yang kita harapkan, gagal. 

Pada saat kita gagal atau kurang beruntung, sadar kita lemah salah satu yang kita butuhkan adalah take a rest, tidur. Lalu bagaimana agama Islam memandang pekerjaan tidur? Allah SWT berfirman  dalam Al-Quran surat Ar-rum ayat 23 (sudah ditafsirkan ‘Tafsir Jalayn’) yang artinya “Di antara tanda-tanda-Nya yang agung yang menunjukkan kekuasaan-Nya dan keesaan-Nya, yaitu tidur kalian di waktu malam dan tidur kalian di siang hari untuk beristirahat dari letihnya pekerjaan kalian”

Sangat jelas dalam firman di atas, bahwa tidur merupakan salah satu pekerjaan kita sehari-hari, bahkan tertulis tidur merupakan salah satu di antara tanda kekuasaan dan keesaan Allah. Jadi, bisa disimpulkan tidur kita untuk istirahat merupakan pekerjaan baik.

Tidur sepanjang hari saat puasa. Sah kah puasanya?

Sudah sangat umum, menjadi suatu kebiasaan tidur saat berpuasa adalah salah satu yang mungkin menjadi pilihan sebagian orang untuk mengisi waktu sebelum berbuka puasa. Sekelompok ‘kaum rebahan’ mungkin menganggapnya surga dunia dengan melakukan tidur pada saat berpuasa. 

Terlebih lagi Ramadhan 1441 H ini dijalani umat muslim pada saat pandemi Covid-19. Rasanya tidur siang merupakan suatu keharusan untuk mengisi waktu luang #dirumahsaja. Tetapi ‘kaum rebahan’ pun bahkan bosan dengan keadaan seperti ini, beropini bosan rebahan, bosan tidur sampai bingung mau rebahan posisi kayak apa. Yang ahli rebahan saja bosan? Apalagi mereka yang tidak kuat berdiam diri di rumah. 

Tidak bisa dipungkiri inilah kenyatannya, tidur merupakan hal yang umum dilakukan sebagian orang ketika berpuasa. Tapi bagaimana kalau tidur sepanjang hari yang jelas tidak ada baginya sholat Dzuhur dan Ashar sampai tiba waktu berbuka? Puasanya dianggap sah atau tidak?  

Mengutip dari Serambinews.com yang merujuk pada lansiran tayangan Youtube Al-Bahjah TV, jawaban dari pertanyaan serupa muncul dari seseorang yang menghadiri ceramah Buya Yahya. Beliau menjawab tetap sah puasanya dengan beralasan langusung ke Ilmu Fiqh, salah satu yang membatalkan puasa adalah hilang akal, termasuk tidur. Tapi tidur merupakan suatu pengecualian dari hilang akal. Buya Yahya mengatakan tidur merupakan hilang akal yang tidak membatalkan puasa. “Maka ini adalah hilang akal yang tidak batalkan puasa,” ujarnya. 

Sebentar, bagaimana dengan sholatnya? Ini lain bab, tidak sholatnya orang tersebut tetap mendapatkan dosa. Orang tersebut tetap dosa, tidak sholat dikarenakan tidur sepanjang hari. Tapi kaitannya dengan sah atau tidaknya puasa seseroang akibat tidur seharian, jawabannya tetap sah puasa tersebut dengan merujuk pada pembahasan atas jawaban  Buya Yahya di atas. Tapi apa dengan senang hati, menjalankan satu kewajiban berpuasa tetapi dengan lihainya sengaja meninggalkan dua kewajiban sekaligus di hari yang sama?. 

Penutup, intermezzo

Tidur adalah salah satu pekerjaan yang berhubungan erat dengan manusia, dengan kesehariannya. Jika bisa dilakukan dengan cara yang sahih, salih dan benar, kebiasaan tidur di waktu yang tepat bisa menjadikan pribadi muslim yang fi (al) dunnya hasanah untuk fi (al) akhiroh hasanah. Dan dari sini penulis menyadari ini baru judul, masih banyak pembahasan yang menarik terkait tidur, terutama tidur di bulan puasa. Seperti contoh; ‘Benar nggak sh, tidur di bulan puasa dapat pahala?. Bagaimana dengan ketiduran, sama atau tidak?. Ada dalilnya? Itukan hadist dhoif yang tidak ditemui dalam hadist-hadist populer?.

Kemudian opini ini hanyalah intermezzo dari bacaan-bacaan opini karya lain yang begitu cerdas di edisi opini kali ini. Lebih lanjut, dengan pemahaman tentang bahasan ‘Tidur’ para intelektual muslim mungkin akan lebih mudah menemukan hal yang diinginkannya untuk bisa disampaikan kepada umat manusia akan keilmuannya melalui sebuah karya. Terimakasih. 

1 komentar: