Jumat, 22 April 2022

Lantunan Qur'anmu

Sumber: google.com


 Lantunan Quran mu 

Oleh : Ainiyatul Badriyah


“ Ayo Haidar, aku jatah jadwal azdan iki, “ suara Naja dari teras kamar memanggilku untuk bergegas ke masjid. Sudah menjadi kebiasaan kami berangkat ke masjid bersama dari awal semester satu. Kami tinggal di pondok pesantren daerah Jogja, juga di kampus yang sama, pondok yang kami tempati ini untuk putra dan putri, namun beda gedung asrama, dipisahkan oleh masjid tempat kami solat berjamaah. Untuk solat berjamaah memang putra dan putri dalam masjid yang sama, namun untuk saling melihat jelas tidak bisa, satir pembatasnya rapat, dan pintu masuknya pun berlainan arah.

“ Sekedap, iki sajadahku nang ngendi, “ tadi perasaan sudah kupersiapkan diatas lemari,   “ niki, mpun tak betakke “ saut Naja dari luar kamar. Kami bergegas ke masjid untuk jama’ah solat Asar. Sesampainya di masjid terdengar lirih suara santri putri nderes dibalik satir,suara yang sama itu rutin hampir setiap hari kudengar sejak semester awal, sampai saat ini hampir hari wisuda ku pun , suara siapa itu aku belum tahu. Wajar, untuk setiap kegiatan pesantren memang putra dan putri tidak pernah disatukan, karena memiliki program kegiatan masing-masing, disatukan pun hanya sekali dalam setahun setiap khataman dan haul pendiri pesantren.

Untuk sekedar tanya kepada Naja suara siapa itu pun kurasa belum ada waktu yang tepat, mendapati Naja yang selalu menggodaku lantaran sifatku ini yang cenderung pendiam , apalagi perihal perempuan. Suara bacaan qur’an itu, sungguh menenangkan, dan membuatku  kagum lantaran keistiqomahannya, yang jarang ditinggalkan selama ini.

“ Mulih jam piro sesuk ?” tanya Naja. “ sekitar jam tujuh Ja “ jawabku sembari menata beberapa bajuku untuk kubawa pulang. Besok tepat hari perpulangan pesantren, kuliah sarjanaku Alhamdulillah sudah selesai, tinggal prosesi wisuda . Kupikir ini waktu yang tepat untuk tanya ke Naja, “ Naja, aku kepingin takon sesuatu “ ucapku sedikit lirih . “ ealah Haidaaar Haidar, takon opo to “, jawab Naja sambil tertawa tipis. “ sampean njuk mireng ta, suara santri putri nderes sakdurunge adzan ket kene awal nyantri ? “ tanyaku sambil sedikit menunduk tanpa melihat wajah Naja . “ ciye Haidar, takon takon bocah wadon “ sambil menekan pundakku, “ iku ki asmane mbak Anjani, Anjani Zarina “ sambil menatapku dengan senyum menggoda .”aku baru tau pas sambutan jadi duta muslimah kampus, kok suarane mirip mbak mbak sing ngaos samben dino sakdurunge adzan,ternyata leres , “ penjelasan Naja kepadaku .”Ohh... matur suwun,” jawabku sambil menahan senyum, namun bibirku akhirnya tak kuasa menahannya untuk senyum. “ Haidar... nembe iki sampean ngajak ngobrol perihal wong wadon, ora biasa iki, tak donga’ke mugi jodoh,” ujar Naja . “ opo yo pantes to Jaa ja.. “ ucapku . “ Puuaannteess” ucap naja sedikit keras, sampai kang kang yang lain menoleh kearah kami.


.

Sudah seminggu ini di rumah, membantu abah mengajar madrasah diniyah,mencari info-info pendaftaran S2, dan tak jarang mengatarkan abah maupun ibu untuk sekedar silaturrahin ke kerabat maupun teman. ” Nang, terno abah ibu mangkih ndalu ting ndaleme pak Mahsun,ajeng rembugan perihal madrasah, niku rencange abah riyin ingkang mbantu ndamel madrasah” dawuh ibu kepada ku. “ Nggih bu, mangkih ndalu jatah kelas madrasahe kula pasrahke kang Ali “.

Sampai di tempat tujuan, kami disambut pak Mahsun beserta istrinya dan seorang lelaki kira-kira seusiaku, kami pun bersalaman, “ kang Haidar... “ ucap lelaki yang kuduga putra pak Mahsun tersebut, aku sedikit terkejut, segera kuingat-ingat wajahnya, masya Allah, dia Yusuf, Yusuf Zaki Ahmad, kakak kelas ku saat masih di Tsanawiyah Magelang. Abah ibu dan pak Mahsun serta istrinya sedang membahas perkembangan madrasah, dan aku diajak Yusuf ke teras samping rumah nya yang asri. “ Apa kabar ? hampir tujuh tahun kira-kira ya kita ra ketemu “, ujar kang Yusuf. “ Leres, sampean sakniki ting griyo niki ? “ tanyaku, “nggih, niki nembe liburan, “ jawabnya nya sambil tersenyum. “ Kok kula jarang kepanggih nopo mireng kabare, sampean, aliyah kalian kuliah ting pundi ?” tanyaku .” Aliyah e kula lanjut ting Magelang, njur lanjut kuliah ting Mesir kang, sampean kiyambak? ” tanya kang Yusuf . “ Masya Allah “ ujarku takjub, “ kula Aliyah dughi kuliah S1 ting Jogja” jawab ku. Kami  pun berbincang-bincang perihal kuliah , maupun rencana kami kedepannya.

“Mas!” suara perempuan di dalam rumah memanggil kang Yusuf, kemudian kang Yusuf masuk rumah dan kembali lagi  ke teras samping rumah membawa minuman dan dan kue pisang. “ adik ku tadi, isin katane “ ujar kang Yusuf kepadaku sambil tersenyum. “dia juga sedang liburan ini, maka nya dirumah” ucap kang Yusuf. Ku respon hanya dengan anggukan kepala dan senyum .

.


“ Nang, putri ne pak Mahsun yang kedua iku di Jogja juga, kadose sepondok kalih awakmu nang, Ahad kemarin baru dikhitbah “ ucap ibu membuka obrolan kami di mobil saat perjalanan pulang. “ Asmane sinten buk ? “ tanyaku, “ Anjani, Anjani sinten wau bah?” ucap ibu kepada abah “ Anjani Zarina Ahmad, “ ucap abah menjawab pertanyaan ibu. Sontak aku terkejut,Anjani Zahira ternyata adik kang Yusuf, sosok mbak-mbak yang ngaos Al-quran dibalik satir itu. Namun bukan hanya perasaan terkejut yang mendominasi rasa ini, namun juga ada rasa, entah ini rasa sakit atau kecewa,atau bahkan mungkin keduanya.

.


Cuaca di  Mesir sekarang cukup dingin bulan Ramadhan ini, setelah wisuda S1 aku memutuskan melanjutkan S2 di Mesir, tentu juga atas restu abah dan ibu, serta bantuan kang Yusuf karena beliau yang sudah lebih lama tinggal di Mesir . Kang Yusuf juga masih di Mesir setelah kuliahnya selesai, karena ada beberapa urusan dan pekerjaan. 

Sehabis wudlu untuk solat dhuha tiba tiba bunyi dering handphone dari meja samping ranjang, dengan tangan yang masih basah sedikit ku sapukan ke handuk kecil dileherku, segera ku raih handphone, panggilan telfon dari kang Yusuf itu dan kuangkat .“ Assalamualaikum...”, “ waalaikumsalam “ kujawab, “ Haidar, akhir pekan besok ada agenda? “ tanya kang Yusuf, segera kulirik jadwal kegiatan yang ku tempel di meja, “tidak ada kang” jawabku. “ Ayo ketemu di Zen’s coffeshop, ngobrol-ngobrol mengisi waktu weekend” pinta kang Yusuf , “ siap kang” jawabku spontan, mendapati kang Yusuf adalah patner ngobrol yang asik membuatku bersemangat.

.


Sudah hampir setengah jam tak terasa kami mengobrol, membahas beberapa hal terkait lebaran minggu depan, untuk pulang ke Indonesia bersama.” Nanti abah ibumu nggak usah jemput ke bandara, nanti insya Allah aku dijemput, sekalian bareng biar ndak repot” ucap kang Yusuf, “ saestu kang? emang sinten mawon ingkang jemput, takut e nak mobile mboten cekap” ujarku.”Cekap, ingkang jemput bapak, ibu, kalih Anjani ” jawab kang Yusuf . “Anjani sakniki tasih ting griyo bapak ibu?”,tanyaku spontan , “masih,hari ini pulang dari pesantren,jadi bisa ikut jemput, kamu belum kuceritakan ya Dar, khitbah beberapa waktu puniko mboten sios ke jenjang pernikahan, karena ada beberapa hal, dados Anjani nyuwun lanjut kuliah S2 ting Jogja.” Ucap kang Yusuf sambil menatapku. 

.



Hari ini lebaran ke tiga, aku abah dan ibu sedang sarapan, masih dengan ketupat dan opor ciri khas lebaran sisa kemarin, mungkin ini saatnya matur ke abah ibu “ abah.. ibu .. Haidar kan beberapa bulan malih wisuda, nyuwun restu abah ibu, Haidar ajeng mengkhitbah Anjani



Zahrina, putrinipun pak Mahsun “. Tuturku dengan santun kepada abah ibu. Bapak ibu diam sejenak sambil saling menatap dan tersenyum “ Alhamdulillah, sebenarnya abah ibu juga ingin menyampaikan sesuatu, beberapa waktu yang lalu, abah dan pak Mahsun berencana mengenalkan kalian nang, kabar tentang khitbah Anjani yang tidak jadi lanjut ke jenjang pernikahan sudah lama abah dengar.” Tutur abah dengan nada yang lembut . 

Sungguh indah rencanamu Ya Allah .....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar