DUNIA DENIS
“Uuuuuurarg ahrrrrrg arrrgh” suara Chewbacca salah satu tokoh dalam film favorite Denis yang berjudul Star Wars itu memenuhi ruang DVD di lantai dua.Nafasnya masih tersengal-sengal setelah pulang dengan tergesa menggunakan sepeda kecil kesayangannya yang sebelumnya telah ia ajak membeli DVD The Last Jadi serial ke delapan dari Star Wars menggunakan uang jajannya yang ia kumpulkan dengan susah payah demi sekumpulan DVD film favoritnya.
Bocah kelas tiga Sekolah Dasar itu telah di sambut dengan segenap keributan orang tuanya ketika memasuki pekarangan rumah,hal yang biasa menjadikannya acuh akan keributan yang tengah berlangsung itu,kakinya terus melangkah menaiki tangga dengan cepat di fikirannya hanya ada Star Wars dan Star Wars lebih menarik dari sebuah pertengkaran orang dewasa.
Intonasi orang tua Denis semakin meninggi membuat aktifitas bocah itu terganggu tapi sekejap kemudian di susul suara yang tak pernah Denis dengar di tengah pertengkaran dua orang tersebut.
Prangg….
DVDnya ia matikan dan beranjak keluar melihat apa yang tengah terjadi dan benar saja vas bunga di ruang tamu itu telah terpecah belah berserakan di mana-mana,ia semakin takut badan mungilnya hanya bersembunyi di balik tiang pembatas tangga. Ada banyak kata yang ingin keluar dari mulut mungilnya tapi tak bisa apa lagi melihat ayahnya yang terlihat bak Dart Vedder yang ingin melemparkan apa saja di dekatnya sedangkan Ibu terus melontarkan kata demi kata tak ada yang mengalah masing masing merasa benar hingga terdengar suara ‘plak’ yang begitu keras mengenai pipi Ibu dan di susul Ayah meninggalkan rumah.
Tubuh bocah kecil itu meringkuk bersandar di pembatas tangga dengan air mata yang telah mengalir dengan sendirinya semenjak tadi tanpa mengeluarkan suara sedikitpun dan di barengi dengan isakan Ibunya yang masih terdengar jelas di setiap penjuru rumah ini.
Semenjak itu pula Denis hampir tak pernah bertegur sapa dengan orang tuanya sendiri rasa takutnya lebih besar kini,lima hari berlalu tak ada perubahan namun tiba tiba di siang yang cerah itu terdengar suara ketukan pintu rumah tanpa menunggu aba-aba Denis langsung membukakan pintu dengan gontai karena harus meninggalkan filmnya karena notabennya tak ada orang di rumah selain dirinya.
Ceklek, seketika mata Denis membelalak kaget sekaligus senang lihatlah siapa yang berada di depannya kini.
“Neneeek….” Pekik Denis sambil memeluk wanita tua di depannya Neneknya pun membalas pelukan cucu kecilnya dengan hangat. Denis sangat antusias dengan kedatangan Nenek Mir berbagai pertanyaan ia lontarkan seperti “Oleh oleh apa yang Nenek bawa? Kali ini mengajak liburan ke mana? Apa saja yang perlu Denis bantu?” dan masih banyak lagi namun ada yang mengganjal kali ini semua pertanyaan bocah Sembilan tahun itu hanya di balas dengan senyum simpul sang Nenek.
Tanpa mengatakan apapun sang Nenek terus berjalan menuju kamar Denis sesegera mungkin mengemasi seluruh barang barang bocah itu tanpa menggubris perkataan yang keluar dari sang cucu.
Tiga koper sudah berjejer rapi di hadapan Denis dan setelah Nenek Mir mengemasinya kemudian ia beranjak pergi meninggalkan cucu kecilnya.Denis tak rela Neneknya pergi tangan Nenek itu di genggam tangan mungil Denis.
"Nenek mau ke mana?"Tanya Denis
"Nenek keluar sebentar menemui orang tua kamu"balas Nenek Mir dengan lembut dan meyakinkan.
"Denis ikut"pinta Denis dengan memelas.
"Kalau Denis ikut siapa yang jagain kopernya?" Rayu sang Nenek yang langsung di iyakan oleh si cucu.
Denis hanya mematung di ambang pintu walau di larang dengan bagaimanapun bocah itu tetap saja merasa perlu tau apa yang di bicarakan orang-orang itu, tapi ketika ia mulai mengintip, ia melihat dua orang tak ia kenal dan tak pernah ia lihat sebelumnya. Pertanyaan di benak Denis semakin menjadi ketika si wanita yang tak ia kenal berada di samping ayahnya dengan menggenggam tangan beliau begitu pula dengan ibu.
Sayup sayup anak itu mendengar percakapan mereka yang terasa begitu menegangkan.
"Saya tak mau ada anak tiri di rumah tanggaku" ucap salah seorang wanita paruh baya di samping Ayahnya.
"Saya juga tak menerimanya" Timpal seorang di sebelah Ibu
Denis masih cukup kecil untuk mengerti nya dia hanya diam dengan fikiran yang entah telah sampai mana tapi ia yakin bahwa suatu saat dia akan faham situasi apa yang ia temui ini ia juga yakin situasi ini akan begitu berpengaruh baginya.
Lalu Nenek Mir kembali membawa Denis pergi menggunakan bus umum.Mata bocah itu terlihat sayu sambil memandang keluar jendela.
"Nenek Denis boleh pamit sama Ayah Ibu ngga?" Tanyanya tiba tiba.
Seketika itu Nenek nya terdiam dan dengan ragu menganggukkan kepalanya.Bus itu di hentikan di sebuah gedung tempat yang Denis duga di mana Ayah Ibunya pergi setelah perbincangan tadi,namun tak ada yg ia dan Nenek nya temukan.
Apa mereka sudah pergi? apakah belum sampai? pertanyaan yang hanya tercekat dalam hati Denis setelah lama menunggu. Dan sang Nenek pun memutuskan melanjutkan perjalanan dengan Bus di lengkapi Denis yang semakin tertunduk lesu, yang terakhir di tangkap oleh kornea matanya hanya plang bertuliskan 'Pengadilan Agama'.
Awan yang beranjak menghitam mendukung suasana Denis kali ini tetesan hujan mulai mengguyur kota, harum khas hujan menyertai bagai merenggut pasokan oksigen si bocah kecil itu membuatnya semakin sesak entah kenapa.
Sang Nenek tak tega melihat cucunya seperti itu,ia hanya bisa tersenyum miris melihat Denis kecil.
"Denis mau tau ngga kisah Han Solo waktu kecil?" ucap si Nenek. "ini ngga ada di film loh" Bujuknya kemudian.
"Mau mau nek!" Antusias si bocah sembilan tahun itu.
Nenek Mir tersenyum simpul melihat keantusiasan Denis. "Dahulu kala di galaksi nun jauh Han Solo di culik loh" Ungkap sang Nenek memulai cerita.
"Masa sih nek?"timpal Denis penasaran.
"Iya dia di culik ke planet Corella namanya, dia hidup sendiri tanpa Ayah Ibunya tapi dia ngga pernah nangis kan! Dia kuat dan malah menjadi pahlawan luar angkasa" lanjut Nenek Mir bercerita.
"Gitu ya nek? tapi Han Solo duku sekolah di mana ya kok bisa bahasa Cewbaca?" Belum sempat Nenek Mir menjawabnya namun tiba tiba terdengar jeritan histeris dari satu bangku dan di susul dengan yang lainnya yang ia tau hanya bus ini tengah melaju dan sebelum si bocah kecil itu sadari semuanya telah gelap di susul Bun gaduh dan entah apa lagi yang ia tau yang pasti dunia terasa menghilang dari pandangan dan pendengarannya, gelap dan senyap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar