Senin, 21 November 2022

Gadis Seribu Topeng


(Ilustrasi dari google)

Gadis Seribu Topeng
Karya: Siti Arifah

    Suara bising kendaraan terdengar seiring dengan suara langkah kaki seorang gadis berseragam putih abu-abu. Gadis dengan tas biru di punggungnya itu tampak semakin mempercepat langkahnya tatkala melihat ke arah depan di mana terdapat sebuah gerbang sekolah bertuliskan SMA N Cempaka Putih hendak ditutup seseorang berbaju satpam. Gadis bernametag Hafira Siti Latifah itu mendesah lega setelah ia berhasil memasuki gerbang sesaat sebelum ditutup. Fira, seorang gadis pintar dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya, seolah menandakan bahwa ia adalah manusia paling bahagia di dunia. Padahal, tak ada yang benar-benar tahu beban apa saja yang tengah dipikul gadis dengan sejuta senyuman itu.

Seperti biasa, saat memasuki kelas, Fira selalu mendapat sambutan dari teman-temannya.

  “Heh miskin! mana tugasnya? udah dikerjain kan? Awas aja kalau belum dikerjain!” ucap Risma, salah satu teman Fira. Ya, beginilah sambutan yang dimaksud. Setiap pagi Fira selalu disambut dengan teriakan-teriakan menggelegar dari teman-temannya yang menagih tugas mereka. Fira merupakan murid pintar yang sayangnya terlalu baik, sampai-sampai ia tak pernah membantah ataupun melawan saat diperlakukan dengan seenaknya. Seperti sekarang, ia menyerahkan satu persatu buku milik temannya dengan senyum tulusnya.

    Jam demi jam berlalu, kini Fira sedang dalam perjalanan pulang. Tidak langsung pulang, Fira berbelok ke arah rumah makan tempatnya bekerja dua bulan terakhir ini. Tak ada yang tau Fira bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan selepas pulang sekolah. Ia bekerja untuk menggantikan ibunya yang jatuh sakit. Sejak dua bulan lalu, penyakit ibunya kambuh. Ibu Fira mengidap kanker payudara stadium tiga. Ayah Fira sendiri sudah meninggal saat Fira kelas 3 SMP, sedangkan kakak Fira adalah seorang pengangguran. Kakak Fira dulunya bekerja di sebuah pabrik sampai suatu ketika ia terkena PHK, dan sampai sekarang menjadi pengangguran. Bukannya membantu perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan, Dendi malah asyik merampas uang yang Fira hasilkan untuk berjudi. Fira tak pernah bisa melawan, karena jika ia melawan Dendi akan semakin kasar dan tak segan melukainya. Beginilah hidup Fira, seorang gadis sederhana dengan segala luka yang ia sembunyikan rapat-rapat dibalik senyuman manisnya.

     Setelah menyelesaikan pekerjaanya, Fira bergegas pulang karena hari sudah mulai larut. Sesampainya dirumah, di ruang tamu sudah berdiri seorang laki-aki yang tak lain adalah kakaknya. Perasaan was-was mulai menghampirinya, ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Karenanya Fira berusaha menyembunyikan uang hasil bekerjanya hari ini, akan tetapi Dendi sudah lebih dulu mengetahuinya dan langsung merebutnya.

“Jangan bang, ini buat beli makan ibu,” ujar Fira seraya berusaha merebut uangnya dengan tangis yang lumayan keras.

“Gak peduli! Abang lagi butuh duit!” Dendi membentak, seraya mendorong tubuh Fira hingga jatuh. Dengan tenaga yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kakaknya, membuat Fira jatuh terhempas mengenai pintu di belakangnya. Ia bisa merasakan ngilu dibagian punggungnya.

     Fira berusaha meredakan tangisnya serta menghapus air matanya. Ia berusaha tegar menghadapi hidupnya yang penuh luka ini dengan ikhlas. Ia pun kemudian mengambil uang di celengannya dan membeli makan untuk sang ibu. Fira sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, oleh karena itu ia sengaja menyimpan uang di celengan supaya jika suatu saat kejadian seperti ini terjadi, ia masih tetap bisa membeli makan untuk sang ibu. Fira tak pernah mengeluh merawat sang ibu.

   Ia tak pernah mengeluh menggantikan sang ibu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia tak pernah mengeluh membantu teman-temannya yang membutuhkan bantuannya. Gadis itu sangat baik, bahkan setelah semua yang ia alami, ia masih bisa tersenyum.

     Pagi ini keadaan sangatlah kacau, kondisi ibu Fira tiba-tiba memburuk dan harus dilarikan ke rumah sakit. Fira panik setengah mati melihat sang ibu tergeletak di lantai kamar. Ia kemudian berteriak meminta pertolongan tetangga-tetangganya dengan berlinang air mata. Setelah sampai di rumah sakit, Fira semakin terpukul mendengar penuturan dokter yang menyatakan bahwa penyakit sang ibu bertambah parah dan harus segera di operasi. Fira sangat bingung, ia membutuhkan biaya sekitar 20 juta untuk operasi ibunya. Darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu sedangakan sisa uang di celengannya pun sudah habis tak tersisa karena diambil sang kakak.

   Sungguh, rasanya Fira ingin pergi menyusul sang ayah saja, ia tak kuat terus-terusan hidup seperti ini. Usianya saja belum genap 17 tahun, tapi apa yang ia lalui di dalam hidupnya sungguhlah berat. Semua yang dilaluinya sangatlah berat, mulai dari di tinggal sang ayah, ibu yang terkena kanker, kakak yang hanya bisa menghabiskan uangnya, terpaksa bekerja sebagai pelayan untuk tetap bisa hidup, belum lagi dibully teman-temannya kalau di sekolah. Tapi ia selalu berusaha menutupi semua masalah yang ia alami dengan senyum manisnya cih, bisa dibilang Fira itu mempunyai seribu topeng. Sampai sekarang pun tak ada yang tau masalah apa yang dialami oleh gadis dengan senyuman manis itu.

       Setelah mempertimbangkan banyak hal, Fira akhirnya memilih menitipkan sang ibu kepada tetangganya dan berangkat menuju sekolah. Ia tak ingin meninggalkan sekolahnya karena itu merupakan salah satu amanah dari sang ayah sebelum meninggal dunia. Beliau berpesan supaya Fira selalu belajar dengan rajin dan menjadi orang sukses, sehingga bisa mengangkat derajat orangtunya. Selain itu, Fira juga tidak ingin membolos kerja, ia justru berencana ingin mencari pekerjaan tambahan. Ia harus semakin giat dalam mencari uang untuk biaya berobat ibunya. 

   Fira sampai di sekolah terlambat dan disambut sorakan teman-teman sekelasnya, namun ia tak menanggapinya. Untuk pertama kalinya, Fira menunjukkan wajah tanpa senyum di sekolah yang membuat semua guru dan teman-temannya merasa heran. Akan tetapi saat ditanya, Fira hanya mengatakan tidak apa-apa disertai senyuman tipis yang terkesan dipaksakan.

   Saat ini Fira sedang membersihkan halaman sekolah sebagai hukuman karena datang terlambat. Meskipun Fira termasuk anak yang cerdas dan bisa dibilang anak kesayangan guru, akan tetapi sekolah tetap akan menghukum siapapun yang bersalah. Tidak peduli itu anak pejabat, konglomerat, maupun anak cerdas seperti Fira. Saat tengah sibuk menyapu halaman, datanglah Risma, Windi, dan Anggi, teman sekelas Fira yang biasanya membullynya.

      Risma datang dan langsung menendang sampah dedaunan yang telah dikumpulkan Fira dengan susah payah. “Heh miskin! Tumben telat, kemana aja kamu! Gara-gara kamu telat kita jadi gak dapat nilai karena gak ngumpulin tugas,” sentak Risma. Fira masih terus memandangi sampah yang kini kembali berserakan setelah susah payah ia kumpulkan dengan tangan yang mulai mengepal.

“Yee budeg ya! Ditanyain itu dijawab, bukan malah diam aja!” ujar Windi menambakan seraya mendorong bahu Fira. Fira yang tak siap dengan dorongan Windi pun terjatuh.

“Dihh di dorong pelan gitu aja udah jatuh, dasar lemah,” ucap Anggi seraya tertawa diikuti dengan Risma dan Windi yang ikut tertawa juga.

“Beneran bisu nih anak, woy punya mulut itu dipake!” sentak Risma. Melihat tak ada respon apapun dari Fira membuat Risma geram, ia pun maju dan hendak menyentuh wajah Fira, namun sebelum itu tangan Fira sudah terlebih dulu mencegahnya.

“Cukup Ris, aku udah cukup sabar ya selama ini. Aku gak pernah ganggu kalian, aku selalu nurutin semua mau kalian, tapi kenapa kalian selalu aja ganggu aku! Aku capek Ris, capek.” Teriak Fira dengan tair mata yang mulai keluar. “Cukup Ris cukup, aku udah bener-bener capek. Kalian gak pernah tau apa yang aku alamin! Kalian gak pernah tau rasanya jadi aku, kerja banting tulang setiap hari buat menuhin kebutuhan keluarga. Sampai dirumah uang malah habis dirampas abang buat judi, belum lagi kalian yang selalu ganggu aku disekolah, nyuruh inilah itulah, aku capek!” teriak Fira dengan tangis yang terdengar sangat memilukan. Risma, Windi, dan Anggi hanya terdiam membisu mendengar penuturan Fira. Sungguh mereka terkejut mendengar itu semua, tak menyangka gadis dengan senyuman manis itu ternyata menyimpan sejuta luka di dalam hidupnya.

  “Dan sekarang, ibu aku drop masuk rumah sakit dan harus segera di operasi, aku bingung harus kerja apa lagi, kemana aku harus cari tambahan uang buat biaya operasi ibu. Dan kalian? Kalian malah asyik gangguin aku terus! Selama ini aku diam bukan berarti aku takut yah Ris, aku cuma ingin bisa berteman baik dengan kalian, aku pikir dengan aku nurutin kalian kita semua bisa berteman baik, tapi nyatanya aku salah besar. Bukannya nganggap aku teman kalian malah nganggap aku babu kalian. Haha lucu banget yah, tapi sekarang aku benar-benar capek Ris” jelas Fira dengan mulai terisak. Riska yang tak tahan mendengar cerita Fira mulai memeluk Fira dengan air mata yang mulai meluruh. Melihat Riska memeluk Fira, Windi dan Anggi juga ikut memeluk Fira, mereka berempat akhirnya berpelukan bersama dengan tangis yang terdengar memilukan.

Memang benar, kejujuran itu menyakitkan, tapi yang menyakitkan belum tentu buruk. Seperti halnya obat, walau pahit tapi dapat menyembuhkan penyakit. Hari ini Fira mengatakan sebuah kejujuran yang sudah lama ia sembunyikan, meskipun menyakitkan akan tetapi ia merasa lega sudah berkata jujur. Dengan ia mengatakan kejujuran ini, ia merasa beban di pundaknya sedikit terangkat. Pernah dengar, saat kita bercerita kepada sesorang tentang apapun yang kita sembunyikan itu akan membuat hati kita lebih lega dan merasa beban yang kita pikul berkurang? Nah itulah yang dirasakan Fira saat ini.

       Mereka yang awalnya seperti kucing dan tikus, kini menjelma layaknya doraemon dan nobita. Efek kejujuran memanglah tak pernah terbayangkan. Setiap kejujuran memiliki efek yang besar bagi orang yang besangkutan termasuk Fira. Setelah mengatakan kejujuran yang ia anggap menyakitkan, tak disangka-sangka ia mendapat hal yang ia idam-idamkan sejak dahulu yaitu persahabatan. Dengan adanya sahabat, Fira tidak akan kesepian lagi, dengan adanya sahabat Fira akan punya tempat berbagi cerita, dengan adanya sahabat hidup Fira akan lebih berwarna, dan dengan adanya sahabat juga, Fira yakin ia bisa melewati semua cobaan yang ia hadapi sekarang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar