Firasatku
(Hidayatun Nafiah)
"Pagi pagi udah di bikin overthinking aja" cetus salah satu orang. Mereka menjadi terkenal akibat perbuatan si alex, nama geng mereka tercemar.
Akan tetapi si alex tidak merasa bersalah sekali pun.
Saat itu mereka berempat sedang berkumpul riang dibawah rindangnya pohon beringin. Mereka seperti sedang membicarakan suatu hal.
" gara gara kamu tuh nama kita jadi di ejek anak sebelah. " cetus Alessa sambil menjotos dahinya si alex.
" kok aku terus sih, kan tadi ga cuma aku yang di sana!" celoteh si alex sembari memanyunkan bibirnya.
Akan tetapi ketika mereka berdua sedang berdebat, tiba tiba Kiyara tunjuk tangan, ia berpendapat kalau semisal sebelum kelulusan SMA ini ia ingin mengukir kenangan sahabat mereka selama 5 tahun.
Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya kita berempat lulus semua.
Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan mengusap bekas ukiran yg 1 bulan dibuat oleh 4 sahabat itu. Mereka mengukir inisal nama mereka dan universitas yang mereka ingin kan.
Dan tak lupa mereka juga mengubur satu botol yang isinya terdapat segulung kertas warna hitam yang ditulis dengan pena putih. " Kami akan selalu bersama sampai akhir hayat nanti ". Salah seorang membaca kertas itu.
Keesokan hari, aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan karena aris berencana untuk menyatakan perasaannya kepadaku. Akhirnya aris dan kiyara berpacaran.
Begitu juga dengan Alex , dia pun berpacaran dengan Alessa . Malam itu sungguh malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.
Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.
“Perasaanku ngga enak banget ya?” Ucapku penuh cemas.
“Udahlah kya, santai aja, kita ngga bakalan kenapa-kenapa” jawab Alessa dengan santai.
Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Kiyara terjadi.
“Arissss awasss! di depan ada truk besar!” Teriak Kiyara
“Aaaaaaaaaa!!!”
Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai ditabrak sebuah truk muatan besar dan mobil kami masuk ke dalam kurang. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.
Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.
“Kiyara.. kamu sudah sadar, Nak?” Tanya ibuku.
“Ibu.. aku di mana? Di mana Alessa, Alex, dan Aris?” tanyaku.
“Kamu di rumah sakit Nak, kamu yang sabar ya, Alex dan Aris tidak tertolong di lokasi kecelakaan” Jawab ibu sambil menitikkan air mata.
Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar pernyataan ibu.
“Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku, kucingku pergi, sekarang kamu .” batinku berkata.
Isak tangis si Kiyara membuat ibundanya tidak tegas melihat akan anak kesayangnya.
Lantas, 4 bulan berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua. Tetapi sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian.
Kiyara baru sempat mengunjungi makam Aris dan Alex karena selama 4 bulan yang lalu iya harus menjalani perawatan dan pemeriksaan lebih lanjut.