RUMAH YANG RUNTUH
Karya : Kristina Shindy Maulan
Aku melamun ditemani angina malam.yang orang tau hidupku penuh dengan kebahagiaan.tapi beda dengan kenyataan yang hancur berkeping-keping.diusia ku yang sudah dewasa tapi aku belum siap untuk menghadapi seperti ini.
Aku yang sangat lelah setelah pulang dari kos karena lamanya aku tidak pulang kerumah dikejutkan suara adu mulut dari kedua orangtua ku.apakah mereka tidak bias menyelesaikan semua dengan baik? Begitulah orangtua masih labil,rasa ingin menghentikan mereka berdua itu ada. Tapi itu bukan hal yang mudah.
Ucapan yang tak ingin aku dengar selama ini keluar dari mulut ayahku yang berkata “Lebih baik kita cerai dan kamu balik kerumah orangtuamu sekarang” aku tau rasa yang dirasakan ibuku, mataku mulai berkaca-kaca dan memulai untuk memberanikan diri untuk menghampiri kedua orangtuaku dengan tangisan yang tidak bias kutahan. Disitulah aku mengatakan hal yang sebelumnya tidak aku ingin katakana “emang enggak bias di selesaikan dengan baik, kok sampai perpisahan yang menjadi jalan keluarnya?”
anak pertama yang berusaha untuk selalu tersenyum ketika melihat harmonisnya keluarga teman-temanku, entah dari mana aku memulai ini semua , kedua orangtua yang selalu beradu argumen dan tidak ada satu pun yang mengalah dan pada akhirnya berpisahan pun adalah jalan terbaik mereka hingga saat ini , ini kisahku mungkin hari ini aku sudah lebih membaik dan memulai menerima apa yang sudah menjadi takdirku
Aku bernama Kristina shindy saat ini aku sedang kuliah , aku anak pertama dan mempunyai seorang adek perempuan, Ibu dan ayahku berpisah ketika aku beranjak dewasa ya disaat aku memasuki kelas 3 smk dimana aku membutuhkan sosok orangtua untuk menjadi garda terdepanku ketika menentukan pilihanku untuk melanjutkan kemana dan akan menjadi apa , saat itu aku tidak tau harus bertanya kepada siapa dana pa yang harus aku lakukan , saat itu aku ikut dengan ayahku kehidupan sehari-hari kulalui dengan penuh kekosongan rumah yang utuh kini menjadi runtuh karna hanya menjadi ssatu peran di dalam rumah itu Ibuku memutuskan untuk bekerja keluar negri , dengan berat hati ak mengiyakan,
Sakit bingung dan perih ketika seorang adek selalu bertanya-tanya kepadaku “mengapa ibuk enggak satu rumah dengan kita kak?” pertanyaan yang selalu aku hindari hingga adekku saat ini tau apa alasannya dan mengapa ibuku tidak lagi bersama kita berdua.
Hingga saat ini waktu ku tiba dimana ak memutuskan untuk melanjutkan kuliah dan adekku melanjutkan bersekolah SMK awalan yang menyenangkan karna aku dan adekku ketrima di Kampus dan sekolahan yang kita inginkan namun selalu ada hal yang membuatku bersedih tidak adanya ibuku diseblahku waktu aku membuka pengumuman PTKIN.
Ini kisahku dengan latar keluargaku yang berantakan, berakhirnya sebuah rumah yang dulu aku selalu aku rindukan disaat aku jauh, kutipan kata terimakasih mungkin tidak cukup untuk kuberikan kepada mereka yang selalu bertahan untuk kokohnya rumah yang dibangun itu dan pada akhirnya runtuh juga
Kutipan rinduku untuk mereka , sebuah rindu yang selalu ku titipkan kepada malam yang entah rindu itu tersampaikan atau tidak, hanya sebuah rindu hingga saat ini tak kunjung terobati entah sampai kapan akan terobati,
Sebuah rasa kebersamaan, ketenangan , dan keindahan yang sudah hilang tak akan ku lihat kembali banyak yang ingin aku ceritakan kepada mereka tumbuh dewasa untuk adekku tanpa sayap dari mereka itu membuat batin hancur.
AKU RINDU PULANG.
Salatiga, 20 Maret 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar