Generasi muda menjadi usia cemerlang dalam karakter, kebaikan, akhlak, dan prestasi. Generasi muda adalah harapan bangsa yang dimasa depan akan menjadi para pemimpin. Dibahu para generasi muda nasib masa depan ditentukan. Tetapi bagaimana jika generasi muda justru begitu dekat dengan tindakan kriminal? Mau dibawa kemana nasib bangsa ini kedepannya?. Peredaran berita tentang remaja tidak jauh dari aksi tawuran, pemerkosaan, pembunuhan, dan kekerasan.
Terdapat banyak berita yang membuat miris kita semua diantaranya, seorang siswi SMP menjadi korban pemerkosaan bergilir yang dilakukan oleh 10 orang. Tiga di antaranya masih berstatus pelajar, tiga lainnya pria dewasa, dan empat pelaku pemerkosaan masih jadi buron. Di tempat berbeda, puluhan remaja terlibat tawuran perang sarung. Di Bekasi, perang sarung tersebut memakan satu korban jiwa. Seorang pelajar berusia 17 tahun meregang nyawa setelah tawuran antarkelompok geng remaja tersebut. Mengapa generasi kita menjadi seperti ini?
Aksi brutal dan tindak kriminal di kalangan remaja bukan sekali, tetapi sudah berulang kali dan tiap tahun terjadi hal yang sama. Artinya, butuh solusi yang bisa mengatasi permasalahan ini. Solusi preventif dan kuratif tidak akan efektif, perlu digali akar permasalahan terlebih dahulu. Sistem kehidupan hedonistik, permisif, dan liberal. Standar hidup tidak lagi berpegang teguh pada agama melainkan berorientasi pada pencapaian atau keberhasilan yang bersifat materi. Alhasil, generasi makin jauh dari nilai ketaatan kepada Penciptanya, yakni Allah Taala.
Banyak yang berhasil mencetak generasi cerdas dalam ilmu umum, seperti sains dan teknologi. Namun, sistem ini sejatinya telah gagal mencetak generasi berkepribadian mulia. Tengoklah betapa AS, Jepang, atau Korsel sukses menjadi negara maju dengan iptek yang mumpuni, tetapi mereka gagal membangun peradaban manusia. Lihat pula betapa megahnya infrastruktur negeri-negeri Islam, seperti Arab Saudi, UEA, dan lainnya, tetapi nilai-nilai syariat kian memudahkan.
Jika generasi rusak, peradaban manusia hari ini juga turut rusak. Oleh karenanya, generasi unggul hanya bisa terwujud tatkala sistem pendidikannya bertujuan membentuk manusia-manusia cerdas iptek sekaligus kaya imtak (iman dan takwa). Terkait hal ini, Islam memiliki sejumlah mekanisme menyeluruh untuk mewujudkan generasi berkepribadian mulia. Di antaranya pertama, menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Dengan ini, seluruh mata pelajaran akan berkesinambungan dengan peningkatan keimanan seorang hamba kepada Allah Ta'ala. Setiap ilmu harus senantiasa dikaitkan dengan basis akidah Islam yang membuat seluruh peserta didik makin taat kepada Allah Taala.
Kedua, negara memberikan akses pendidikan untuk seluruh rakyat secara gratis. Dalam pandangan Islam, pendidikan adalah kebutuhan primer. Ketiga, suasana lingkungan dan masyarakat yang kondusif. Negara tidak menoleransi segala bentuk pemikiran dan tsaqafah asing yang merusak. Keempat, menegakkan sanksi tegas bagi pelaku kejahatan. Sistem sanksi akan berlaku sebagai upaya kuratif ketika berbagai upaya preventif masih dilanggar. Dengan demikian, jika empat cara tadi diterapkan dengan baik, maka generasi unggul akan tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar