Jumat, 29 Maret 2024

Strategi Mengatasi Kegalauan Gen Z Dalam Memilih Pemimpin

Oleh : M. Izra Fauzi


Salah satu alasan utama pemilihan sering kali melibatkan banyak kandidat yang memiliki latar belakang, visi, misi, dan rencana yang berbeda-beda. Sesuai yang dilansir KOMPAS.com pada Jum’at 30 Juni 2023 terkadang kandidat yang menjanjikan perubahan dan kemajuan tidak selalu memiliki rekam jejak yang baik dalam memimpin. 

Pemilihan pemimpin kini dihadapkan dengan tantangan yang begitu sulit. Mengutip data yang diungkap oleh detik.news pada Senin 8 Januari 2024 Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah masyarakat dalam pemilu 2024 mencapai 204.807.222 jiwa, dominasi terbanyak dipegang oleh pemuda. Generasi millenial (kelahiran 1980-1994) mencapai 66.822.389 (33,60%) jiwa. Sedangkan generasi Z (kelahiran 1995-2000) sebanyak 46.800.161 (22,85%) jiwa. Keduanya mencapai 56,45% jiwa, jumlah yang besar dalam menentukan arah bangsa.

Perlu ketelitian baik serta pertimbangan tepat dalam memperhatikan hukum yang telah ditetapkan, karena hakikatnya memilih merupakan amanah dan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin. Sebab pemilih telah memberikan kesaksiannya dan perwakilannya kepada yang dipilihnya, padahal agama islam telah mengajarkan dalam kandungan Al-Qur’an tentang memilih seorang pemimpin yang amanah dan adil. Sebab pemimpin yang terpilih memiliki tanggung jawab, yaitu amanah serta berlaku adil kepada rakyatnya, sebagaimana narasi Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 58 (Syarkawi dan Fadli, 2001: 202).

Memilih pemimpin untuk kemajuan Indonesia harus diperhatikan, karena majunya suatu negara bedasarkan pada pemimpinnya. Persoalan ini tidak boleh di abaikan hanya karena memilih seorang pemimpin saja. Maka penulis sangat tertarik untuk membahas tentang bagaimana epistimologi pemimpin dalam negara? Bagaimana langkah solutif dalam mengatasi kegalauan memilih pemimpin.


Epistimologi Pemimpin Perspektif Narasi Al-Qur’an

Secara etimologi pemimpin adalah orang yang berpengaruh terhadap pihak lain dan mengajak untuk melaksanakan pencapaian tujuan bersama. Sedangkan terminologi menurut Amin dan Siregar (2015: 34) mengutip dari himpunan Ralp. M. Stogdil bahwa definisi pemimpin yaitu sebagai pusat organisasi, berkepribadian, kesepakatan, berkemampuan menciptakan kesepakatan, tindakan, dan sebagai sarana perencanaan tujuan.

Konseptual kepemimpinan, para ahli memaknainya sebagai seseorang dengan kekuasaannya, mengarahkan anggotanya untuk melakukan tugas dalam mencapai goals bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat Stephen R kepemimpinan sebagai “the ability to influence a group toward the achievement of goals”. Kemampuan pengaruh suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Solkin dkk, 2017: 92).

Dalam perspektif Al-Qur’an kata pemimpin terdapat beberapa makna, diantaranya; 1) Khalifah (QS. Fathir [35]: 39), 2) Imamah di sebutkan sebanyak 7 kali dan bermacam arti luas, 3) ulu Al-Amri (QS. An-Nisa [4]: 59) (Siregar, 2015: 35-39), 4) As-Sulthan sebagai istilah kekuasaan raja, 5) Al-Malik sebagai kewenangan dalam memerintah, 6) Wali maknanya sebagai seseorang yang dapat dipercaya (Jamal dan Kadarusman, 2014: 124-125).

Selanjutnya masyarakat hendaknya mematuhi pemimpin dalam melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban dalam konsitusi negara. Pemimpin dianggap sebagai penutup dan penagarah. Masyarakat harus mempercayai pemimpin dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diberikan.

Sejauh mana rakyat harus menaati pemimpin? Adakah batasan-batasan dalam ketentuan mematuhi pemimpin? Bagaimana Islam memperhatikan ini? Al-Qur’an sebetulnya sudah memberikan resep tentang kewajiban taat kepada Allah SWT dan (Herlambang, 2018: 93).

Sejalan dengan persoalan diatas, maka seorang pemimpin harus memiliki kata kunci untuk menciptakan interaksi antara rakyat dengan pemimpin agar terwujudnya negara yang damai dan tentram. Kata kunci seperti; mengarahkan, membimbing, sebagai contoh (suri tauladan), mempengaruhi, mendukung, mendorong, motivator, mendeleglasi, memiliki visi, menggerakan, memperdayakan, menghargai, kepedulian, persuasi, membuat masyarakat patuh, berkomunikasi, dll (Widarto, 2013: 3).

Menjadikan negara maju merupakan tugas penting seorang pemimpin, namun masyarakat juga memiliki kewajiban untuk memajukan negara dan menjadikan negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Kemudian sebagai rakyat patuhilah pemimpin negara karena syarat negara maju bukan hanya dari kepemimpinan yang baik. Namun juga karena rakyat mendukung berpartisipasi dalam memajukan negara.


Langkah Solutif dalam Mengatasi Kegalauan Memilih Pemimpin

Dapat dilihat bahwa kepemimpinan sebagai instumen dalam mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang. Selain itu, dapat dibutuhkan sebagai penggerak dalam kegiatan organisasi. Jadi pemimpin merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam mentukan jalannya suatu organisasi (Waedoloh, 2021: 149).

Namun sebelum memilih pemimpin, hendaknya memiliki strategi dalam menentukan pilihan. Sebab kesalahan memberikan amanah kepada orang yang tidak tepat, berakibat pada kehancuran suatu negara. Berikut beberapa paparan penulis dalam langkah solutif mengatasi kegalauan memilih pemimpin:

1. Perbanyak wawasan

Maka kita ketahui yang berhak memilih pemimpin hendaklah memiliki syarat-syarat seperti; 1) Adil maksudnya ialah orang yang menjaga kehormatannya serta mengerjakan kewajibannya, 2) Ahli ilmu maksdunya pemilih mengetahui siapa yang berhak untuk menjadi pemimpin, 3) Mempunyai pendirian maksudnya bijaksana dalam memilih, pandai menyelidiki sesuatu yang berasal dari calon pemimpin agar dapat mengetahui rekam jejak kehidupannya (Rasjid, 2023: 499-500).

2. Melihat karaktersitik kelayakan pemimpin

Karakteristik utama adalah karisma, karena memiliki pengaruh kuat dan luar biasa di kalangan rakyat. Keyakinan rakyat terhadap pemimpin mereka adalah benar. Mereka pula tidak meragukannya lagi serta menerimanya, mereka patuh dengan senang hati, memiliki kasih sayang terhadap pemimpinnya, percaya bahwa kontribusi mereka sangat berarti bagi organisasi (Novianto, 2011: 149-150).

Al-Qur’an sebenernya sudah memberikan resep dalam kandungan bagaimana kriteria seorang pemimpin, maka beberapa kriteria seorang pemimpin dapat kita telaah dan pahami melalui ayat Al-Qur’an yaitu; Amanah (QS. An-Nisa [4]: 38), beriman (QS. Fatir [35]: 39), adil (QS. Shad [38]: 26), syura (QS. Asy-Syura [42]: 38), Amr ma’ruf nahi munkar (QS. Al-Hajj [22]: 41) (Maulana dan Anwar, 2022: 66). 

Maka seorang pemimpin hendaknya memiliki karakteristik, agar ketika menjadi seorang pemimpin, memiliki sifat-sifat yang baik dalam mengatur baik itu organisasi maupun negara. Kemudian pemilih pun harus memenuhi syarat-syarat, karena pemilih akan mengetahui siapa yang akan menjadi pemimpin. 


Dari pemaparan diatas, pemimpin adalah orang yang berpengaruh terhadap pihak lain dan mengajak untuk melaksanakan pencapaian tujuan bersama. kepemimpinan sebagai pengaruh dalam suatu organisasi untuk mencapai goals bersama. Pentingnya pemimpin dalam negara adalah untuk mencapai suatu tujuan, menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. 

Kepemimpinan sebagai instumen dalam mempengaruhi sekelompok orang untuk bekerja sama untuk mencapai suatu goals. Namun yang berhak memilih pemimpin hendaklah memiliki syarat-syarat seperti; 1) Adil, 2) Ahli ilmu, 3) Mempunyai pendirian. Dalam kandungan Al-Qur’an bahwa karakteristik pemimpin adalah; 1) Amanah 2) Beriman 3) Adil 4) Syura 5) Amr ma’ruf nahi munkar.

Akhirnya, harapan penulis dalam penulisan ini, dengan mengetahui keadaan tantangan masyarakat Indonesia lebih tepat skala kecilnya generasi z masih bingung dalam memilih pemimpinnya. Sudah sepatutnya masyarakat Indonesia bangkit dari keterpurukan, dengan menanamkan jiwa-jiwa nasionalisme. Mengimplementasikan karakteristik pemimpin, guna meningkatkan kader bangsa sehingga terwujudnya Indonesia yang tentram, aman, dan damai. Aamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar