Waktunya Datang Kemerdekaan Bagi Palestina

 WAKTUNYA DATANG KEMERDEKAAN BAGI PALESTINA

Oleh: Dewi Analisa

"Assalamualaikum anak-anak!” ujar Abi Salman.

“Waalaikumsalam Biiiiiiiiii.” jawab anak-anak.

“Nah anak-anak, sekarang kita akan mempelajari matematika. Ayo buka halaman 70.”

Semua murid mulai membuka bukunya, akan tetapi ada seorang gadis yang hanya melihat keluar jendela. Karena terus melihat ke arah jendela, Abi Salman menegur gadis tersebut.

“AISYAH! AISYAH!AISYAH!!”, panggil Abi Salman.

Aisyah terkejut lalu  bertanya kepada Abi Salman,

“Ada apa Bi?”, tanya Aisyah. 

Semua murid tertawa mendengar jawaban Aisyah.

“Sekarang kamu buka buku matematika halaman 70.”

“Baik Bi.” jawab Aisyah langsung membuka buku matematikanya.

BUUUUUUMMMMMBUUUUUUUMMMMM

Terdengar suara ledakan dari arah luar.

“Astagfirullah, ada apa itu?” tanya Abi Salman.

Anak-Anak yang lain ketakutan dan menangis. Aisyah yang melihat temannya menangis, langsung menyemangati mereka semua.

“Teman-teman, kita harus tetap tegar. Jangan takut dan jangan bersedih, karena Allah akan selalu melindungi kita.” kata yang di ucapkan Aisyah dengan penuh keyakinan.

“Kamu benar, kita tidak boleh takut. Soalnya yang kita takuti hanya Allah SWT.” jawab Ahmad. Mendengarnya, teman-teman yang lain langsung berdiri tegak dan berkata “Kita harus berjuang. Allah Akbar.”sambil berteriak beberapa kali dengan penuh semangat.

Lalu mereka keluar dari sekolah, saat keluar terlihat dimana-mana banyak gedung-gedung yang runtuh bangun-bangunan yang roboh. Langit mulai hitam, mayat dimana-mana. Mereka mencemaskan keluarga mereka, mereka sangat takut jika  akan menjadi anak yatim piatu. Bergegas mereka langsung berlari menuju ke rumah masing-masing. Aisyah berlari dengan sangat kencang, ia sangat takut jika akan kehilangan ibu dan kakaknya setelah kematian ayahnya saat ia berumur 7 tahun. 

Sesampainya dirumah, Aisyah langsung masuk dan mencari ibu dan kakaknya.

“UMIIIIIIIIIII, KAKAAAAAAAKKKKK-KAKAAAAAAAAKKKK. Kalian di manaaaaa?”

“AISYAH! AISYAH!AISYAHHH!Kami disini, tolong kami…” terdengar teriakkan di dalam lemari.

“UMI! KAKAK! syukurlah kalian selamat. Aisyah sangat takut, Kalau kalian akan ditangkap para tentara Israel-Israel itu.” ujar Aisyah memeluk umi dan kakaknya dengan sangat serat dan penuh dengan ketakutan.

“Umi juga takut terjadi apa-apa dengan anak Umi.”

“Umi, Aisyah, sebaiknya kita segera pergi ketempat pengungsiaan saja. Nanti tentara Israel datang kesini”, ujar Kak Fatimah.

“Benar, ayo kita segera pergi”, ujar Umi Aisyah.

Sesampainya mereka di tempat pengungsian itu, mereka melihat banyak orang yang terluka parah akibat terkena tembakan para tentara Israel, dan banyak juga orang yang meninggal dunia. Aisyah yang celingak-celinguk kebingungan  mencari guru dan teman-temannya. Lalu terlihatlah Siti dan keluarganya yang sedang mengobati luka-luka ibunya.

“Siti", ujar Aisyah menyentuh pundak Siti.

“Aisyah! kamu baik-baik saja?” tanya Siti.

“Alhamdulillah aku baik-baik saja, kamu gimana?”

“Alhamdulillah juga baik.”

Mereka keasyikan mengobrol sampai adzan Ashar berkumandang. Mereka cepat-cepat mengambil air wudhu yang berada di dekat sungai, karena hampir seluruh masjid dihancurkan oleh tentara Israel. Setelah shalat berjamaah bersama-sama, Kemudian mereka semua berdoa agar di beri keselamatan oleh Allah.

“Ya Allah, ya Tuhanku, ampunilah dosa hamba dosa umi hamba dan dosa kakak hamba. Berikanlah keselamatan kepada kami semua agar kami bisa bertahan dari serangan orang-orang Israel. Amiiiiinnnnnnnn.” ujar Aisyah dalam hati sambil meneteskan air mata yang penuh dengan kepiluan.

Sudah seminggu Aisyah dan keluarganya tinggal ditempat pengungsian, dan semakin banyak pula  orang-orang yang terkena serangan Israel. Aisyah yang tak tahan lagi dengan serangan Israel, segera menyuruh teman-temannya berkumpul dan menyusun rencana untuk penyusupan ke ruang senjata Israel.

Setelah menyusun rencana yang  kira-kira membutuhkan waktu setengah jam, rencananya pun selesai. Mereka juga mengajak seluruh pengungsi di tenda untuk bersatu melawan Israel. Sekitar 3 jam mereka menyusup ke ruang senjata tentara Israel tanpa diketahui oleh tentara Israel dan mereka membawa hasil yang memuaskan dengan membawa 5 pisau, 10 pistol, 20 Ak47, 37 granat, basoka 1 unit, GLM 5 unit, dan 10 gas air mata.

Selesai menyusun rencana penyerangan mereka berpencar menjadi beberapa bagian sesuai dengan rencana. Aisyah, teman-temannya dan Abi Salman dan yang lainnya pergi untuk menghancurkan benteng mereka. Setelah berhasil melumpuhkan benteng, mereka terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Mereka terus berperang dengan tentara sampai waktu subuh dan akhirnya usaha mereka selama ini membuahkan hasil yang sangat membahagiakan. Seluruh rakyat hanya bisa bersyukur kepada Allah SWT dan beseru “Allah Akbar dan Alhamdulillah” berkali-kali.

Akhirnya, perjuangan para rakyat Palestina berhasil mencapai kesuksesan. Sekarang rakyat Palestina sudah merdeka dan tidak perlu takut lagi akan ancaman rakyat Israel. Sedangkan rakyat Israel, mereka mundur dari Palestina dan menyatakan kemerdekaan negara Palestina. Kejadian ini membuat para seluruh umat islam di dunia bahagia akan perjuangan kami rakyat Palestina.

Sekarang Aisyah dan teman-temannya sudah bisa bersekolah dengan tenang. Tidak ada lagi penjajahan Israel. Dalam waktu 1 bulan, mereka sudah bisa membangun lagi negara Palestina, gedung-gedung pun sudah mulai direnovasi. Aisyah dan teman-temannya sangat bahagia, karena mereka sudah bebas dari penjajahan. Sumbangan dan bantuan-bantuan  dari negeri-negeri tetangga pun mulai berdatangan. Aisyah dan keluarganya mendapatkan rumah baru dari pemerintah.

Keesokan harinya…

“Assalamualaikum anak-anak…” ujar Abi Salman.

“Waalaikumsalam Abi Salman…” jawab mereka serentak.

“Bi? sekarang kita belajar apa?” tanya Faqih.

“Nah, sekarang kita akan belajar pelajaran tentang Agama Islam. Buka bukunya dan buka halaman 60.”

“Baik Bi.” jawab mereka serentak.

“Aisyah, kamu sedang apa?” tanya Abi Salman

“Saya sedang menggambar ini Bi.” ujar Aisyah sambil menunjukkan gambar Palestina merdeka.

“Wah Aisyah, gambar kamu bagus sekali. Pertahankan ya, tetapi sekarang kamu berhenti menggambar dulu. Karena sekarang kita akan belajar Agama Islam.” ujar Abi Salma lembut.

“Baik Bi.”

Kemudian Abi Salman nampak kebingungan melihat  siswi yang bernama zahra  itu yang nampak sedang  meneteskan air matanya sambil menatap ke luar jendela, Lalu Abi Salman pun bertanya padanya

“Nak Zahra, apa yang sedang kamu pikirkan?.”

Kemudian zahra pun sontak terkejut dengan Abi Salman yang tiba-tiba bertanya kepadanya karena dari tadi ia tidak mendengarkan apapun yang di ucapkanAbi Salman.

“Saya teringat ibu saya yang sudah tenang di alam sana,apakah dia juga merindukan ku?”jawab zahra yang sedang menahan air matanya agar tidak menetes lagi.

“Lalu apa yang membuatmu nampak sangat sedih Nak?”Abi Salman pun kembali bertanya kepada zahra untuk memastikan apa yang membuatnya nampak sangat terpuruk dan sedih.

“Betapa kejamnya orang Israel membunuh orang-orang yang berada di Palestina ini,saya melihat ibu saya di tembak di depan mata saya sendiri, seharusnya waktu itu saya  tidak bersembunyi pasti saya sudah berada di samping ibu di alam sana sekarang” jawab Zahra dengan isakan tangis yang sangat deras karena sudah tidak kuat untuk menahan tangisannya.

Kemudian teman-temannya pun langsung menghampirinya, yang perempuan pun langsung memeluk zahra untuk saling menguatkan.

Dalam situasi keharuan ini mereka akhirnya bernyanyi bersama-sama…

Salatiga, 16 Maret 2024