Gigi
Kesa Copot
Oleh.
Alvina Rohmah
Kesa
adalah anak umur 8 tahun. Dia tinggal di dekat tempat penggilingan padi yang di
depannya terhampar sawah-sawah hijau bersama kedua orang tuanya. Meskipun badan
Kesa lebih kecil dibanding teman-temannya yang lain, dia lebih gesit dan
cekatan dibanding temannya yang lain. Tetapi karna kegesitannya itu, Kesa malah
menjadi orang yang ceroboh. Di rumahnya sudah banyak barang yang dia rusak,
karena sering tertabrak oleh Kesa saat dia berlari-larian di dalam rumah.
Pada
hari Selasa, Kesa pergi ke sungai dekat rumah neneknya bersama teman-temannya.
Dia sangat ingin bermain air dan berniat untuk mengambil buah jambu yang ada di
pinggir sungai. Mereka pun berangkat ke sungai saat pagi hari menuju siang.
"Kesa
nanti kamu mau ikut kita mandi di sungai atau tidak?" tanya temannya,
Lena.
"Kalian
duluan saja nanti mandi di sungainya. Aku mau mengambil buah jambu dulu di
pinggir sungai."
"Oke,
aku mau jambu juga Kesa. Ambilkan aku satu ya," pesan Lena. Kesa
mengacungkan jempol tanda menyetujui.
Saat
teman-temannya yang lain asik mandi di sungai, Kesa berdiri di bawah pohon
jambu sibuk sendirian berusaha mengambil jambu dengan menggunakan tongkat kayu
yang kebetulan menggeletak di rerumputan samping pohon. Kesa sedikit kesulitan
mengambil jambu dengan tongkat itu karena tongkatnya pendek. Sambil
melompat-lompat dengan badan pendeknya, dia mengomel-ngomel sendiri karena
belum ada satupun buah jambu yang didapat.
"Duh,
kenapa susah sekali sih!" alisnya mengerut sebal.
"KESA!
SUDAH DAPAT JAMBUNYA BELUM! KOK LAMA SEKALI!," kata temannya berteriak.
Kesa
menengokkan kepala ke arah temannya dengan badan yang masih melompat-lompat
menggapai jambu dengan tongkat. Kesa tidak sadar kalau ternyata di dekat
kakinya melompat, ada batu berukuran sedang. Kesa pun terjatuh ke arah depan
karena kaki kirinya tersandung batu. Suara terjatuhnya Kesa terdengar sangat
keras, karena itu teman-temannya buru-buru
ke luar dari sungai dan membantu Kesa untuk berdiri.
"Kesa,
gigimu copot!" kata temannya menyadari.
<>
Besoknya
di sekolah, Kesa menunggu Ibu guru Dita di depan pintu. Dia ingin memberi tahu
kalau akhirnya giginya ada yang copot. 5 menit setelah bel berbunyi, Ibu guru
Dita pun akhirnya datang memasuki kelas, lalu berjalan ke arah meja guru dan
duduk di atas kursinya.
Kesa
di bangkunya mengangkat tangan, "Ibu guru Dita!"
"Ada
apa, Kesa?"
"Lihat,
Bu! Gigi Kesa ada yang copot!" ucap Kesa sembari meringiskan gigi.
"Wah,
selamat, Kesa!" kata Ibu guru Dita. Setelahnya beliau bertanya kepada
murid-muridnya apakah ada yang punya pengalaman gigi copot atau tidak. Ita
mengangkat tangannya. Lalu beliau bertanya kepada Ita, apakah ada yang memiliki
saran untuk Kesa untuk menangani giginya yang copot itu.
"Gigi
bagian mana yang copot, Kesa?" tanya Ita.
"Gigi
bawah," kata Kesa, lalu sekali lagi dia meringiskan gigi menunjukkan
bagian kosong di jejeran giginya yang ada di bawah.
Ita
mengangguk-anggukkan kepalanya, "kamu seharusnya membuang gigi susumu ke
atas atap, Kes," kata Ita.
"Kenapa
aku harus membuangnya ke atas atap?" kata Kesa, bingung.
"Karena
gigi dewasa barumu nantinya bakal tumbuh dengan baik. Kecuali kalau gigi atasmu
yang copot, maka kamu harus menaruhnya di bawah lantai."
Setelah
Ibu guru Dita mendengar idenya Ita, Ibu Guru Dita pu mengangguk-anggukkan
kepala menganggap idenya Ita bagus,
tetapi Kesa tidak setuju.
"Kamu
tidak boleh membuang gigi susumu, Kesa. Kamu harus menyimpannya dan
memberikannya kepada ibumu," kata Maxwell, yang duduk di barisan nomor dua
dari belakang dekat pintu, ikut menimpali.
"Kenapa
aku harus melakukan itu?" tanya Kesa.
"Ibumu
akan membuatnya menjadi kalung untuk kamu pakai."
Elen
yang mendengarnya menggelengkan kepala tidak setuju, lalu mengangkat tangannya.
Dia punya beberapa saran berbeda untuk Kesa.
"Kamu
harus membawa pulang gigimu. Lalu, kamu harus menaruhnya di bawah bantal saat
kamu tidur," kata Elen.
"Kenapa
aku harus melakukan itu?" kata Kesa.
"Karena
peri gigi akan datang. Dia akan menyimpan gigimu dan membayarmu dengan
keberuntungan. Kadang-kadang peri gigi bahkan membawa mainan untuk anak-anak
yang menyimpan giginya di bawah bantal saat tidur."
Kesa
sangat menyukai saran Elen. Ibu guru Dita memberinya sebuah kotak untuk
menyimpan giginya. Ibu guru Dita tidak ingin Kesa kehilangan giginya lagi.
Kesa
pun tiba di rumah, dia langsung menghampiri ibunya dan menaruh kotak yang
berisi giginya di atas meja makan.
"Gigimu
mau kamu apakan, Kesa?" tanya ibunya.
"Aku
mau mencoba menaruhnya di bawah bantal, Bu," katanya.
Malam
hari pun tiba. Saat sebelum tidur, Kesa tidak lupa menaruh giginya di bawah
bantal. Lalu ketika Kesa bangun keesokan paginya, ia segera melihat ke bawah
bantalnya karena penasaran denga napa yang terjadi dengan giginya. Kesa kaget,
gigi itu sudah hilang. Sebagai gantinya, Kesa menemukan uang kertas seratus
ribu. Ia juga menemukan sepucuk surat. Berikut isi surat itu:
Kesaku tersayang,
Selamat!
Kamu sudah kehilangan gigi pertamamu. Aku akan menyimpan gigimu selamanya di
tempat yang kamu tidak ketahui. Lalu sebagai gantinya, kamu harus membeli
sesuatu apapun yang kamu suka dengan uang ini.
Salam
sayang,
Peri
Gigi.
Setelahnya
kesa langsung berlari sambil berteriak memanggil ibunya untuk memberi tahu
kalau giginya yang copot sudah diambil oleh peri gigi. Sang ibu hanya
menanggapi dengan tersenyum misterius, lalu menyuruh Kesa untuk segera mandi
agar tidak terlambat pergi ke sekolah.
"Aku
harus menceritakan peri gigi kepada kelasku," pikir Kesa berjalan menuju
kamarnya. "Semua orang harus kehilangan giginya juga!"
Tegal,
11 Maret 2025