Jumat, 07 Maret 2025

Gumbregan: Tradisi Petani Lokal Boyolali

Oleh: Ahmad Ridho Nasim

Boyolali merupakan daerah yang terkennal dengan kehijauannya karena banyaknya persawahan dan Perkebunan di daeerah tersebut, karena itu petani adalah pekerjaan lokal di daerah tersebut, sehingga Boyolali termasuk daerah yang banyak menghasilkan Buah-Buahan dan sayur-Sayuran yang melimpah ruah. Karena melimpahya hasil pertanian di daerrah ini, maka para petani di daerah tersebut memiliki tradisi untuk memngungkapkan rasa Syukur  mereka kehadirat tuhan yang maha esa dalam bentuk sedekah, agar orang-orang di sekitar mereka juga bisa menikmati hasil panen, tradisi ini di sebut dengan Gumbregan.

 Gumbregan adalah merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Boyolali. Tradisi Gumbregan sering kali digelar pada saat petani telah selesai mengelola hasil pertanian. Pada prakteknya sedekah Gumbregan menyuguhkan berbagai makanan khas hasil bumi setempat yang dikemas dalam satu rangkaian sesaji berupa Jadah Woran berasal dari beras ketan, ketupat luwar, serta aneka umbi-umbian. Umbi-umbian tersebut seperti ketela pohon, gembili, uwi, kimpul, ubi jalar dan ganyong. Inti tradisi Gumbregan berlangsung singkat. Pagi hari dilakukan dengan berdoa secara bersama-sama (kenduren), kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan ternak berupa bekatul yang sebelumnya telah di rebus.

Sebelum di  gelarnya acara tersebut para petani terlebih dahulu  rapat dengan kepala desa guna menentukan hari di gelarnya gumbrekan lalu mengumumkan kepada Masyarakat bahwa akan di gelar nya acara gumbregan. Di hari yang telah di tentukan, para petani akan mendatangi rumah kepala desa dengan membawa hasil panen mereka berupa buah-buahan dan sayur-sayuran dan kemudian di kemas dalam satu rangkaian sesaji berupa Jadah Woran berasal dari beras ketan, ketupat luwar, dan kemudian para petani dan Masyarakat sekitar membawa jadoh waron tersebut dengan keliling desa dan di iringi dengan musik dan tarian. Setelah itu para petani dan Masyarakat sekitar melaksanakan do’a Bersama sebagai wujud rasa Syukur, dan kemudian hasil panen tersebut di  bagikan kepada Masyarakat sekitar secara  adil.

Adanya tradisi ini bertujuan untuk menngindikasikan  rasa Syukur dan mempererat tali silaturohim, karena secara tidak langsung acara ini memiliki implementasi gotong royong, dengan di selenggarakannya tradisi ini mereka dapat  menginterpretasi betapa besarnya ni’mat Tuhan yang telah di berikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar