Fari Datul Maghfirah
Sebagai negara maju di
bidang teknologi, Jepang telah mengedepankan konsep society 5.0. Merebaknya
Covid-19 di dunia, maka mengharuskan setiap orang melakukan jarak fisik
termasuk pendidikan. Namun di Jepang sudah memasuki era society 5.0. Konsep
society 5.0 tidak hanya terbatas pada faktor manufaktur tetapi juga memecahkan
masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual.
Literasi digital adalah keahlian dalam berpikir tingkat yang tak
terbantahkan, sebagai pendukung dalam mengembangkan prestasi di bidang
akademis, pribadi dan profesional, memasuki era Society 5.0 siswa diperlukan
untuk mendominasi dunia digital untuk masa depan yang cerah mereka perlu
mempersiapkan diri untuk kerangka pembelajaran yang lebih kreatif dalam bidang
pengajaran dan siap untuk menyesuaikan dengan rencana pendidikan sesuai dengan
perbaikan mekanis yang nantinya dapat membawa siswa ke dunia kerja yang
canggih.
Kesadaran masyarakat tentang literasi digital biasanya terbatas
pada penggunaan aktual produk digital, seperti smartphone, tablet, komputer,laptop.
Para ahli menyarankan bahwa konsep literasi digital sedikit berbeda. Dengan
definisi yang berbeda, literasi digital dianggap sebagai kemampuan membaca,
menulis, melihat, mendengarkan, dan mengvaluasikan Kembali informasi (Bawden
2008).
Kunci utamanya adalah literasi digital. Pemerintah harus bekerja
keras untuk meningkatkan kesadaran setiap orang agar memiliki pemahaman tentang
bagaimana menggunakan media sosial dengan bijak dan bagaimana mengekspresikan
diri di dunia digital.
Kemajuan yang signifikan ini harus mencakup semua kalang di bidang
pelatihan, dari tingkat pusat, umum, lokal / kota, hingga satuan pendidikan.
Pelibatan orang tua siswa dan masyarakat juga merupakan bagian penting dalam
gerakan literasi digital sekolah.
Kegiatan literasi informasi dapat dikembangkan dengan model multi
literasi, artinya siswa tidak hanya diajarkan untuk mengikuti standar literasi
informasi, tetapi juga perlu dibekali dengan literasi lain di lingkungan
digital saat ini.
Budaya literasi tradisional seperti menulis, membaca dan
mendengarkan masih dibutuhkan di lingkungan digital untuk meningkatkan
kemampuan literasi digital bagi generasi digital natives.
Adyawanti, Tety, A. Pendahuluan, and Biro Pusat. 2016. “LITERASI
MEDIA.” ProListik.
Atarodi, Alireza, Meisam Dastani, Mohammad Ghorbani, and Ahmadreza
Atarodi. 2021. “The Role of Mass Media and Social Media
in Developing Awareness of Self-Care Behavior against the Outbreak of
Covid-19.” Library Philosophy and Practice.
Yoga Purandina, I. Putu, and I. Made Astra Winaya. 2020.
“Pendidikan Karakter Di Lingkungan Keluarga Selama Pembelajaran Jarak Jauh Pada
Masa Pandemi COVID-19.” Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan. doi:
10.37329/cetta.v3i2.454.
Koltay, Tibor. 2011. “The Media and the Literacies: Media Literacy,
Information Literacy, Digital Literacy.” Media, Culture and Society. doi:
10.1177/0163443710393382.
Jurnal Edueksos Vol. X, No. 2, Desember 2021
By:Fari Datul Magfiroh