Bagas Wahyu Saputra
Perkembangan jaman
yang semakin cepat serta mudahnya sebuah bahasa masuk dan dipelajari oleh
berbagai kalangan menjadikan berbagai macam bahasa menjadi mudah untuk dikenal,
dipelajari, bahkan digunakan. Dilansir dari Kompasiana.com bahwa adanya
perkembangan berbahasa asing yang signifikan di Indonesia, salah satu faktor
adanya perkembangan tersebut adalah terjadinya Globalisasi. (https://www.kompasiana.com)
Perkembangan yang
terjadi ini menjadi salah satu solusi utama untuk para generasi bangsa agar
mudah melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri dan meningkatkan
kredibilitas sumber daya manusia. Tetapi, disisi lain menimbulkan permasalahan
tentang kemampuan berbahasa daerah. Dilansir dari Badan Bahasa
Kemendikbud.go.id bahwa dalam kurun waktu 4 tahun, terbilang sejak tahun 2020
adanya penurunan dalam kemampuan berbahasa daerah saat berkomunikasi di
lingkungan keluarga. Sebanyak 78,37% masih adanya penggunaan bahasa daerah saat
berkomunikasi dengan keluarga dan 71,93% dalam lingkungan kerabat atau
tetangga. Akan tetapi ditemukan adanya penurunan persentase dalam generasi Z
dan Alfa hingga 61-62% saja (https://www.badanbahasa.kemendikbud.go.id). Jika kita amati, masih ada kemungkinan penurunan kemampuan
berbahasa daerah seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi yang pesat
dan cepat. Jika kita tidak mengimbangi untuk tetap melestarikan budaya
berbahasa daerah, maka bukan tidak mungkin bahasa daerah tersebut menjadi
langka atau bahkan mengalami kepunahan. Kemungkinan yang tersaji di atas
berdasarkan pada kebiasaan mereka menjelajahi dunia digital yang memiliki aneka
ragam bahasa, yang pada akhirnya menarik minat mereka untuk mempelajari bahasa
tersebut.
Korelasi Antara Budaya Dan Bahasa
Menurut Ki Hajar Dewantara, budaya adalah sebuah cara untuk
bertahan hidup di antara perkembangan dunia dan manusia yang mengandung nilai
perjuangan di dalamnya guna menuju keselamatan dan juga kemakmuran bersama.
Pengaruhnya begitu besar untuk menentukan arah hidup manusia pada saat itu.
Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diwujudkan dalam perilaku mereka untuk
berjuang dalam ranah budaya, semakin redup nilai yang mereka serap, maka
semakin turun juga kepedulian mereka untuk memperjuangkan kebudayaan yang
mereka miliki.
Bahasa adalah
identitas suatu kelompok atau golongan tertentu yang mereka miliki secara
khusus di antara kelompok atau golongan lain. Bahasa memiliki nilai khas yang
salah satunya adalah nilai pribadi atau jati diri. Jika nilai kebahasaan ini
hilang atau redup di dalam kelompok atau golongan tersebut, maka begitu juga
kemungkinan yang mereka alami dalam sudut pandang kelompok atau golongan lain.
Kehilangan identitas asli mereka akan menjadi mimpi buruk para leluhur yang
sudah mempertahankan secara mati-matian.
Budaya dan bahasa
adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa, golongan, atau bahkan
kelompok tertentu. Semakin jauh generasi yang mewarisinya akan semakin besar
tantangan yang di hadapi pada zamannya. Nilai-nilai yang berada di dalamnya
haruslah dipertahakan se-kokoh mungkin supaya tetap berdiri dan bersaing dengan
kebudayaan dan kebahasaan pada setiap zaman yang berlalu-lalang (Mubah, 2011).
Aktualisasi metode Technical Habits
Technical Habits(Teknik Pembiasaan) adalah salah satu upaya dalam melestarikan
budaya berbahasa daerah. Pembiasaan ini tidak cukup jika hanya dilakukan oleh
sasaran pembiasaan, tetapi juga harus dilakukan oleh subjek pengajar guna
menyukseskan metode ini. Besarnya pengaruh pengajar (generasi yang lebih tua)
untuk melestarikan kebudayaan berbahasa daerah menentukan seberapa besar minat
dan kemampuan generasi berikutnya (Khubni Maghfirotun
& Muhammad Robik, 2021). Sebuah pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan
menimbulkan sebuah reaksi pada akal pikiran dan hati nurani mereka tentang
budaya dan bahasa.
Langkah awal yang tepat untuk melakukan metode ini adalah adanya
penghafalan kosa kata bahasa daerah mereka. Dengan langkah awal ini, mereka
dapat mengenali terlebih dahulu tentang bahasa daerah mereka, sebelum mereka
melanjutkan ke langkah selanjutnya (Laila, Hidayatul, 2024). Langkah ini dapat disebut dengan langkah oriental, pengenalan
mereka akan identitas yang dimiliki oleh daerah mereka akan mendorong akal
pikir mereka tentang pentingnya mereka mempertahankannya.
Langkah selanjutnya adalah pembiasaan yang dilakukan secara rutin
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada mereka. Solusi untuk
permasalahan bahasa di daerah mereka adalah diri mereka sendiri. Sebagai
pewaris budaya, mereka bertanggung jawab untuk keberlangsungan identitas daerah
mereka di era itu. Langkah ini akan mendorong minat mereka dan hati nurani
mereka agar senantiasa memegang teguh identitas mereka.
Berbagai langkah di atas adalah bentuk aktualisasi akan metode Technical
Habits(Teknik Pembiasaan). Dengan dalih melestarikan budaya yang ada pada
daerah mereka, menentukan kualitas budaya secara universal. Aktualisasi ini
akan menimbulkan nilai tanggung jawab akan nusa dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Khubni
Maghfirotun, & Muhammad Robik. (2021). Upaya Guru dalam Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Jawa Siswa Kelas V melalui Pembiasaan Berbahasa. Ibtida’,
2(01), 59–66. https://doi.org/10.37850/ibtida.v2i01.172
Laila, Hidayatul, and H. B. (2024).
Pengaruh Pembiasaan Membaca Al Qur’an Terhadap Peningkatan Menghafal Al-Qur’an.
Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 7(1), 45–53.
Mubah, A. S. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. Tahun, 24(031), 302–308.
https://www.badanbahasa.kemendikbud.go.id diakses pada 12 Maret 2025
https://www.kompasiana.com diakses pada 12 Maret 2025