Sumber:
www.google.com
Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan momentum bersejarah bagi bangsa
Indonesia. Setelah sekian lama bangsa ini dibungkam, diinjak, dilecehkan,
diambil harta kekayaannya oleh kaum penjajah. Kala itu indonesia hanyalah
bangsa yang lemah, yang ketika diinjak hanya bisa diam dan pasrah.
74 tahun silam akhirnya memerdekakan dan membebaskan diri dari
kolonial Belanda dan Jepang. Tiga ratus lima puluh tahun dijajah oleh Belanda
dan tiga setengah tahun oleh Jepang. Tentu, membebaskan negeri ini dari
penjajahan bukanlah hal yang mudah, para pejuang rela meninggalkan keluarga,
rela menghilangkan harta benda, dan mereka rela mengucurkan darahnya hanya
untuk membebaskan diri dari kekejian rezim yang dzolim.
Para penjajah sungguh sangat tidak memiliki belas kasihan, mereka
juga tidak memperdulikan nilai-nilai kemanusiaan. Mereka memperlakukan manusia
seperti halnya binatang. Karenanya, pekik kemerdekaan dalam pembukaan UUD 1945
disebutkan, kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan keadilan.
Setelah 74 tahun silam dengan segala jeri payah para pejuang
memerdekakan bangsa ini, apakah sekarang kita telah benar-benar terbebas dari
segala bentuk penjajahan. Mengikuti heran penulis, sepertinya bangsa ini masih
terus menerus dijajah. Bahkan yang menjajah adalah orang Indonesia sendiri.
Benar seperti apa yang telah dikatakan Presiden Soekarno,
“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuangan kalian akan
lebih berat karena melawan saudara sendiri”. Dan perkataan beliau memang telah
terjadi sekarang ini.
Dapat kita saksikan sekarang, banyak manusia yang masih meminta
belas kasihan orang lain dengan cara meminta-minta demi sesuap nasi. Masih
banyak anak-anak yang menderita gizi buruk. Bahkan berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi
usia dibawah lima tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut
terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk mencapai 3,9% dan yang menderita
gizi kurang sebesar 13,8%.
Melihat data tersebut menjadi salah satu tugas penting bagi para
elit untuk menyelesaikan masalah ketahanan pangan. Karena pangan merupakan
kebutuhan pokok bagi masyarakatnya. Ir Soekarno juga pernah menyampaikan bahwa,
pangan merupakan soal hidup dan mati suatu bangsa. Apabila kebutuhan pangan
rakyat tidak dapat dipenuhi maka akan terjadi suatu malapetaka bagi bangsa
tersebut.
Kemudian, penjajahan lain yang terjadi saat ini malah dilakukan
oleh para elit bagsa Indonesia sendiri. Bentuk penjajahan yang kerap kali
dilakukan oleh para elit adalah korupsi. Para pejabat yang dengan senang hati
“merampok” uang rakyat dengan berbagai cara.
Korupsi merupakan kejahatan yang sangat luar biasa yang sudah
ditetapkan sejak lama, namun pemberantasannya masih dengan cara yang biasa
saja. Itu terjadi karena korupsi perbuatan
penjajah yang memiliki berbagai alasan untuk membenarkan perbuatannya. Seperti
kolonial ketika menguasai Indonesia, mereka menghalalkan segala cara untuk
berkuasa, merampas harta benda dan menerapkan kerja paksa. Penjajah korupsi
juga demikian.
Mereka dengan sengaja menikmati uang
rakyat untuk kepentingan pribadi atau kelompok, tanpa menghiraukan nasib
rakyat. Mereka menguras uang yang seharusnya untuk menyejahterakan rakyat. Mereka
mengorupsi uang pembangunan, pendidikan, bantuan pertanian, dan
sebagainya. Negara memungut pajak dari
rakyat untuk kesejahteraan, namun faktanya membuat rakyat semakin mengalami
penderitaan melalui pejabatnya yang korup.
Pada akhirnya penulis menyimpulkan, 74
tahun usia kemerdekaan bangsa ini sejatinya hanya merdeka dari penjajahan
kolonial Belanda dan Jepang. Namun makna kemerdekaan yang sesungguhnya masih
belum dapat dikatakan merdeka, karena merdeka adalah bebas, bebas dari rasa
lapar, bebas dari perbuatan yang dzolim. Masalah-masalah seperti ini harus
segera diatasi agar terciptanya keadilan bagi rakyatnya. Oleh karena itu,
marilah kita merenung kembali makna kemerdekaan yang hakiki. Bila tidak, boleh
jadi indonesia yang saat ini negara bhineka, mungkin saja akan hilang jika
harapan rakyat tidak dapat terpenuhi. (Anam/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar