Selasa, 23 Maret 2021

MASIH ADAKAH RASA

 MASIH ADAKAH RASA 

Oleh:  Gus Adzka

(Gambar ilustrasi berasal dari: google) 


Tak dapat lagi kurasakan, rasa yang pernah ada untuk diriku. Ya, rasa dari seseorang yang kuanggap istimewa dalam hidupku. Aku harap suatu saat nanti rasa itu kembali hadir dalam hidupku, dengan menghiasi hari-hariku olehnya.


Dalam buku sejarahku mencatat, saat dulu usiaku masih beranjak remaja, aku belum tahu hakikat rasa yang sebenarnya. Hanya baru sekali kumerasakan rasa itu dan diriku dibuat nyaman dengan rasa yang pernah hadir di hidupku. Dimulai ketika diriku bertemu dengannya aku mulai mengenalnya, dengan menanyakan namanya, alamatnya, kehidupannya. Hampir setiap pagi aku bisa berbincang dengannya bahkan kadang kita jalan ke sekolah bersama.


Waktu demi waktu kita lalui bersama, semakin lama aku sangat nyaman dan bahagia dengan rasa yang diberikan olehnya kepadaku. Tidak akan terlupakan masa-masa itu, tetapi diriku sadar semua di dunia ini tiada yang kekal abadi.

Seketika dia menghilang. Menghilang tanpa kabar bagaikan tenggelam dalam lautan yang dalam. Aku tanyakan keberadaan dia kepada kawan-kawannya tetapi tiada yang mengetahuinya. Berbulan-bulan telah berlalu tetapi masih saja tiada kabar.


Tidak bertemu dengannya, tidak lihat wajahnya, tidak dengar suaranya selama itu rasanya rindu seperti malam yang gelap gulita. Meskipun demikian diriku tetap mengharapkan rasa darinya.

Pagi itu aku berjalan-jalan di taman kota menikmati pemandangan dan menghirup udara segar. Tak sengaja aku melihat seorang dari belakang yang mirip dia dengan barang bawaannya yang biasa ia bawa dulu. Semakin penasaranlah diriku sehingga aku dekatilah dia dengan perlahan. Setelah kulihat wajahnya ternyata benar dia adalah orang yang selama ini aku rindukan. 


Dia pun berikan senyuman kepadaku. MasyaAllah betapa bergetarnya hatiku melihat senyumannya. Kesempatan pun tidak aku sia-siakan. Aku duduk di sampingnya dan mulailah pembicaraan. Setelah beberapa waktu kita berbincang-bincang dia pun pamit mau jalan lagi. Aku pun mempersilahkan untuk melanjutkan aktivitasnya. Namun, sebelum ia pergi aku beranikan menanyakan rasa yang dulu pernah ada untuk diriku. Aku pun menantikan jawaban itu dengan harapan semoga jawabannya sesuai seperti yang kuinginkan. Dia pun tersenyum lalu menjawab “Maaf, tiada lagi rasa untukmu, memang dulu ada tetapi sekarang sudah tiada”. 


Buku sejarah hidupku mencatat. Bahwasanya hari itu adalah hari di mana hatiku ambyar, hancur berkeping-keping. Saat itu pula dengan penuh rasa kecewa aku pun berteriak “Ora sido tuku!!!” (roti rasa srikaya yang aku idam-idamkan dari dulu sudah habis tak bersisa dan sudah tiada lagi).

1 komentar: