KATABA : Komunitas Penggiat Literasi, Penopang Menuju Indonesia Emas 2045
Oleh : Firdan Fadlan Sidik
(Gambar ilustrasi berasal dari: google)
Cita-cita dan harapan besar Indonesia untuk menjadi sebuah negara maju dan kompeten dengan negara-negara lain terstruktur dalam program Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Pada tahun itu, isu-isu internal bangsa seperti korupsi, disintegrasi dan kemiskinan diharapkan sudah tertuntaskan. Untuk mewujudkan hal ini, tentunya bukanlah mengandalkan kekuatan kekayaan alam semata, tetapi manusianya. Anis Baswedan mengutarakan bahwa pola pikir yang menganggap potensi utama sebuah bangsa adalah lautnya, tanahnya, tambangnya, adalah pola pikir penjajah. Oleh karena itu, perlu digalakkan sebuah gerakan untuk menciptakan manusia-manusia yang kompetitif terhadap persaingan global.
KATABA, sebuah komunitas penggiat literasi di daerah Kota Salatiga, Jawa Tengah yang lahir pada 16 Maret 2017 ini adalah salah satunya. Komunitas ini terbentuk dari inisiatif seorang founder yang merupakan mahasiswa kelas khusus Internasional (KKI) program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Pengalaman dan prestasinya di dunia literasi sangat membludak, mulai dari prestasi lokal hingga internasional. Setelah sekian kali mengikuti berbagai event literasi, akhirnya ia merasa tergugah untuk menciptakan sebuah wadah yang menaungi kompetensi orang lain. Pada suatu event bernama Pelatihan Jurnalistik Santri Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2017, ia merasa terpanggil untuk menyalurkan bakatnya dengan cara memberi jalan terang bagi mereka yang ingin menemukan potensi diri. Diciptakanlah atas inisiatifnya sendiri sebuah komunitas literasi bernama KATABA.
Dari segi makna kata, KATABA berasal dari bahasa Arab yang artinya menulis. Adapun makna tafsiriyah sesuai yang dicita-citakan founder adalah wahana diskusi, sharing, dan pelatihan menulis yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran dengan metode non-formal learning dan dengan prinsip every member is teacher. Kehadiran komunitas ini sejalur dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. KATABA secara jelas memberikan pembinaan berupa pendidikan dan pengajaran terhadap mereka yang intens di bidang kepenulisan dan literasi. Selain itu, KATABA juga turut serta mengembangkan dunia inovasi lewat penelitian-penelitian yang dilakukan oleh anggota. Tentunya tidak mungkin mereka menulis sebuah karya tulis ilmiah tanpa adanya sebuah studi kepustakaan hingga menghasilkan sebuah ide dan penemuan. Dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, KATABA mengabdikan dirinya sebagai lembaga non-profit yang membantu mengembangkan potensi dan nama baik kampus. Hal ini seirama dengan motto KATABA, yaitu Let’s Write, Let’s Create. Menggali hobi, menambang prestasi. Bukanlah komunitas KATABA jika tidak menghasilkan karya-karya kreatif inovatif.
KATABA lebih condong ke arah penelitian dan pengembangan. Hal ini ditandai dengan program-program rutin yang sudah terlaksana. Di antaranya adalah program One Month One Creation, satu bulan satu karya. Setiap anggota dituntut untuk membuat karya minimal dalam jangka satu bulan menghasilkan satu karya. Adapun karya yang dihasilkan sangat variatif, baik fiksi maupun non-fiksi, seperti cerpen, puisi, esai, karya tulis, dan jurnal penelitian. Hingga saat ini, banyak karya anggota KATABA yang sudah dipublikasikan oleh media lokal, nasional, bahkan internasional.
Selain projek besar, KATABA juga mempunyai program rutinan harian, mingguan, dan bulanan. Program rutin hariannya adalah menambah koleksi tulisan pada majalah dinding (Mading) dan program One Day Fifteen Minutes Reading (ODFMR), yaitu membaca buku berjamaah selama 15 menit sebelum kegiatan mingguan dimulai. Program rutin mingguannya berupa pelatihan kepenulisan pada setiap Sabtu pagi. Kegiatannys diisi dengan sharing-sharing anggota KATABA yang sudah memenangkan kompetisi atau kegiatan serupa. Kemudian dilanjut dengan materi sederhana terkait kepenulisan yang disampaikan oleh founder. Setiap bulannya, KATABA memproduksi sebuah majalah untuk dikonsumsi warga masyarakat kampus dan sekitarnya baik cetak maupun media online.
Salah satu kelebihan dari komunitas ini adalah bergerak untuk pemberdayaan mahasiswa golongan menengah ke bawah. Hal ini terbukti dengan mayoritas anggota yang merupakan penerima bantuan pendidikan bernama BIDIKMISI, termasuk founder-nya. Beasiswa Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan dari pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bagi mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi namun memiliki potensi akademik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu.
Sabar Prihatin, founder KATABA adalah seorang mahasisiwa inspiratif di kampus IAIN Salatiga dengan segudang prestasi yang telah ditorehkannya dan berhasil menghalau rintangan keterbatasan ekonomi yang menghalanginya untuk menggapai prestasi. Ia juga berhasil menjawab kepada dunia bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk mewujudkan cita-cita. Karena prestasinya, kisah pribadinya mendapat juara dua kisah inspiratif nasional. Namun hal itu (prestasi) dirasakannya belum sempurna jika belum ditularkan kepada orang lain untuk memberdayakan orang di sekitarnya. Atas dasar inilah ia membangun komunitas bernma KATABA.
KATABA lahir di sebuah asrama mahasiswa IAIN Salatiga bernama Ma’had Al-Jami’ah, satu-satunya asrama mahasiswa yang berada di bawah naungan kampus IAIN Salatiga. Ma’had ini terbagi menjadi dua lokal, yaitu ma’had putra dan ma’had putri. Komunitasnya pun tercabang menjadi dua, yaitu KATABA untuk ma’had putra yang berjumlah 50 anggota, dan KATABAT untuk ma’had putri yang berjumlah 66 anggota. Namun esensi, materi, dan kepengurusannya tetap terpusat.
Keberadaan komunitas ini berdampak baik pada anggota dalam berbagai hal. Salah satu hal yang mencolok adalah banyaknya anggota yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kepenulisan nasional, lomba-lomba, konferensi internasional, ataupun presenter dalam seminar. Adapun output aplikatifnya adalah anggota semakin gemar membaca. Semakin banyak bacaan yang dikonsumsi, semakin produktif pula tulisan yang mereka hasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar