Belajar dan Sekolah
Ali Hamidi
Sumber gambar google
Semenjak 13 bulan lebih beberapa hari, pendidikan boleh kukatakan sebagai makhluk yang sedang pinsan, libur tidak, aktif juga tidak sepenuhnya. Keadaan ini agak rumit, sementara cita-cita patenku ialah seorang guru. Semakin kupikirkan, juga semakin tak kunjung kutemukan jawaban. Kuputuskan untuk berjalan-jalan, berkeliling desa yang nampak pinsan, ramai tidak, sepi juga tidak
Lalu beberapa hari ini, aku sering bermain ke warung kopi Paman, seperti biasa untuk mendengarkan sampah sampah dari ceramahnya yang ngawur, dikombinasikan dengan pribadinya yang pemarah dan pikun. Sempurna, manusia yang membuatku rindu akan perilakunya yang unik itu.
"Assalamualaikum" dengan menunduk aku memasuki warug kopi Paman.
"Hei hei, ulangi langkahmu" bukan menjawab salam, Paman malah membentakku dan menodongkan kayu, entah dari mana.
"Ada yang salah Paman?"
"Dul, Dul! berapa tahun sekolah agamamu dulu?"
"6 mungkin Paman?" jawabku datar.
"Di bab, penyakit tak pernah diajarikah kau kalau masuk rumah harus kaki kanan?" ia menatapku tajam.
"Penyakit?" aku heran.
"Penyakitmu itu kekurangan adab dan sopan santun Dul"
Kuulangi langkahku dengan kaki kanan. Sengaja kubuat hari ini sibuk, dengan membantu paman mencuci gelas kopi, mengelap meja warung atau mondar mandir menyapa para pelanggan.
"Jaring? apa itu sekolah apa melaut?" jawab salah seorang pelanggan.
"Daring, dalam jaringan. Intinya sekolahnya dengan hape"
Mendengar kalimat itu, telinga, kaki dan alis paman berdiri. Ia lalu mendekat, inilah kesempatanku, aku akan mendengarkan opini indah dari orang jelek ini.
"Sekolah di hape? seperti orang berbicara sendiri begitu?" tanya Paman.
"Iya Paman, vidio telepon" ujar Rohim, kuli profesional desa kami.
"Nah ini, kita harus memahami bedanya sekolah dan belajar" aku tertarik dengan tema yang diucapkan Paman.
"Bukankah sama Paman?" ujar Rohim.
"Orang sekolah belum tentu belajar, orang belajar belum tentu harus sekolah kan"
Aku tersenyum, mendengar kata-kata indah Paman.
"Lalu bagaimana bisa sekolah sekarang malah diliburkan, dan diajari menjaring?" apakah Menteri Kelautan dan Pendidikan sedang tertukar.
Lalu tak ada yang tau secara pasti tema apa yang diperbincangkan sore itu. Paman membuat suatu opini yang indah, namun berakhir dengan anti klimaks yang tak sesuai dengan keindahannya. Aneh memang, namun orang jelek dan kelakuannya itu selalu kurindukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar