Minggu, 18 April 2021

Tradisi Ghosob yang Masih Membumi

 Tradisi ghosob yang masih membumi

Lukmannul Khakim

Gambar ilustrasi dari google


Malam semakin dingin, dengan udara yang masuk di sela-sela jendela dan atap-atap yang terbuka. Berteman dengan segelas kopi panas yang mendidih, di situ kita menyinggung diskusi tentang Ghosob. 

Karena waktu malam itu waktu yang sangat panjang dan cocok untuk bertukar pikiran, sampai tidak ingat jam. Hingga mereka dijuluki sebagai manusia kekelawar, karena malam menjadi siang dan siang menjadi malam.


Dan di situ salah satu teman kita yang bernama Igun memulai untuk membuka pembicaraan dengan pertanyaan, dia bertanya tentang Ghosob itu apa sih? Dengan muka yang polos, seolah olah dia tidak tau tentang apa apa. 


Jadi, Ghosob merupakan suatu tindakan di mana seseorang memakai barang seseorang tanpa izin. Namun tidak untuk diambil ataupun dimiliki.



Ghosob bagaimanapun tetap haram hukumnya, ujar saya dengan nada sedikit tinggi. 


“Tapi kenapa di pesantren-pesantren ghosob menjadi budaya yang sulit dihilangkan? Padahal santri tahu kalau ghosob itu haram dan di pesantren kita pun ada tulisan terpampang jelas “Ghosob haram" dalam agama, ujar Ghozali. 


Berarti konteksnya bukan soal agama lagi, jika sudah menyangkut kan pesantren itu konteksnya sudah menjadi tradisi, karena kita hidup di kalangan orang banyak. Jika ingin menghilangkannya pun tidak semudah seperti membuat Mie instan. 


Barang yang paling sering di ghosob yaitu sendal jepit, karena apa sendal jepit itu barang yang sangat berharga bagi para santri, apa lagi saat jama'ah di masjid, berangkat pakai sandal ini pulang dengan sandal lain. Seketika saat itu mulai diam semua, tanpa suara dan tanpa kata. 


Lalu aku mencairkan suasana, dengan bercerita kalau aku juga masih menggosob


Dengan suasana yang hening berubah menjadi ramai, temen-temen seketika pada ketawa terbahak - bahak. 


Gimana sih kamu bisa bilang kalau Ghosob itu dosa tapi kamu sendiri masih melakukanya "Ujar si Igun " dengan menepuk pundak saya. 


Saya hanya bisa ketawa sambil garuk-garuk kepala. 


Ya mungkin itu wajar, yang biasanya nggak pernah ghosob, karena melihat temen nya ghosob lalu menjadi terbawa hingga akhirnya dia ikut ikut melakukanya. "ujar Ghozali " karena kamarku saja ada kesepakatan dari bapak kamarnya (Koordinasi kamar) dia bilang kita di sini kan sudah seperti keluarga sendiri nggak mungkin kan kalau kita selalu memakai barang, makan sendiri jadi kita sepakati apapun barang yang ada di kamar ini boleh kita gunakan boleh kita pakai tanpa izin asal dikembalikan kecuali Uang jangan sampai di antara kita mencuri atau mengambil uang milik temen sendiri " ujar bapak kamar "


Waktu demi waktu berlalu hingga nggak ada salah satu barang dari temen kita yang hilang tanpa ada kejelasan, karena sudah ada kesepakatan jika mau meminjam barang harus di kembalikan. 


Suatu ketika saya mau berangkat kemasjid untuk melaksanakan sholat jum'at ternyata nggak ada sisa sandal sama sekali di pondok, terpaksa adanya sandalnya kiyai aku pakai juga, sampai perjalanan pulang eh saya di panggil bapak kiyai kirain mau marahin saya karena sudah memakai sandal nya, bapak kiyai sebelum berkata saya sudah meminta maaf karena sudah menggunakan sandalnya tanpa izin, eh ternyata pak kiyai cuma menanyakan temen2 santri sudah pada makan belum, jika belum di dalem ada lauk sedikit kang. Lalu saya menjawab dengan senang. Selain tidak di marahi juga dapat rezeki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar