Rabu, 05 Mei 2021

Keyakinan Daun Kering di Jalanan

 Keyakinan Daun Kering di Jalanan

Oleh; Najwa Hakim


Gambar ilustrasi dari google

Di jalanan salatiga, tempat seorang pemuda paruh baya sedang mengadu nasib dengan dagangannya. Tua memang, tampak muka masam berjalan mengitari bundaran tamansari yang menjadi saksi perjuangannya. Sosok yang dikenal dengan nama Daunasri ini sangat rupawan dengan kesabarannya. Terkadang dengan sepuluh kali berputar-putar belum juga mendapat tuan baru untuk barang yang dibawanya. Mengharap daun yang layu untuk kembali hijau, berdoa kepada awan untuk melepas rindu. Daunasri tak pernah berhenti untuk berkelana di usianya yang udah berkepala empat.


Suatu ketika Daunasri bertemu dengan pedagang asongan yang bermuka landak. Sosok ini sering disebut dengan Luwak, dan dia bertanya ke Daunasri.


Luwak : “Mbah kok sendirian?”

Daunasri : “Iya nih mas, eh kok muka kamu hitam gitu kayak landak?”

Luwak : “Ya ini aku syukuri karena pekerjaanku juga berat, daripada kamu yang kayak Daun Kering.”

Daunasri : “Gini-gini masih ganteng kok mas, tuh lihat para penjual dipinggiran ajah masih pada terpukau lihat kegantenganku.”

Luwak : “Kenapa ya sri, setiap aku keluar pasti dipanggil hitam?”

Daunasri : “Kamu harus lihat saya wak, walau saya tua seperti daun kering gini tetap yakin kalau saya ini ganteng. Kata abah saya dulu wak, hidup ini tergantung oleh keyakinan.”

Luwak : “Digantung ya mati donk sri.”

Daunasri : “Sontoloyo. Maksudnya wak, walau  menurut orang lain itu mustahil, jika kita yakin bisa maka tidak ada yang mustahil di dunia ini. Dengan keyakinan akan melahirkan keajaiban wak.”

Luwak : “Wah sri. Walau saya ini hitam, jika yakin dapat janda 4 maka tidak ada yang mustahil donk.”

Daunasri : “Mimpi ajah beres kalau itu wak.”

Luwak : “Mimpi terus, gak jadi kerja donk sri.”


Daunasri hanya menggelengkan kepala sambil melanjutkan jalannya. Dengan hati yang agak melambung layaknya petasan ramadan, namun dia selalu tersenyum dengan keyakinannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar