Serius Ini Pak Kyai
Bagian II
Oleh : M. K. Abid
Lantunan dzikir sehabis salat isya terdengar khusyu dari bibir pasangan pengantin baru ini. Do’a-doa’ yang diajarkan Pak Kyai Anwari kini dipraktekkan oleh Reza. Dikecupnya ubun-ubun bidadari hidupnya dengan mesra. Keindahan malam pertama yang katanya merupkaan serpihan kenikmatan surga dunia ini mulai tergambar nyata. Diciumnya punggung telapak tangan Reza oleh istri barunya sebagai bukti tanda istri solehah.
“Siap Dek?” Tanya Reza sambil mengedipkan mata memberi isyarat.
“Sampun Mas, monggo” Jawab Rani tersipu malu.
Mereka berdua pun beranjak menuju ranjang yang telah dihiasi melati dan mawar berbentuk gambar cinta itu. Dikecupnya bibir mungil Rani dan dibelainya rambut yang halus sehalus sutra itu. Reza mulai membuka pakaian Rani, tetapi tiba-tiba.
“Sebentar-sebentar Mas” Ucap Rani menahan Reza.
“Ada apa Dek?” Tanya Reza setengah kaget.
“Kayaknya aku haid deh Mas. Ini sudah masuk tanggalnya.” Jawab Rani.
“Apa ? kok bisa sih Dek. Padahal tinggal sedikit lagi lo. Ya Allah ujian apa lagi ini” Keluh Reza sambil mengacak-acak rambutnya yang tidak gatal.
“Ya mau bagaimana lagi Mas, memang sudah waktunya ia datang. Emang Mas masih mau memaksa juga?” Tanya Rani.
“Ya nggak lah Dek, Mas juga tau hukumnya begituan saat istri haid kan dilarang. Yaudah deh Mas akan bersabar. Kita tidur aja dulu” Pasrah Reza.
Malam panjang dilalui dengan kehampaan oleh Reza. Dalam hati dia bergumam “Ya Allah mengapa tamu itu harus datang sekarang. Kan pejuang malam pertama ini harus menunggu.”
Mentari telah menunjukkan sinarnya. Sebagai menantu baru, Rani membantu Ibu Ida di dapur. Bau harum masakan mulai tercium seisi rumah.
“Gimana Nak ibadah malam pertamanya?” Tanya Bu Ida menggoda menantunya.
“Anu Buk saya kedatangan tamu” Jawab Rani sopan tersipu malu.
“Ooo pantes Reza manyun tak bergairah di teras sana. Ternyata ini to sebabnya” Ucap Bu Ida sambil tertawa.
Sehabis menyantap masakan istri-istri mereka, Pak Kasdar pergi ke ladang untuk merawat ternak mereka. Sedangkan Reza masih di rumah menikmati masa pengantin baru dan menerima tamu yang datang.
Setelah seharian sang surya memberikan sinarnya, kini saatnya ia harus beristirahat di ufuk barat. Lantunan panggilan shalat mulai terdengar di penjuru kampung Reza tinggal. Seperti biasa Reza dan Bapaknya pergi ke musalla dekat rumahnya untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan istri mereka di rumah menyiapkan makan malam.
“Sudah semuanya Nak makanannya ?” Tanya Bu Ida memastikan.
“Sampun Buk” Jawab Rani sopan.
“Sudah bisa bahasa jawa to?” Tanya Bu Ida.
“Sedikit-sedikit Bu masih belajar” Jawab Rani.
Sehabis menikmati masakan penuh cinta, Pak Dar dan Bu Ida berada di runag tamu sambil menonton sinetron kesukaan mereka, Tukang Bubur Naik Haji. Sedangkan Reza dan Rani berada di kamar.
“Cah loro iki nandi Mak?” Tanya Pak Dar pada Bu Ida.
”Biasa Pak penganten anyar” Jawab Bu Ida sambil tersenyum.
Sedangkan di kamar, Reza mulai modus menggoda istrinya. Maklumlah pengantin baru yang masih dimabuk asmara. Apalagi malam pertama mereka belum sukses dilakukan.
“Mas tolong ajarin bahasa jawa dong” Ucap Rani.
“Boleh tapi ada syaratnya” Goda Reza.
“Apa Mas?” Tanya Rani penasaran.
“Merem dulu dong” Kembali Reza menggoda istrinya.
Sebuah kecupan cinta mendarat di pipi kanan Rani. Sontak Rani pun terkejut. Hati Reza sangat puas bisa menjahili istrinya.
“Ish Mas Reza! Awas ya kubalas nanti” Kata Rani sambil tersenyum malu.
“Hehehe yaudah Mas pamit ngaji dulu di musolla Pak Kyai Anwari” Pamit Reza.
“Udah nikah masih ngaji aja Mas. Yaudah iya, hati-hati di jalan” Ucap Rani.
“Ya harus dong, walaupun sudah nikah tetap ngaji” Kata Reza bijak.
Reza pun keluar kamar setelah istrinya mencium punggung telapak tangannya. Disusul Rani yang ingin berkumpul dengan mertuanya di ruang tamu.
“Ate nandi Za?” Tanya Pak Dar.
“Bade ngaos Pak” Jawab Reza sopan.
“Yowes ati-ati” Nasihat Bu Ida.
Ucapan salam yang keluar dari mulut Reza pertanda dia mulai melangkah menuju tujuan mulianya menuntut ilmu. Sesekali tetangga Reza menyapa, menambah kenikmatan perjalanan yang dia tempuh.
Seperti biasa, kalimat yang keluar dari bibir Pak Kyai Anwari menyejukkan hati. Tetapi, Reza yang masih kesal dengan kegagalan malam pertamanya terlihat tak begitu fokus mendengarkan penjelasan dari gurunya.
“Kengeng opo Za? Sawangan e kok lemes. Piye enak ra nikah?” Tanya Pak Anwari.
“Anu Yai nopo wong Dek Rani haid” Jawab Reza lemas.
“Kadekman lemes, gagal ternyata. Yowes rene tak bisiki rahasia” Kata Pak Anwari sambil tertawa.
Reza pun mendekati gurunya yang akan memberitahunya suatu rahasia. Dengan hormat Reza menundukkan kepalanya dihadapan gurunya.
“Niki serius Pak Yai?” Tanya Reza terkaget.
“Mosok Aku bujuk Za?” Pak Anwari balik bertanya.
Entah apa yang dibisikkan beliau sehingga Reza kembali bersemangat. Wajah Reza kembali riang bak dapat durian runtuh.
“Nggeh Yai mangke kulo praktekaken” Ucap Reza bersemangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar