Senin, 14 Maret 2022

Seteguk Susu Murni

 Seteguk Susu Murni

Oleh : M. K. Abid

Gambar ilustrasi dari google



“Eh Cil ojo mlayu! Ngombe susu disik” Suara Parjo mengejar anak sapinya. 

  Telah lahir dengan selamat dan disambut suka cita, seekor anak sapi peranakan limosin berwarna coklat. Parjo, pemilik induk sapi itu terlihat amat gembira setelah sembilan bulan lebih dia menanti kelahiran anak sapi limosin itu. 

“Cung opo wus dipakani sapine kui?” Teriak Bu Darmi dari dapur.

“Sampun Mbok”  Jawab Parjo sopan.

  Setelah bergelut di dapur melawan pekatnya asap tungku, akhirnya asupan pagi pun siap dihidangkan. Beralaskan tikar pandan dengan udara sejuk pagi dibawah pohon nangka ibu dan anak ini menikmati asupan paginya.

  Di tengah asiknya menikmati makanan pencuci mulut, datang seorang gadis berperawakan tinggi, berparas ayu dengan rambut terurai  mendekat kearah ibu dan anak itu.

“Assalamualaikum, permisi apakah betul ini rumah Bu Darmi?” Tanya gadis itu.

“Waalaium salam, betul nak, ada apa ya mencari saya” Jawab Bu Darmi terkejut.

“Maaf Bu, saya Chelsi dari Jakarta. Saya kesini atas perintah Juragan Herman mendatangi rumah ibu. Saya ada tugas skripsi mengenai peternakan sapi perah di desa ini, untuk itu saya meminta bantuan anak ibu untuk mengajari saya mengenai peternakan sapi perah” Chelsi menjelaskan.

“Si si siap Mbak, kebetulan saya ini memang anak buah juragan Herman” Jawab Parjo gugup.

   Matahari semakin menunjukkan sinarnya. Parjo dan gadis kota itu kemudian menyusuri jalanan desa menuju peternakan juragan Herman. Di sana tampak lelaki perjaga berbadan kekar dan berkulit kuning langsat tengah berdiri di pintu peternakan. 

“Selamat pagi setengah siang mbak” Sapa lelaki tersebut ramah.

“Selamat pagi Mas Arya” Jawab Chelsi.

“Oh iya mbak, saya disuruh ayah menemani dan mengawasi Mbak selama di dipeternakan ini. Nanti Sampean akan diarahkan oleh Parjo mengenai bagaimana merawat sapi dan cara memerah sapi di sini” Aryo menjelaskan.

“Baik Mas terima kasih” Ucap Chelsi.

“Anu Jo, nanti kalau butuh apa-apa bilang saja, aku akan mengawasi kalian dari kejauhan” Ucap Aryo pada Parjo.

“Baik Mas terimakasih, mari mbak kita masuk” Ajak Parjo.

  Selama beberapa hari mereka menghabiskan waktu di peternakan. Hingga kedua lelaki perjaka itu menaruh hati pada Chelsi, gadis kota itu. Aryo berencana akan mengungkapkan perasaannya pada Chelsi saat dia akan kembali ke Jakarta. Sedang Parjo sama sekali belum punya keberanian mengungkapkan perasaannya.

“Eh Mas Parjo, gimana sih rasanya susu sapi yang baru diperah ini?” Tanya Chelsi penasaran.

“Saya juga nggak tahu Mbak, selama saya bekerja di sini saya belum pernah mencicipinya. Walaupun juragan Herman mengizinkan para pekerjanya mencicipi susu perahan ini” Jawab Parjo.

“Oh kalau begitu ini coba deh susu perahan ini” Saran Chelsi.

“Nggak Mbak, Mbak saja yang mencicipi” Tolak Parjo.

“Ayolah mas sedikit saja” Paksa gadis itu.

  Sampai pada akhirnya Chelsi pun menyuapi segelas susu yang baru saja diperah. Seteguk susu murni mengalir ke kerongkongan Parjo karena suapan dari Chelsi. Dari kejauhan tampak Aryo memandangi adegan romantis ini sambil sesekali bergumam.

“Wah sialan Parjo mengambil kesempatan dalam kesempitan. Aku nggak boleh kalah sama dia. Besok akan ku ungkapkan perasaanku” Gumam Aryo.

Tampak raut kecemburuan Aryo pada lelaki kekar berkulit sawo matang itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia hampir tak punya kesempatan berduaan dengan Chelsi. Sehabis pulang dari peternakan Chelsi langsung pulang ke kosannya. Setiap Aryo mengajaknya keluar dia selalu saja menolak dengan berbagai alasan. 

“Permisi Mas, saya mau balik kosan dulu” Pamit Chelsi.

“Baik Mbak silahkan” Ucap Aryo

  Tibalah hari dimana gadis kota itu kembali. Tampak barang-barang Chelsi sudah tertata di depan rumah Juragan Herman sambil menunggu jemputan. Bu Darmi, Parjo, Juragan Herman dan tentunya Aryo. Sesuai tekadnya hari ini Anak juragan itu akan mengungkapkan isi hatinya. Saat Aryo ingin membuka mulutnya, tiba-tiba suara klakson mobil Alphard terdengar mendekati mereka. 

  Terdengar teriakan anak lelaki tampan usia lima tahun diikuti lelaki gagah berpakaian rapi.

“Mamaa” Teriak anak kecil itu sambil berlari mendekati Chelsi.

“Hah mama!” Kaget Aryo.

“Perkenalkan ini Mas Angga suami saya dan ini Saga anak saya” Chelsi memperkenalkan keluarganya.

  sambil mengulurkan tangan kekarnya, Angga menyalami Juragan Herman, Bu Darmi, Parjo dan Aryo. 

“Terima kasih Pak, Bu, Mas Aryo dan Mas Parjo yang telah membantu istri saya menyelesaikan tugasnya dan saya mohon maaf jika istri saya merepotkan kalian semua” Ucap Angga sopan.

“Sama-sama Mas, nggak repot kok” Kata Juragan Herman.

“Iya betul, sudah menjadi kewajiban kami menghormati dan melayani tamu kami” Imbuh Bu Darmi.

  Aryo dan Parjo hanya tersenyum getir mendengar penuturan Chelsi dan Angga. Tampak rasa kekecewaan karena mereka pikir gadis yang selama ini bersamanya ternyata sudah bersuami dan memiliki anak.

“Kalau begitu kami pamit. Terima kasih Mas Aryo dan Mas Parjo yang telah mengajari saya banyak hal dan membantu saya menyelesaikan tugas” Pamit Chelsi.

“I iya Mbak sama-sama” Ucap mereka bersamaan.

“Baik terimaaksih semuanya, assalamualaikum” Ucap Angga undur diri.

“Waalakum salam” Kompak mereka menjawab.

Mobil Chelsi dan keluarganya pun meninggalkan orang-orang desa tersebut. Meninggalkan rasa kekecewaan bagi kedua lelaki tersebut. Aryo dan Parjo terus saja berdiri mematung memandangi mobil yang kini semakin jauh terlihat dari kelopak mata mereka. 

“Hem… padahal tinggal sedikit lagi” Keluh Aryo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar