KISAH PELUH DALAM KELUH
Mengenyam
pendidikan setinggi mungkin adalah impian bagi kebanyakan orang. Menjadi
seorang sanjara, membanggakan orang tua, sukses, dan Sejahtera adalah tujuan
semua makhluk didunia. Tak terkecuali gadis 18 tahun yang sedang berjuang
melangkah sejengkal kearah Menara gadingnya. Gadis tersebut Bernama Arina
Aristiana, biasa dipanggil Arin atau Arina. Kini, tenggat waktunya untuk lulus
dari kelas 12 sudah menyentuh 3 bulan. Sudah saatnya bagi para pelajar SMA
untuk mendaftarkan dirinya ke Universitas-Universitas yang diimpikan.
Arin dan
teman-temannya mendaftarkan diri pada tes UTBK yang bertepatan di IPB
Bogor. Persiapan demi periapan telah ia
lakukan dengan baik dan semaksimal mungkin. Tes telah terlaksanaka dengan
lancar dan penuh dengan kepercayaan dirinya. Tidak terasa hari berlalu tanpa
rasa ragu. Tepat pukul 14.00 WIB hati tidak henti-hentinya berdoa, mulut tidak
henti-hentinya berucapkan kata pinta, dan tangan mengepal menadah kepada Sang
Kuasa untuk kabar gembira yang entah ia terima atau duka. Arina pun membuka web
pengumuman UTBK yang ia laksanakan. Namun, keberuntungan belum berpihak
kepadanya. Kata lulus kini bertulisakan Belum Lulus dengan baground merah.
Gagal bukan
masalah besar bagi Arin, ia tetap berusaha mengejar impian yang telah lama ia
pendam. Masih ada kesempatan di jalur UMPTKIN, mandiri, dan undangan, katanya.
Arin terus belajar, berdoa, dan berusaha mempersiapkan dirinya menuju bulan Mei
Dimana akan dilaksanakannya UMPTKIN. Kini, ia melaksanakan tes didekat rumah
yaitu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak henti-hentinya Arina berdoa
sembari mengerjakan tes. Menunggu dengan sabar ketika pengumuman kelulusan
berharap mendapatkan hasil yang diinginkan. Nihil, Arina Aristiana kembali
belum beruntung. Keberuntungannya kini masih diharapkannya pada jalur Undangan
dan Mandiri Dimana ia akan bertarung sekali lagi.
Kesedihan Arin
pecah ketika mendengar teman-teman seperjuangannya telah lolos ke kampus impian
mereka. arin menangin, menyalahkan diri, menyendiri, dan mengurung diri didalam
kamar. Siapa sangka salah satu teman Arina menghampiri Arina dan menyarankan untuk
mengambil jalur Undangan di UIN Salatiga. Segala pertimbangan, diskusi, dan
kepercayaan, akhirnya Arin mengambil jalur Undangan tersebut untuk melanjutkan
studinya di UIN Salatiga.
Arina terlalu focus dengan keinginan yang dimilikinya. Ia lupa
bahwa apa yang ia inginkan belum tentu baik untuknya. obsesi dan terlalu
yakin untuk kemauannya, sehingga lupa bahwa allah memberi hamba rezeki itu
untuk kebutuhannya bukan kemauan hambanya..dan di situ arina mulai bersyukur
karna disini tempat terbaik dan yang di takdirkan untuknya meskipun tidak
pernah terbayangkan tetapi ini ketetapan allah untuk hambanya untuk selalu
bersyukur dan berdo'a kepadanya. arina pun terus berdo'a dan berterima kasih
kepada allah telah memberikan banyak pelajaran hidup dan pengalaman yang bisa
diambil hikmahnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar