Jumat, 22 Maret 2024

Kisah Peluh dalam Keluh

 KISAH PELUH DALAM KELUH


Oleh : Rani Ramadhani

Mengenyam pendidikan setinggi mungkin adalah impian bagi kebanyakan orang. Menjadi seorang sanjara, membanggakan orang tua, sukses, dan Sejahtera adalah tujuan semua makhluk didunia. Tak terkecuali gadis 18 tahun yang sedang berjuang melangkah sejengkal kearah Menara gadingnya. Gadis tersebut Bernama Arina Aristiana, biasa dipanggil Arin atau Arina. Kini, tenggat waktunya untuk lulus dari kelas 12 sudah menyentuh 3 bulan. Sudah saatnya bagi para pelajar SMA untuk mendaftarkan dirinya ke Universitas-Universitas yang diimpikan.

Arin dan teman-temannya mendaftarkan diri pada tes UTBK yang bertepatan di IPB Bogor.  Persiapan demi periapan telah ia lakukan dengan baik dan semaksimal mungkin. Tes telah terlaksanaka dengan lancar dan penuh dengan kepercayaan dirinya. Tidak terasa hari berlalu tanpa rasa ragu. Tepat pukul 14.00 WIB hati tidak henti-hentinya berdoa, mulut tidak henti-hentinya berucapkan kata pinta, dan tangan mengepal menadah kepada Sang Kuasa untuk kabar gembira yang entah ia terima atau duka. Arina pun membuka web pengumuman UTBK yang ia laksanakan. Namun, keberuntungan belum berpihak kepadanya. Kata lulus kini bertulisakan Belum Lulus dengan baground merah.

Gagal bukan masalah besar bagi Arin, ia tetap berusaha mengejar impian yang telah lama ia pendam. Masih ada kesempatan di jalur UMPTKIN, mandiri, dan undangan, katanya. Arin terus belajar, berdoa, dan berusaha mempersiapkan dirinya menuju bulan Mei Dimana akan dilaksanakannya UMPTKIN. Kini, ia melaksanakan tes didekat rumah yaitu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak henti-hentinya Arina berdoa sembari mengerjakan tes. Menunggu dengan sabar ketika pengumuman kelulusan berharap mendapatkan hasil yang diinginkan. Nihil, Arina Aristiana kembali belum beruntung. Keberuntungannya kini masih diharapkannya pada jalur Undangan dan Mandiri Dimana ia akan bertarung sekali lagi.

Kesedihan Arin pecah ketika mendengar teman-teman seperjuangannya telah lolos ke kampus impian mereka. arin menangin, menyalahkan diri, menyendiri, dan mengurung diri didalam kamar. Siapa sangka salah satu teman Arina menghampiri Arina dan menyarankan untuk mengambil jalur Undangan di UIN Salatiga. Segala pertimbangan, diskusi, dan kepercayaan, akhirnya Arin mengambil jalur Undangan tersebut untuk melanjutkan studinya di UIN Salatiga.

Arina terlalu focus dengan keinginan yang dimilikinya. Ia lupa bahwa apa yang ia inginkan belum tentu baik untuknya. obsesi dan terlalu yakin untuk kemauannya, sehingga lupa bahwa allah memberi hamba rezeki itu untuk kebutuhannya bukan kemauan hambanya..dan di situ arina mulai bersyukur karna disini tempat terbaik dan yang di takdirkan untuknya meskipun tidak pernah terbayangkan tetapi ini ketetapan allah untuk hambanya untuk selalu bersyukur dan berdo'a kepadanya. arina pun terus berdo'a dan berterima kasih kepada allah telah memberikan banyak pelajaran hidup dan pengalaman yang bisa diambil hikmahnya untuk bisa menjadi lebih baik.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar