RINDU RUMAH
Ketika waktu
menunjukkan pukul 03.15 dering alaram handphone Sana pun berbunyi dan seperti
biasa Sana akan terbangun untuk sahur karena paginya dia akan berpuasa. Dengan sedikit
rasa malas Sana pun beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi
untuk mencuci wajahnya dengan harapan agar rasa kantuk serta malas yang
menyelimuti dirinya bisa hilang. Sana menyalakan kran dan membasahi muka
bantalnya itu dengan air yang ada di tangannya, “byurr…byurr” air yang
ditampung dengan tangan kecil Sana itu pun membasahi wajahnya.
Setelah dari kamar
mandi, ia kembali ke kamarnya untuk mengambil handuk untuk mengeringkan
wajahnya. Ketika sedang mengeringkan wajahnya Sana pun menggumam “hmmm…
Sekarang makan sahur pake apa ya?” Mengingat Sana adalah anak kost yang selalu
mempunyai persediaan mie Ia langsung teringat “oh iya, lupa klo ada mie, tapi…
masa sama mie lagi, hmm...” dengan agak Sedih Sana pun menghela nafas “huftt...
ya sudahlah daripada gak makan nanti kelaperan… Andai aja bisa sahur di rumah,
pasti gak perlu bingung lagi mau makan apa, pasti semuanya udah di siapin sama
ibu”, Ia pun jadi langsung teringat ketika masa-masa di rumah karena ketika di
rumah biasanya dia suka membantu ibunya untuk menyiapkan sahur dan masak
beragam jenis olahan yang ia suka.
Ketika sedang terlarut
dalam kenangan yang membuatnya rindu akan sosok keluarganya dan rumah, Sana tersadar
ketika ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 03.55 Sana pun langsung bergegas
ke dapur untuk memasak mienya yang akan dia makan “waduhh telat nihh”. Setelah
mienya siap untuk di makan, Sana langsung melahapnya karena sebentar lagi masuk
waktu imsak. Setelah makan dan membca niat untuk puasa Sana langsung pergi ke
kamar mandi untuk berwudhu karena sebentar lagi adzan shubuh berkumandang, ia
pun langsung memakai mukenanya untuk melaksanakan sholat subuh.
Setelah selesai sholat,
Ia langsung berbaring di kasurnya, “haduhh tidur sebentar lagi aja deh, ngantuk
bangettt” gumam Sana sambil guling-guling di kasurnya. Setelah tidur yang
lelapnya itu, Sana terbangun karena sinar matahari yang menembus fentilasi
kamarnya. Sejenak, ia hanya menatap sekeliling kamar. Mengingat kalua hari ini
adalah hari Senin, dan jadwal berangkat kuliahnya pun jam 7 pagi, Sana langsung
pergi mandi kemudian mempersiapkan dirinya serta barang yang akan dia bawa ke
kampus.
Ketika perjalanan ke
kampus, Sana teringat lagi akan kenangan-kenangan bersama keluarganya drumah.
Karena mengingat hal yang membuatnya rindu setengah mati itu, entah kenapa air
matanya tiba-tiba menetes, “ehh, kok aku nangis sih hikss..” sambil mengelap
air matanya. Tak lama kemudian ia sampai ke kampus dan memasuki kelasnya lalu
langsung duduk dikursi yang sudah tersedia disana. Selang waktu 5 menit, Zea
pun datang dan duduk menghampiri teman dekatnya itu, ya siapa lagi kalau bukan
si Sana. Karena tadi Sana sempat menangis, matanya pun terlihat sembab dan itu
menjadi pertanyaan bagi Zea. “Sana, kamu gak apa-apa kan? Kamu habis nagis ya?”
dengan nada pelan dan sedikit khawatir. Lalu Sana menggelengkan kepala dan
tersenyum untuk meyakinkan Zea kalau ia baik-baik saja. “Aku baik-baik aja kok,
g usah khawatir… Ini mataku Cuma kelilipan doang” ucap Sana. Mendengar jawaban
dari Sana, tidak membuat Zea menjadi lebih tenang, justru lebih khawatir karena
Zea tau kalau ada sesuatu yang membuat Sana nangis. Ketika Zea ingin bertanya
lagi, tiba-tiba Dosen sudah datang dan Zea pun tidak jadi bertanya kepada Sana
karena Pelajaran akan segera dimulai. Dan Zea berniat untuk menanyai hal yang
membuatnya khawatir itu kepada Sana sesudah selesai kelas saja.
Setelah kelas selesai,
mereka pun keluar dari kelas dan Zea menarik tangan Sana dengan berkata “anter
ke perpus yuk...”. mendengar hal itu Sana langsung meng-iya kan ajakan temannya
itu sambil tersenyum tipis. Ketika sudah sampai ke perpus merekapun duduk dan
tanpa basa-basi lagi Zea langsung bertanya kepada Sana lagi. “Sana, kamu menyembunyikan
sesuatu dari aku ya, aku kan teman baik mu… dari tadi aku liat kamu kayak sedih
gitu, emangnya ada apa, cerita aja sini...” Mendengar perkataan dari Zea yang
terdengar sangat khawatir tentang keadaannya itu, Sana pun langsung menjawab.
“Zee, sebenernya aku sedih pengen pulang kerumah, bosen disini terus, pengen
puasa dirumah, pengen sahur sama buka puasa di rumah sama keluarga, pengen
ngerayain lebaran di rumah bareng keluarga juga…hikss.. hikss… Tapi, kayaknya
susah deh, soalnya dari kampus belum ada pengumuman libur hari raya lebaran,
mana sekarang sudah hampir seminggu lagi udah mau lebaran, kalau gak beli tiket
Sekarang pasti pada habis, hikss…hikss… kalau tiket habis ya aku mungkin gak
jadi pulang Zee... huhu…gimana dong??...” Air mata Sana pun langsung pecah
ketika dia mengutarakan kekhawatiran yang ada di benaknya kepada temannya itu.
Melihat Sana yang seperti itu Zea ikut sedih dan mencoba menenangkan Sana
sambil memikirkan solusi untuk temannya itu. Setelah beberapa menit berlalu
tangisan Sana pun mulai mereda dan di sana Zea pun langsung bilang ke temannya
ini “Eh Sana, gimana kalau kita coba tanya ke bagian akademik kampus?”.
Mendengar usulan dari Zea, Sana langsung mengangguk dan meng-iya kan perkataan
Zea. Melihat Sana yang sedikit ada rasa semangat lagi, Zea pun langsung
menyuruh Sana untuk menghapus air matanya dan jangan sedih lagi, karena masih
ada harapan untuk Sana agar dia bisa pulang ke rumah sebelum lebaran dan
sebelum tiket perjalanan pulangnya belum habis.
Kemudian, Zea langsung
mengajak Sana ke akademik untuk bertanya prihal cuti di kampus. Setelah tiba di
Gedung bagian akademik, Mereka berduapun langsung mencari-cari dan menghampiri
orang yang bertugas di bagian akademik untuk menanyakan perihal cuti tersebut.
Tapi, sayangnya Mereka harus menunggu selama beberapa hari lagi untuk
pengumuman cuti di kampus itu. Dengan berat Langkah, Sana dan Zea pun pergi
dari Gedung itu dengan perasaan kecewa. “Yahh, harus nunggu lagi.” Kata Zea
dengan nada dan mimik wajah yang menunjukkan kekecewaannya. Sana yang tadinya
semangat, tiba-tiba murung lagi karena mendengar ha yang dikatakan oleh pihak
akademik tadi. Disini Sana pun memutuskan untuk pulang ke kostnya karena tidak
ada lagi kelas, “Aku pulang duluan ya..” ucap Sana. “oke, hati-hati yaa.. nanti
kalau aku ada informasi tentang cuti kampus, aku bakalan langsung kasih tau
kamu, oke?”. Balas Zea. Sana pun tersenyum dan mengankat jempolnya yang
menandakan kalau dia setuju terhadap perkataan Zea tadi.
Sana pun pergi dan
berjalan menuju kostnya yang tak terlalu jau dari kampus. Setelah sampai ke
kost-an nya, Sana langsung membaringkan badannya ke kasur, sambil menghela
nafas karena capek. Sana pun kembali teringat hal-hal yang tadi dan lanjut
menangis lagi. Karena terlalu larut dalam keedihannya, ia pun tertidur karena
lelah. Sana terbangun ketika suara adzan asyar berkumandang, dan dia langsung
pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu sholat asyar. Setelah selesai
sholat, Sana pun berniat pergi keluar untuk membeli takjil yang akan dia makan
ketika buka puasa. Ia bersiap-siap dan langsung pergi keluar sendiri dan
membeli makanan yang akan dia makan nanti.
Setelah Sana membeli
beraneka macam makanan yang iya beli, Sana pun pulang menuju kostnya karena
langit sudah mulai gelap yang menandakan akan datang waktu maghrib. Singkat
cerita Sana pun sudah sampai di kostnya, dan langsung menyiapkan makanan yang
dibelinya untuk berbuka, karena adzan maghrib sebentar lagi tiba. “Allahu Akbar
Allahu Akbar…” Suara adzan maghrib yang sudah berkumandang menandakan waktunya
berbuka puasa. Dengan semangat Sana langsung meminum es buah yang ia beli tadi,
dan menyambar gorengan dan juga makan lain yg juga ia beli tadi. Ketika ia
sedang masih asik memakan makanannya tiba-tiba handphonenya berdering. Sana pun
langsung mengambil hpnya lalu mengangkat telponnya yang ternyata itu adalah
panggilan dari temannya, Zea. “Hallo Zea, ada apa ya telpon aku, tumben?” kata
Sana dengan nada sedikit mengejek. “Ini lohhh, aku ada berita penting” sahut
Zea. Sana pun penasaran apa sebenarnya berita penting yang mau dibicarakan,
sampai-sampai telepon di jam segini, padahal si Zea nih jarang banget telepon
Sana. Lalu Sana nanyain apa yang sebenarnya mau dibicarain si Zea nih. “Berita
penting apa emang, Zee...?” tanya Sana. “Aku tadi dapet info dari anak-anak
organisasi, kalau cuti kampus itu dua hari lagi… jadi, kamu bisa pesan tiket
perjalanan kamu ke rumah dari Sekarang San..” Sahut Zea dengan nada yang
senang. Ketika Sana mendengar kabar yang disampaikan Zea, dia langsung ceria
dan menanyakan Kembali ke si Zea kalau yang dikatakan si Zea itu benar apa
tidak. “eh, yang bener Ze, gak bohong kan kamu?” tanya Sana memastikan. “Ya
bener lahh, buat apa coba aku bohongin kamu.. Udah gih cepetan pesan tiket
Sekarang, nanti keabisan nangis lagi kamu San, haha” Sahut Zea sambil ketawa.
“Siap Zee, aku pesan tiketnya Sekarang… Eh, makasih loh kamu dah ngasih tau..
huhuhu.. jadi terharuu..” kata Sana. “Iya, santai aja.. udah dulu ya aku ada
urusan dulu, nanti ku telpon lagi… bye..” ucap Zea. “Siappp, sekali lagi
makasih ya.. bye..”. Panggilan pun berakhir, dan Sana masih sangat senang
karena cuti di kampus Cuma dua hari lagi, jadi dia bisa pesan tiketnya sekarang
juga. Setelah memesan tiket, Sana pun langsung mengabari keluarganya kalau dia
akan pulang ke kampung halaman tempat tinggal keluarganya dengan rasa senang.
Hari pun berlalu dan
cuti pun telah datang, Sana sudah bersiap untuk pulang dan langsung pergi ke
terminal untuk menaiki bus yang akan mengantarkannya pulang ke kampung
halamannya. Sana sudah menaiki bus, dan bus pun mulai bergerak maju. Sana pun
sempat berpamitan dulu kepada Zea, dan menghubungi keluarganya kalau dia sudah
dalam perjalanan pulang. Jam demi jam telah berlalu dan pada saat itu sampailah
Sana di kampung halamannya. Setelah turun dari bus, Sana menaiki angkot untuk mengantarkannya
tepat di rumahnya. Sesampainya Sana di rumah, semua keluarganya menyambut
kedatangan Sana dengan sangat gembira serta haru yang menyelimuti mereka. Sana
pun kembali menangis haru karena hal yang sangat dia tunggu-tunggu dari hari
lalu, akhirnya bisa dia rasakan. Dan disana, keinginan dan kerinduan Sana pada
keluarga dan kampung halamannya terkabul. Sana sangat asyik sekali bisa buka
puasa, sahur, dan merayakan hari lebaran bersama dengan Keluarganya.
Sejauh apapun kaki
malangkah meninggalkan kampung halaman dan keluarga tercinta, tetap saja tempat
kembali yang paling nyaman yang ada di dunia ini adalah keluarga.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar