Ojek Online
Karya: Juwita Dwi Hasanah
Sore ini aku akan bertemu dengan Renita di sebuah Cafe yang baru saja dibuka dekat sekolah kami. 10 menit yang lalu Ia menghubungiku dan berkata ia telah sampai, tak memerlukan waktu banyak, aku juga bergegas pergi.
Criing...
Lonceng berbunyi, aku baru saja memasuki Cafe tersebut, tempat yang didominasi dengan kaca, dan dinding putih tulang. Renita di meja pojok sebelah kanan melambaikan tangannya, memanggilku.
“ Lily, disini! “ Ucapnya dari kejauhan aku pun menghampirinya.
“ Mau pesan apa Ly? “ Tanyanya setelah aku menarik kursi dan duduk dihadapannya
“ Green Tea sama kue coklatnya aja “ jawabku
“ okey, mbak pesan satu Vanilla Late, Green Tea, sama 2 kue coklatnya yaa “ ucap Renita kepada pelayan cafe tersebut.
Tak lama setelah membuat pesanan, dentingan lonceng Cafe pun terdengar kembali membawa beberapa pemuda tampan yang menyita atensi seisi Cafe. Memang mencolok sekali penampilan mereka. Renita yang tadi sedang sibuk memperbaiki riasannya kini melihat penuh kepada mereka, menepuk nepuk bahuku dan berkata
“ kau tahu Ly? Mereka anak anak Renang sekolah kita! Yang selalu di bangga banggakan sama pak Cipto, yaampun...nggak nyangka banget bisa paspasan disini Ly, besok besok sering sering kesini lagi yok Ly “ ucapnya dengan antusias yang kelewat biasa.
“ masasih? Aku belum pernah kenal “ jawabku yang notabenenya memang jarang aktif di sekolah
“ gimana kamu mau kenal, setiap diajak kegiatan jawabnya lagi ngejar materi lah, nyari novel lah, nggak diizin--“ cerocosnya yang terpotong ketika pelayan memberi pesanan kami. Setelahnya kami melupakan pembicaraan tersebut dan mengobrol santai.
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat, sekarang sudah pukul 7malam, aku dan Renita menghabiskan waktu 3 jam bersama di Cafe ini. Karena sudah dapat telepon dari mama yang memintaku untuk segera pulang, akhirnya kami keluar Cafe dan pulang secara terpisah, karena kami tak searah. Renita yang pulang duluan, aku masih diluar Cafe menunggu ojek online.
Hal yang tak terduga pun terjadi, hujan turun sedikit lebat, membuatku menyingkir ke sudut luar Cafe. Hal sial lainnya pun datang, ojek onlinenya membatalkan pesananku dan tak lama handphone ku mati habis batrai, benar benar menyebalkan.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Hujan masih turun sejak 30 menit dari kejadian tadi, pintu Cafe terbuka, menampilkan sosok pria jangkung bermuka datar. Aku mengenalinya, dia teman sekelas ku, yang dijauhi oleh teman sekelas karena menurut rumor, dia dibilang vampir, karena penampilannya yang pucat.
Karena sudah terlalu malam, aku memberanikan diri untuk meminta bantuan padanya, hanya membantu memesankan ojek online atau menelepon mama meminta jemputan. “ permisi, boleh pinjam telepnnya tidak? “ sapa ku ketika ia hendak menyalakan mesin motornya. Merasa sapaan ku tak diindahkan, aku menghadang di depan motornya, sepertinya ia merasa sedikit terganggu, tetapi tetap memberikan ponselnya. Tak membutuhkan waktu lama, aku segera menelepon mama.
“ Ma, ponsel Ly mati, tadi tidak sempat pesan ojek, Abang ada? Boleh minta jemput nggak? “
“ Abang latihan Futsal dek sama bang Raja, barusan berangkat, Ayah juga lagi banyak kerjaan, kayaknya nggak bisa jemput, kalau pesan ojek mama takut kamu kenapa-kenapa soalnya udah malam, mama khawatir, kamu pulang sama Renita yaa—sebentar Mama ada pelanggan, udah ya Dek “ ucap Mama diseberang telepon dan mengakhiri panggilannya.
“ ehm... punya aplikasi ojek online gak? “ Tanyaku pada si pemilik ponsel
“ liat aja si, nanya Mulu. Buru! Gw mau pulang. “ ketusnya
Batinku, ini orang ikhlas nggak si nolonginnya? Jadi sebel.
Tidak peduli dengan peringatan Mama yang melarangku naik Ojek online, aku terpaksa memesannya, lagi mau bagaimana lagi? Renita sudah pulang daritadi.
Setelah mendapatkan pengemudi, aku mengembalikan ponselnya dan tak lupa berucap “ Terimakasih “. Kemudian meninggalkan Cafe menyisakan diriku diluar Cafe menunggu si pengemudi ojek.
5 menit kemudian seorang pria baruh baya memakai jaket hijau pun datang, mencari sang penumpang, dirasa benar dia ojek yang kupesan, akupun menaikinya menuju rumah.
Setelah beberapa lama berjalan, penampilan sekitar jalan yang dilewati bapak tersebut agak asing, karena terlihat seperti bukan arah menuju rumahku, karena merasa janggal aku menegur si bapak ojeknya “ pak, maaf, ini bukan arah rumah saya “ ucapku memberitahu
“ iya neng, nggak papa, jalan yang biasanya lagi macet, lewat alternatif aja yaa, tenang, aman kok, nggak usah khawatir neng “ jawab si bapak ojek
Sementara disisi lain, ponsel Agam berbunyi menampilkan sebuah panggilan dari nomor tak dikenal, awalnya ia mengabaikannya, karena terus berdering ia pun mengangkat panggilan tersebut. “ halo! “ Ucapnya dengan nada tak enak didengar.
“ Halo mas, saya sudah sampai di tempat penjemputan dari 15 menit yang lalu, mas dimana yaa? Saya ojek yang mas pesan “ Ucap seseorang dari seberang telepon.
Agam mengerutkan dahinya, dan berucap “ ada ko pak, perempuan disitu yang berdiri di pojok pintu Cafe “
“ nggak ada siapa siapa di pojok pintu Cafe, mas jangan ngerjain saya ya! Saya ini kerja mas buat keluarga, mohon pengertiannya “ jawabnya yang agaknya merasa dipermainkan.
“ loh, saya nggak bermaksud gitu pak, memang benar yang memesan itu perempuan yang di depan Cafe, lewat hp saya, nggak boong boong saya pak “ jelasnya pada si Abang ojek lainnya.
“ Yasudahlah saya batalkan saja, dasar anak zaman sekarang, jarang sekali menghargai orang tua, susah susah mencari uang, malah dipermainkan begini “ emosinya kemudian mengakhiri panggilan tersebut. Agam yang ikut kesal, dia mengumpat kepada ponselnya. Merasa bingung pada apa yang terjadi, Agam berfikir mungkin perempuan tadi sudah dijemput oleh teman atau keluarganya, ia tak ambil pusing.
Namun, ketika ia sedang mengendarai motornya menuju tempat berkumpul teman temannya ia tak sengaja mendengar percekcokan seseorang.
“ Pak! Jangan macam-macam ya!, Ayah saya Polisi berpangkat loh, bapak nggak takut ?! “ Ancam seseorang
“ loh neng!, Saya cuman mengjalankan tugas mengantar neng ke rumah, memang saya apakan? “ ucap seseorang yang terdengar seperti laki laki paruh baya
“ iya pak, saya paham, tapi kenapa harus lewat alternatif? Saya maunya lewat jalan yang biasa “ ucap seseorang, terlalu lama Agam menguping di balik pohon ia merasa mengenal suara yang barusan bicara.
“ berisik banget!, Dalam hitungan persekon si Abang ojek tersebut membekap Lily, perempuan yang sedari awal salah menaiki ojek “
Agam, yang merasa ada hal buruk yang terjadi, ia pun keluar dari balik pohon dan menhadang motor Abang ojek tersebut.
“ Cih...dasar pria tua tak punya harga diri! Omong-omong caramu menculiknya sangat tertebak, sudah tua bodoh juga “ Agam mengejek Abang ojek tersebut
“ Apa kamu anak muda? Ikut campur urusan saya? Pergi sana balapan liar sampai tulang hidungmu patah! “ merasa tak terima di ejek, Abang tersebut membalas ucapan Agam.
Selang beberapa waktu terjadi banyak percekcokan diantara mereka berdua, tapi tiba-tiba sekumpulan motor datang mengepung Agam yang sedang memapah Lily di pundaknya setelah berhasil menjotos Ojek tadi.
“ hey, menyerahlah! Kau lah jumlah dari kami! “ ucap salah satu pengemudi yang mengepung.
“ kau pikir aku peduli? Hadapi aku, maka kau akan tahu siapa yang sepantasnya menyerah! “ Agam menantang para pengepung tersebut, sesuai perintah Abang ojek yang tadi di hantam Agam, ramai ramai mereka mengeroyok Agam dengan berbagai peralatan berbahaya “
Satu persatu telah babak belur terkena hantaman Agam, semua mengerahkan kekuatannya untuk melawan Agam, namun tetap gagal dan mereka yang melemah, namun, Agam lalai, bahunya terkena pukulan balok besar dari penjahat penjahat tersebut. Agam jatuh ke tanah, dan tak sanggup berdiri, para penjahat itu beraksi lagi dan ramai-ramai menonjokinya, sebelum Agam jatuh pingsan sirene polisi terdengar di penjuru jalan, tukang Ojek dan beberapa kawannya panik lalu melarikan diri.
Dirasa semua penjahat telah pergi, Lily yang kesadarannya telah kembali membantu Agam berdiri. Sirene tadi jelas hanya sebuah deringan dari ponsel Agam yang terlempar ketika baku hantam dengan para penjahat tadi.
“ Kamu lukanya banyak banget, mau aku obatin dulu nggak? “ ucapku yang merasa bersalah telah membawa orang dihadapannya dalam masalah karenanya.
“ Nggak usah! Bisa sendiri gw, lagian elu bego banget ya?! Make segala salah naik ojek”
Sarkasnya yang masih bernafas memburu
“ sebulm naik pastiin dulu kenapa namanya sama tujuannya, jangan asal naik aja, aneh banget si lu, ngerepotin orang aja, ribet dasar! “ lanjutnya
“ iya tadi kelupaan, udah cape banget mau pulang, jadi nggak mikir kesana, aku tau salah, maaf udah ngerepotin sekaligus bikin kamu jadi dalam situasi kayak gini, sebelumya aku ucapin terimakasih banyak banget udah bantu dan nolong aku untuk yang kedua kalinya, “ ucapku sambil menjatuhkan pandaganku ke bawah.
Agam pun pergi ke arah motornya, dan berucap “ buru! Gw anter pulang aja, biar nyusahin gw nya nggak nanggung-nanggung “ ucapnya ketus.
Merasa tak ada pilihan lain, aku menurut dan menaiki motornya. Tak sampai 20 menit aku telah tiba di depan rumahku, ada Ayah yang baru saja pulang dari rapat warga.
Melihat Ayah yang bingung, akan situasi macam apa ini setelah melihat aku dan Agam yang berantakan, ayah pun mempersilahkan Agam masuk dan aku mulai menceritakan kejadian yang baru saja kualami dengan Agam, Mama yang mendengar kejadiannya di samping Ayah langsung mengomel “ tuhkan! Udah Mama bilang jangan naik Ojek online kamunya nggak dengerin, jadi begini kan?, Coba kalau nak Agam nggak dateng nyelamatin kamu? Haduh Mama nggak bisa bayangin lagi “
“ Iya maah, maaf tadi terpaksa, Renita udah pulang duluan “ ucapku
“ Kan ada Agam Ly, kenapa nggak minta tolong anterin coba? “ ucap Mama lagi
“ nggak papa mah, takut ngerepotin ajaa tadii...” cicitku namun Masi didengar oleh Mama
“ Yasudah, lain kali hati-hati, jangan sembarangan naik ojek, pastiin dulu itu benar ojekmu “ ucap Mama yang akhirnya mulai mengakhiri permasalahan tersebut.
“ Nak Agam, makasih banyak ya, Tante nggak akan tahu nasib anak Tante kalau kamu nggak nolongin, omong-omong sebagai bentuk terimakasih, mau bergabung makan malam bersama keluarga Tante nggak? Kebetulan hari ini Tante masak banyak dan dijamin enak enak kok “ Ucap mama pada Agam, Agam yang merasa sungkan dan tak terlalu suka dengan makan bersama ia menolaknya, namun dengan bujukan sekali lagi dari Ayah akhirnya Agam ikut makan malam bersama dengan keluargaku.
Setelah makan malam bersama, Ayah banyak mengobrol dengan Agam, terlihat seperti teman lama berjumpa kembali, akrab.
Dalam batin Agam, ia merasakam hal yang hangat menjalar dalam hatinya, seperti melihat keutuhan keluarga yang selalu iya harapkan terjadi dalam keluarganya. Ia senang berada disini, ia didengar, dihargai, dan dikasihi oleh orang tua yang baik.
Omong-omong lukanya Agam juga telah dibersihkan dan diobati oleh Mama, katanya merasa tak enak, wajah tampan anak orang terluka karena putrinya.
Setelahnya kejadian tersebut, aku merasa senang berteman dengan Agam, walau pribadinya memang sedikit tertutup, aku tetap menyapanya ketika ia datang ke sekolah.
Disisi lain, Agam memiliki perasaan tersendiri dengan Lily, karena sifatnya yang tetap kekeh ingin menjadi seseorang yang akrab dengannya. Ia senang namun masih terlalu kaku dalam berinteraksi.
Sekian.
Terimakasih ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar