Bersama Paman

 

Bersama Paman

Oleh : Salma Fatimah Az-zahra



            “Brummmm…..brummm…brummm”, suara motor yang kutunggu-tunggu akhirnya terdengar memasuki halaman rumahku, aku yang semula duduk dengan tidak tenang segera bangkit tak sabaran, “tin…tinn…sudah menunggu lama Naya?”, tanya paman kepadaku “sudah paman, paman terlambat 15 menit!!”, ucapku dengan nada kesal yang kubuat-buat, bagaimana mungkin aku bisa marah kepada pamanku yang sangat jenius ini, beliau yang selalu mengajakku tiap akhir pekan menjelajah rimba nya hutan yang masih jarang terjamah oleh manusia, dan hanya dengan pamanku aku diizinkan oleh bunda untuk masuk ke hutan. Jika paman tidak ada jadwal dengan pekerjaannya diakhir pekan, paman akan mengajakku menjelajah hutan juga mengenalkan beberapa spesies baru dari tanaman atau hewan yang baru aku lihat, tetapi sudah hampir satu bulan ini paman disibukkan oleh pekejaannya sebagai dokter hewan diakhir pekan, katanya sih teman kerjanya sedang dipindah tugaskan di luar pulau, sehingga dirinya harus bersiaga di klinik. “Ya sudah, segera berangkat Yusuf, jangan pulang terlalu sore, Naya harus bersiap untuk mengaji setelah isya’”, ucap bunda kepada paman, adik bungsunya. Akupun bergegas menyalami bunda dan tidak lupa membawa bekal yang telah disiapkan oleh bunda.

            Kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri hutan, motor paman diparkirkan di sebuah warung di tepi hutan, di dalam  tidak terlalu gelap dikarenakan jam masih menunjukkan pukul setengah tiga sore. “Hari ini kita kearah mana paman?”, tanyaku kepada paman, “Mmmm, hari ini kita akan berjalan sedikit jauh Naya, paman ingin menunjukkan sebuah sungai yang sangat cantik, airnya sebening kaca, juga disana menjadi habitat  berang-berang”, jelas paman dengan semangat. “Berang-berang paman? Hewan seperti apa itu paman?”, tanyaku menimpali dengan rasa penasaran yang menggebu. “Hahahahaha, nanti kamu akan melihatnya Naya, sepertinya kamu sangat tertarik melihatnya”, jawab paman “Hmmm, aku jadi sangatt penasaran, ayo paman kita percepat jalannya”, paman hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat betapa selalu antusias ponakannya ketika dia ajak menjelajah hutan.

            Suara gemericik air mulai terdengar, menandakan kita yang sebentar lagi akan sampai pada tujuan, “Wowwww MaaSyaaAllah indah sekali pamannn, airnya sangatt jernihh, bahkan aku masih bisa melihat banyaknya ikan yang ada di dalamnya”. Ucapku terkagum “Lihat sebelah sana Naya, kamu lihat tumpukan kayu dan ranting itu?, itu adalah rumah berang-berang”. Paman menjelaskan “Wahhh lucu sekali, apakah itab isa mendekat untuk melihatnya lebih jelas paman?”, tanyaku kepada paman “Tidak bisa Naya, berang-berang memiliki kepekaan untuk melindungi daerah kekuasaannya, dan juga terhadap perlindungan anak-anaknya, berang-berang bisa menggigit dengan giginya yang tajam dan kuat, kita lihat dari sini saja ya, agar mereka juga nyaman dengan kita”, timpal paman “Oooo, baik paman, kitab isa melihatnya dari sini saja sembari memakan bekal yang telah disiapkan bunda, hehehe”, jawabku mengerti, lebih baik menuruti perkataan paman daripada aku kena gigit berang-berang, kan tidak lucu jadinya, hehehe.

            “Kau lihat yang disebelah sana Naya?”, ucap paman menunjuk sebuah pohon, “itu namanya pohon Jati, pohon jati terkenal dengan kayunya yang sangattt kuat, serta tahan terhadap cuaca ekstrim sekalipun, pohon Jati akan menggugurkan daunnya dimusim kemarau sebagai bentuk adaptasi oleh perubahan musim, juga untuk mengurangi penguapan air yang terjadi oleh daun”. Jelas paman setelah menghabiskan sandwich yang dibawakan oleh bunda, “wahhhh berarti, dengan digugurkannya daun, pohon Jati jadi bisa menghemat persediaan air dimusim kemarau, begitu paman?”, timpalku setelah mendengar penjelasan dari paman, “nahhh betull, pintar sekali Naya”, jawab paman sembari tersenyum.

            Setelah puas menikmati pemandangan yang disajikan dan juga penjelasan paman tentang hal-hal yang baru aku lihat, aku dan paman segera mengemasi barang bawaan dan mulai berjalan pulang, jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, jalanan mulai gelap, aku dan paman harus segera sampai rumah sebelum matahari benar-benar kembali keperaduannya atau aku akan kena omel bunda, hahaha, hari ini sangat menyenangkan, banyak ilmu baru yang aku dapatkan, paman bilang minggu depan InSyaaAllah kita akan menjelajah kembali karena temannya sudah kembali dari luar pulau, ahh..betapa senangnya aku mendengar kabar itu, pamanku memang hebat.

 

Magelang, 11 Maret 2025

Kataba

KATABA : Komunitas Pegiat Literasi Santri Ma'had Al-Jami'ah KATABA adalah komunitas pegiat literasi di lingkungan Ma'had Al-Jami'ah IAIN Salatiga yang lahir pada 16 Maret 2017. Komunitas ini terbentuk dari inisiatif seorang mahasiswa kelas khusus Internasional (KKI) program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yaitu Muhammat Sabar Prihatin. Pengalaman dan prestasinya di dunia literasi yang membludak, mulai dari prestasi lokal hingga internasional, membuatnya tergugah untuk menyalurkan bakatnya. Setelah sekian kali mengikuti berbagai event literasi, akhirnya ia merasa terpanggil untuk menciptakan sebuah wadah yang menaungi kompetensi orang lain. Pada suatu event bernama Pelatihan Jurnalistik Santri Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2017, ia merasa terinspirasi untuk menyalurkan bakatnya dengan cara memberi jalan terang bagi mereka yang ingin menemukan potensi diri. Diciptakanlah sebuah komunitas literasi bernama KATABA.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama