Minggu, 13 Oktober 2019

Dakwah Gus Miftah : Islam is Very Happy


SALATIGA, KabarMa’had - Gus Miftah adalah ulama NU kharismatik. Kali ini beliau diundang untuk mengisi acara Pengajian Akbar Hari santri Nasional yang diselenggarakan oleh Ma’had Al-Jamiah IAIN Salatiga. Ulama Milenial ini memberikan tauisyah yang berisi tentang peranan santri di masa modern dan toleransi beragama.

“Bangsa Indonesia masih berfikir negatif tentang santri.  Kebanyakan orang tua menganggap untuk apa anak dimasukkan ke pondok pesantren, nanti kelak mau jadi apa?’. Kebanyakan orang tua lebih memprioritaskan pendidikan umum dibanding pendidikan pesantren dan agama. Selama ini pondok pesantren hanya dijadikan second opinion setelah tidak diterima di sekolah negeri,” tegas Gus Miftah Habiburrohman saat pembukaan Tausyiah di IAIN Salatiga, Jumat (11/10/19).

Menurut Gus Miftah orang tua memiliki kewajiban kepada anak-anaknya, yaitu memberi nama yang baik, mengajarkan Al-Quran dan memberi air susu ibu. Sesuai dengan maqolah Al- jannatu Tahta Aqdamil Ummahat, orang tua harus menjadi surga bagi anak-anaknya.

Berdakwah Kepada Para Pendosa
Gus Miftah tidak hanya melakukan dakwah kepada orang-orang yang sudah baik dan lurus jalannya. Beliau juga melakukan dakwah kepada kaum pendosa dan wanita penghibur malam. Menurut beliau meskipun mereka adalah kaum yang dipandang sebelah mata dan buruk dimata masyarakat, Tetapi sesungguhnya mereka juga ingin menemukan jalan untuk bertaubat dan hatinya rindu akan siraman rohani. Gus Miftah memiliki julukan tersendiri yang diberikan oleh para kaum nakal ini, yaitu “ Presiden para pendosa”
 
Dengan konsep dakwahnya yang relevan di berbagai kalangan, menjadikan banyak muallaf lokal maupun mancanegara yang dengan bangga melafalkan kalimah syahadat. Mereka menilai bahwa "Islam is Very Happy", Islam itu menyenangkan. Dalam pengajian kali ini, seorang wanita kristiani yang sempat menjadi buddhis bernama Bekti melafalkan kalimah syahadat dengan dituntun oleh Gus Miftah dan disaksikan ribuan jama’ah yang hadir.

Konsep Tasamuh
Gus Miftah juga memaparkan bahwa Konsep Tasamuhnya Nahdlatul Ulama (NU) yang mampu bergaul dengan siapapun, kapanpun, dan dimanapun. NU tidak membeda-bedakan ras, suku, dan golongan manapun dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut beliau orang-orang non-Islam tidak membaca Al-Quran dan Hadist, tetapi membaca tingkah laku kaum muslimin. Maka Beliau menghimbau kepada seluruh muslimin untuk mencerminkan hidup bahwa Islam itu Asyik. Tasamuh dalam jiwa santri itu merupakan cerminan kepribadian Rasulullah yang mempunyai Akhlak Al-Quran dan memandang manusia dengan pandangan kasih sayang. Pada penutup tausyiah, Beliau berpesan kepada seluruh Santri untuk menjadi agen perdamaian bagi dunia dan senantiasa menjaga keutuhan NKRI. (Anwar Fuadi/red.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar