SALATIGA,Kabarmahad – Pengurus Ma’had
Al-Jami’ah IAIN Salatiga menggelar puncak peringatan Hari Santri
Nasional 2019 pada Jum’at (11/10/19)
dengan Pengajian Akbar di halaman gedung Hasyim
Asyari Kampus 3 IAIN Salatiga. Acara ini mengundang Da’i kondang Gus Miftah
Maulana Habiburrohman atau yang lebih dikenal publik dengan nama Gus
Miftah, seorang mubaligh muda dengan metode dakwah yang unik.
Sebelum memasuki rutinitas dakwahnya, Perjalanan hidup Gus Miftah banyak
mengalami masa yang memprihatinkan, mulai dari menjadi hidup sebatangkara di
Yogyakarta, menjadi tukang kebun, berdagang aksesoris, hingga menjadi
pengemudi becak. Gus Miftah mulai berkiprah di dunia dakwah sejak masih duduk di bangku
perkuliahan. Perjalanan dakwah Gus Miftah dengan pendengarnya para penghuni kelab
malam sebenarnya sudah ia lakukan selama 12-13 tahun, namun baru terekam
akhir-akhir ini oleh media lantaran menyebarnya video dakwah Gus Miftah dalam
suatu kelab malam.
Di awal masa dakwahnya, Ia banyak menyampaikan pengajaran-pengajaran islam
ditempat-tempat hiburan malam.
Dilansir dari Suara.com, “Sejak belasan tahun
saya rutin keluar masuk lokalisasi di Yogyakarta untuk berceramah” ujar Gus
Miftah. Dia juga berceramah di diskotik dan kelab-kelab malam serta ke berbagai
komunitas. Karena ciri dakwah tersebut, ia dikenal juga dengan pendakwah kaum
marjinal. Beliau melakukan metode dakwah seperti ini terinspirasi oleh alm. Gus
Miek.
Dengan tampilan khas blangkon hitam juga cara dakwah yang milenialis dan
mudah diterima oleh semua lapisan masyarakatmenjadikan dakwahnya tidak akan membuat bosan para jama’ah.
Selain banyak menyampaikan ceramahnya, Gus Miftah juga mengelola pondok
pesantran Ora Aji, yang dibangunnya sendiri di Sleman, Yogyakarta. Beliau
menamakan pesantrennya dengan sebutan “Ora Aji”
dalam bahasa Indonesia berarti “Tidak berharga”. Kata tersebut
memiliki makna bahwa manusia tidak ada artinya sama sekali di mata Allah
kecuali ketakwaannya. Beliau rutin menggelar kajian agama di pondok pesantren
tersebut yang juga dihadiri oleh kalangan artis di Indonesia. Tak hanya di
pesantrennya saja, Gus Miftah juga banyak mengahadiri undangan-undangan
untuk mengisi acara pengajian di beberapa tempat, lokal, nasional, maupun internasional.
Di pondok pesantren Ora Aji inilah Gus Miftah menampung banyak santri
dari berbagai daerah di Indonesia. Bukan hanya dari kalangan pelajar saja
tetapi juga dari anak-anak jalanan, mantan preman, mantan pegawai tempat
hiburan malam, hingga narapidana. Disinilah banyak keunikan dari proses dakwah Gus
Miftah, salahsatunya berdakwah ditempat hiburan malam, memberikan nama
pesantrennya yang unik, dan juga metode dakwahnya yang terbilang nyleneh tapi
banyak diminati oleh lapisan masyarakat. (Abdul Mukti/red.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar