Minggu, 03 Mei 2020

Buruh Kecewa, Mahasiswa Merana, Ada apa dengan Indonesia?

Buruh Kecewa, Mahasiswa Merana, Ada apa dengan Indonesia?

Oleh: Rizqi Ali Sa’bani


(Sumber foto ilustrasi : google)


Selamat sore teman-teman, bagaimana kabar hari ini?. Masih semangatkan menunggu suara adzan maghrib yang suaranya sangat merdu itu. Penulis berpesan tetap ikuti anjuran dari pemerintah dari mulai yang telihat sepele terutama.

 Akhir-akhir ini, dunia digemparkan dengan kedatangan Covid -19 yang berawal dari Wuhan, hingga akhirnya mewabah ke 213 negara di seluruh dunia, termasuk negara tercinta kita ini Indonesia. Di kutip dari kompas.com, sampai tanggal 3 mei 2020 ini tercatat kasus positif Covid 19 di Indonesia sebanyak 11.192 positif Covid 19. 1.876 dinyatakan sembuh dan 845 meninggal dunia. Dengan data tersebut, diharapkan para pembaca tetap berwaspada dalam menjaga kesehatan diri kita dan orang lain yang ada di sekitaran kita.

Selain Covid-19 yang menggemparkan negeri ini, ada berita yang tak kalah menarik yaitu pembatalan pemotongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi para Mahasiswa PTKIN di seluruh Indonesia. Selain kedua berita tersebut masih ada berita yang sangat menarik, muncul sebelum Covid dan masih dibahas sampai sekarang yaitu polemik Omnibus Law RUU Cipta kerja.

Buruh Kecewa

Sebelum virus Covid-19 mewabah di Indonesia ada topik yang panas diperbincangkan oleh masyarakat Indonseia yaitu Omnibus Law cipta kerja. RUU yang merupakan perwujudan dari  visi pemerintah tentang Indonesia emas 2045 sebagai harapan  satu abad Indonesia merdeka dengan menjadi 5 kekuatan besar di bidang ekonomi di tahun 2045. Untuk mencapai hal tersebut, sekarang pemerintah gencar melakukan pembangunan disegala sektor guna mencapai cita-cita tersebut. Namun, dengan tumpang tindihnya undang-undang yang sekarang berlaku di Indonesia menjadi salah satu sebab investor enggan datang ke Indonesia untuk berinvestasi di sini. Oleh karena itu, dalam pidatonya Joko Widodo di gedung MPR RI saat dilantik kembali menjadi presiden RI dalam penggalan pidatonya berkata “Segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar. Yang pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Yang kedua, UU Pemberdayaan UMKM. Masing-masing UU tersebut akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU.....”.

Pro-kontra omnibus law terus terjadi hingga sekarang. Ada yang mendukung ada pula yang menolak. Yang mendukung dikarenakan omnibus law akan memangkas birokrasi UU yang ada sekarang sehingga investasi di Indonesia ramai guna mencapai Indonesia emas 2045. Yang menolak juga bukan tidak punya alasan. Bahkan, alasan untuk menolak RUU ini sangat beragam. Mulai dari aspek ketatanegaraan,  aspek kemanusiaan dan sebagainya.

RUU ini dianggap menghilangkan hak para pekerja. Mulai dari penhapusan Upah Minimum Kota menjadi Upah Minimum Provinsi, penghapusan cuti haid bagi perempuan dan pesangon PHK yang berkurang drastis. Selain itu RUU sapu jagat ini pada pasal 93 huruf b juga menghapus cuti untuk keperluan menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan/keguguran kandungan, sampai adanya anggota keluarga dalam satu rumah yang meninggal dunia.

Mahasiswa Merana

Covid-19 sangatlah berdampak besar terhadap kehidupan mahasiswa. Mulai dari kuliah daring yang tugasnya tidak selesai-selesai, menumpuk seperti tumpukan sampah yang ada di tempat pembuangan sampah. Dompet selalu kering karena tidak ada pemasukan perbulannya, ditambah lagi kebutuhan kuota yang sangat besar diakibatkan kuliah daring ini. Apa lagi dengan kabar yang terbaru, mengenai pembatalan pemotongan UKT semester gasal bagi mahasiswa PTKIN di seluruh Indonesia. Hal itu membuat Mahasiswa PTKIN yang sudah sangat senang dengan kabar pertama bahwa akan ada pemotongan UKT semester gasal nanti menjadi kecewa berat. Rasanya Seperti seorang wanita yang sudah iming-imingi oleh laki-laki untuk menikah ternyata pernikahan itu batal karena si laki-laki tersebut menikah dengan orang lain. Tentu rasanya tidak bisa digambarkan oleh kata. Mahasiswa merasa diPHP oleh kemenag bahkan tagar #kemenagjagophp sempat menduduki trending di sosial media.

Pembatalan pemotongan UKT tersebut, juga membuat para orang tua Mahasiswa memutar otak bagaimana mendapatkan uang ditengah pandemi ini, untuk membayar UKT semester anaknya agar tetap dapat melanjutkan kuliahnya. Rata-rata penghasilan orang tua dimasa pandemi ini menurun drastis. Harga sayur mayur membuat petani geleng-geleng kepala, pemotongan gaji terhadap guru PNS yang tiba-tiba, buruh pabrik yang sudah kehilangan pekerjaannya, seharusnya membuat pemangku kebijakan memiliki rasa empati kepada rakyat sipil seperti kita.

Ada Apa dengan Indonesia?

Dua masalah di atas membuat kita berfikir ada apa sih dengan negara tercinta kita ini. Negeri yang kaya raya dengan beragam budayanya termasuk budaya lawaknya. Negeri kita memang lebih lucu daripada negeri srimulat. Pelawak negeri kita lebih rapi dan lawakan mereka membuat rakyat di negeri ini tertawa sampai menangis. Tertawa melihat apa yang mereka perbuat, menangis karena dampak yang akan terjadi pada dirinya. Alih-alih fokus untuk memerangi wabah yang terjadi, wakil rakyat kita ternyata lebih fokus membahas RUU yang dampaknya akan menyengsarakan rakyatnya. Hal ini menentang asas salus populi suprema lex esto atau keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi.

Kemenag pun sama. Alih-alih membuat solusi bagi mahasiswa yang terdampak dengan kuliah daring, Malah PHP dengan pernyataan pertama mereka. Penulis teringat dengan pernyataan Karl Marx mengenai definisi negara. Menurut beliau, negara merupakan “suatu alat kelas yang memiliki kuasa dalam menindas atau mengeksploitasi kelas yang lainnya.”  Penulis mengharapkan kemenag dapat melihat kondisi saat ini dengan membuat solusi apapun untuk mengatasinya. Karena orang tua Mahasiswa rata-rata bukan orang yang kaya raya dengan segala aset yang dimilikinya.

Di akhir artikel ini penulis mengajak pembaca untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan bangsa. Jangan sampai terpecah belah dengan isu-isu yang marak terjadi sekarang ini. Tetap jaga kesehatan, keamanan dan kebersihan lingkungan. Semoga ramadan tahun ini memberikan kita sebuah pengalaman yang sangat berharga dengan kondisi ditengah-tengah wabah yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar