Sabtu, 03 April 2021

KEMARIN

 KEMARIN

Oleh: Markhamah 

(gambar ilustrasi: dokumen pribadi editor) 




Huuuffftttt....

      .... Matahari dengan lembutnya mengusap mimpi yang tenggelam dalam tidurku, dengan kicauan burung yang menjadi alaramku  pagi ini ,,,kubuka mata dan melangkahkan kaki ini menuju kamar mandi, di tengah perjalanan kulihat mentari memancarkan cahaya kuning kemerahan, seakan sedang meluahkan kesedihannya.

 “ mengapa sejak kemarin semua terasa menyedihkan ya Allah” gumamku. 

           Menit demi menit telah berlalu, jam telah menunjukkan pukul 10.30 siang, semua terasa aneh, rasa letih  memaksaku untuk kembali memejamkan mata. Tak  lama kemudian, rasa aneh apalagi ini, yang membanggakan tidurku, semua badan terasa sakit, bercampur dengan rasa takut kehilangan, dan rasa sedih yang membuat diriku semakin lemah.

 “ ya Allah ada apa dengan semua ini,,” .

          Kulihat sekitar senyap tiada seorang pun di sampingku, kemudian aku memberanikan diri untuk memanggil mbak Naya, ( adik pemilik pondok) tidak lama kemudian keluarlah mbak Naya dari kamarnya, 

“ ada apa mbak Mar,,?” . 

“ mbak Naya,, kenapa badanku panas semua ya, gigiku terasa sakit sekali dan tidurku tidak nyenyak,,”  jawabku dengan perasaan cemas,  ‘entah mencemaskan apa',,,. 

     Mbak  Naya pun langsung mengambilkan obat sakit gigi di kamarnya, sekaligus mengambilkan ku sepotong roti dan segelas air putih.

“ ini kamu makan dulu, terus kamu minum obatnya ya,, “ . 

“ baik mbak,, emm,,mbak,,, Ibu sama Abah kemana ya?? “.  Tanyaku , karena dari tadi pagi aku belum melihat mereka sama sekali.

  “ mereka baru ke Kudus untuk membeli baju, kamu disini dulu aja, nanti kamu di jemput ke sini,, ya,,,,” jawabnya dengan nada lembut,

 “emmm,,, baik mbak,,,” jawabku penuh kecemasan.

         Setelah selesai minum obat aku kembali tidur di depan tv,.

 “mungkin karena sedang sakit, makanya aku terlalu  memikirkan hal yang aneh-aneh” gumamku sebagai pengantar tidur. 

           Setelah beberapa jam kemudian,  terdengar suara yang tak asing di telingaku,

 “ mbak Mar,, ayo bangun, kita pulang sekarang ya,,,,” tak salah lagi dia adalah ibu pemilik pondok,        “ iya  bu,,,” tanpa menyadari ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. 


               Ketika aku melangkah menuju mobil, mbak Naya memanggilku dari dalam, 

“ mbak Mar,,, “ ( memelukku dengan raut wajah yang membuat diriku bertanya tanya, ada apa ini?)

         Di sepanjang perjalanan memang aku gunakan untuk tidur,  sebagai pemulih dayaku. Entah berapa jam di perjalanan dari Demak ke Boyolali, ketika aku terbangun dari tidur, 

"Ini adalah jalan menuju rumahku!",  ' mungkin ibu pemilik pondok mau nganterin aku ke rumah, karena tau kalo aku sedang sakit' ( gumamku dalam hati). 

      Tapi dugaanku salah , setelah mengetahui aku sudah terbangun dari tidur,  ibu pemilik pondok langsung memberi tau masalah apa yang terjadi, masalah yang bisa menggagalkan rencana 1 Minggu di Demak itu. Semua orang terdiam, tidak ada satupun yang berbicara, selang beberapa menit, ibu memulai pembicaraannya.

 “ mbak Mar,, gini,, ( diam sejenak, sambil menarik nafas dalam) , tadi malam Abah dapat kabar kalo nenek mbak Mar meninggal, tadi pagi mau tak kasih tau, tapi nggak tega,,” . 

         Setelah aku mendengar kabar duka tersebut, serasa semua badan ku telah mati, duniaku telah tamat, impianku hilang dalam sekejap, emosiku tidak bisa terkendali, air mata  mengalir sangt deras, bibir ini terbungkam oleh kenyataan

'Apa salahku !!!,,, Apa salahku !!!,,,, Apa salahku ya Allah !!!,,,, ' ( teriakku dalam hati).   Tapi mendengar kabar tersebut aku masih yakin bahwa nenekku masih hidup,,, 

      Tak terasa mobil melaju dengan cepat, dan kami telah sampai di desaku, dengan diiringi air mata yang sejak tadi sangat sulit aku bendung. Aku mencoba memantapkan diriku untuk tetap yakin jika semua ini hanya mimpi, sesampainya di depan gang rumah, aku melihat tenda biru yang berdiri kokoh di depan rumahku 

" Ada apa ini, apakah semua yang diberitahukan Ibu benar benar-benar terjadi??""

        Mataku terus mengalirkan air, merasa tak percaya dengan apa yang telah dilihat. Aku langsung mengambil tas gendongku, dan bergegas turun dari mobil,  berharap masih bisa melihat wajah seseorang yang selalu tegar, dan selalu ada di sampingku untuk yang terakhir kalinya. Tapi apa dayanya diri yang sudah lemas tiada daya ini, 

         rumahku yang sudah tidak ramai, telah gugur semua harapanku untuk bertemu dengan seseorang yang selalu tegar, selalu sabar menghadapi keegoisanku untuk yang terakhir kalinya.  Semua seperti mimpi di siang hari, ketika ku buka mata  ini, aku berharap nenekku masih di sampingku, menguatkanku, mendampingiku. Tapi yang kulihat hanya orang-orang yang mencoba menenangkanku. Bagiku semua telah sia sia, duniaku telah tamat.

 “ andai kemarin aku tidak pergi, pasti aku bisa mendampingi seseorang yang sangat kucintai untuk yang terakhir kalinya”  itu yang hanya bisa aku katakan, Karena waktu tidak dapat di putar balikkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar