Muhammad Nuril Anwar
Kemaslahatan keluarga menjadi salah satu elemen krusial dalam
mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Keluarga yang sejahtera
tidak hanya memberikan dampak positif bagi anggotanya, melainkan juga
berkontribusi pada kemajuan komunitas dan negara secara keseluruhan. Dalam essay
ini, kita akan mengeksplorasi berbagai faktor yang memengaruhi kemaslahatan
keluarga, termasuk peran kebijakan kesejahteraan, status ekonomi, dan
intervensi sosial.
Kebijakan kesejahteraan negara memiliki peranan sentral dalam
mendukung kemaslahatan keluarga. Sebagai contoh, di Jerman, sistem
kesejahteraan yang ada berfungsi sebagai mekanisme redistributif yang berfokus
pada keluarga. Kebijakan ini tidak hanya menyediakan manfaat tambahan bagi
keluarga, tetapi juga menetapkan kewajiban tertentu bagi keluarga untuk menjaga
dan mendukung anggotanya sebelum mereka berhak menerima bantuan publik
(Frericks et al. , 2021). Di sisi lain, di Amerika Serikat, meskipun pengeluaran
untuk kesejahteraan meningkat, terdapat pergeseran dukungan dari keluarga
non-lansia dan non-disabilitas kepada keluarga dengan orang tua lanjut usia dan
penerima manfaat program disabilitas (Moffitt, 2015). Hal ini menggambarkan
bahwa kebijakan kesejahteraan dapat mempengaruhi distribusi sumber daya di
antara berbagai jenis keluarga.
Status ekonomi keluarga memiliki dampak yang signifikan terhadap
kesejahteraan setiap anggotanya, terutama anak-anak. Penelitian menunjukkan
adanya hubungan erat antara tingkat kesejahteraan keluarga dengan status gizi
anak. Keluarga yang berada pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
cenderung lebih mampu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka, yang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Tingkat et al. ,
2024). Selain itu, kemiskinan dalam keluarga dapat memberikan dampak negatif
pada perkembangan anak, terutama jika kondisi tersebut berlangsung dalam jangka
waktu yang lama atau terjadi secara mendalam pada masa kanak-kanak awal (Duncan
dan Brooks-Gunn, 2000).
Intervensi sosial, seperti konferensi kelompok keluarga, dapat
menjadi alat pemberdayaan bagi keluarga yang selama ini berada di bawah kendali
sistem kesejahteraan negara. Pendekatan ini memberikan kesempatan bagi keluarga
untuk mengambil keputusan mengenai kesejahteraan anggotanya, yang dapat
mengubah keseimbangan kekuasaan antara negara dan keluarga klien (Holland et
al. , 2004). Namun demikian, intervensi ini juga dapat dipandang sebagai upaya
untuk mempertahankan kontrol sosial dengan cara-cara yang halus dan mungkin
tidak disadari.
Secara keseluruhan, kemaslahatan keluarga dipengaruhi oleh beragam
faktor, termasuk kebijakan kesejahteraan, status ekonomi, dan intervensi
sosial. Kebijakan yang mendukung redistribusi yang adil dan intervensi yang
memberdayakan keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga secara
keseluruhan. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pembuat kebijakan untuk
mempertimbangkan dampak kebijakan dan intervensi ini terhadap berbagai tipe
keluarga demi mencapai kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Moffitt, R. (2015). The Deserving Poor, the Family, and the U.S.
Welfare System. Demography, 52, 729-749.
Tingkat, H., Keluarga, K., Status, D., Di, G., Negeri, S.,
Kecamatan, J., Lamongan, N., & Fitasari, Y. (2024). Hubungan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga dengan Status Gizi di SD Negeri Jejel Kecamatan Ngimbang
Lamongan. Protein : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
Holland, S., Scourfield, J., O’Neill, S., & Pithouse, A.
(2004). Democratising the Family and the State? The Case of Family Group
Conferences in Child Welfare. Journal of Social Policy, 34, 59 - 77.
Duncan, G., & Brooks-Gunn, J. (2000). Family poverty, welfare
reform, and child development.. Child development, 71 1, 188-96.
Frericks, P., Gurín, M., & Höppner, J. (2021). Family as a
Redistributive Principle of the Welfare State. The Case of Germany. Journal of
Social Policy, 52, 449 - 469.