Selasa, 24 Agustus 2021

Salatiga: Jenis Kota Perempuan

 



Salatiga: Jenis Kota Perempuan

Ali Hamidi


sumber gambar: google


/1/

Tiba-tiba perempuan manis itu menjenguk tangis di matanya

Bertanyalah dia kepada hari:

“Bagaimanakah cara menyeberang jalan, menuju Tuhan?”

Di bawah gerimis lima dasar Pancasila duduk di sela dedaunan

/2/

Mengamati di serambi rumah ibadah: anak-anak lekas usai mengaji

Kemudian mengajak kelimanya bercerita

Hari ini mereka merangkai rintik-rintik pelangi

Memilih hari Minggu: untuk sekedar memetik keberagaman

/3/

Bulan dan bintang, salib dan semua semiotik adalah hamba Tuhan

Para pemuka hamba Tuhan itu menengok kiri-kanan

Hendak menyeberangkan manusia menuju muara perjalanan

Menghampiri Tuhan yang mengawasi di ujung jalan

Pun juga melebur dalam tiap senyuman, Tuan-Puan

/4/

“Persatuan perasaan adalah keadilan yang beradab” bantah perempuan manis

Anak-anak itu tertawa, memegangi sarung mereka erat-erat

Di negara ini sarung ibarat keyakinan, tidak dibuka sembarangan

Biarkan pengamat sarung menikmati indah dan manfaat saja

“Cinta mengenalkan kita pada yang tak tertulis” jawab anak-anak itu

/5/

Manusia-manusia itu menangkal kesusahan:

Dengan senyuman

Toleransi menjelma udara yang sejuk merayu pagi

Menjadikannya embun yang membasuh ubun-ubun

Rimbun padi-padi

/6/

Dan Salatiga membelah kerinduan

Bukan belaka dirayu oleh Merbabu

Melainkan wajahmu menjelma kota, gunung, rawa dan segala kecantikan Salatiga

Bagiku Salatiga adalah jenis kota permpuan, dia cantik

Sebagaimana perempuan: ia sanggup menampung segala kepercayaan dan perasaan

Salatiga, 22 Juni 2021

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Hadir Tuanku Abdul Hamidi. 🖐🖐🖐

    Salatiga bagiku bukan hanya, sekedar sebuah kota. Tetapi lebih dari itu, yang mempertemukanku pada Dia dan dia... Yang menemaniku ke Ambarawa. Ketika...hujan... Wkwk

    BalasHapus